SRI WAHYUNI

Sri Wahyuni, S.Pd. lahir di Jember, 31 Desember 1971. Profesinya adalah guru Bahasa Indonesia di MTs N 2 Jember. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Mulutmu Harimaumu

Dulu, aku punya keponakan yang jaimnya bisa dibilang kebangetan. Sebut saja namanya Minul. Dia yang masih berusia sekitar tiga tahun suka banget nyakitin anak lain. Heran, dia tuh nggak ada takut-takutnya kepada siapa pun. Bahkan, pada anak yang tubuhnya kelihatan lebih gede darinya dia nggak kedher sama sekali.

Singkat cerita, kata kakak sepupuku yang notabene adalah orang tua si keponakan yang mbeling itu, dia sering dilabrak para orang tua yang tidak terima anaknya disakiti. Aku tak menyangkal cerita kakakku karena aku pun pernah menyaksikan sendiri tingkah dia yang bikin para orang tua jadi mencak-mencak.

Ketika itu, di rumahku sedang ada hajatan memperingati 40 hari ibuku. Ada sepupu dari pihak ibu yang ikut bantu-bantu sambil membawa balitanya yang masih berusia sekitar empat bulan. Saat si baby tertidur pulas, dia dibaringkan di kasur depan televisi. Kata sepupuku, biar mudah mengawasinya.

Sedang asyik-asyiknya kami bekerja, tiba-tiba terdengar lengkingan tangis si baby. Spontan sepupuku berlari mendekati putrinya. Tak lama kemudian kudengar sepupuku menangis keras dan aku serta semua orang yang ada di dapur pun berlari mendekati sepupuku dan baby-nya. Hatiku langsung merasa nggak enak karena di dekat tempat tidur ada si Minul. Ternyata dugaanku tak meleset. Si Minul telah menggigit pipi adik baby hingga berdarah.

Aku yang melihat kejadian ini langsung emosi. Aku bentak si Minul kecil dengan garang.

"Kenapa kamu gigit adik bayi?"

Dengan santai dia menjawab, "Aku nggak gigit Ma. Aku cium pipi adik."

Duh, jawaban keponakan yang biasa memanggil aku Mama, benar-benar bikin aku tambah geregetan.

"Dengar ya Nul. Kalau kamu berani berbuat seperti ini lagi, Mama bakalan copot gigi kamu pakai tang. Inul tahu tang?"

Tiba-tiba ada saudaraku yang sepertinya juga sudah nggak tahan dengan sikap Minul, menyodorkan sebuah tang kepadaku. Minul langsung ketakutan melihat benda itu sehingga dia langsung menghambur ke dalam pelukan ibunya sambil menangis. Melihat kejadian ini hatiku jadi luluh. Aku menyesali sikapku yang terlalu kasar pada Minul.

Beberapa hari kemudian kakakku menyampaikan sebuah berita gembira. Berkat ancamanku, Minul langsung sembuh dari kebiasaan isengnya menyakiti anak-anak lain. Oh Minul, maafkan Mama ya? Mama terpaksa harus menyadarkanmu dengan cara yang kurang elegan.

***

Kampung Asa, 13 Maret 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post