Pulau Dewata yang kita agendakan menjadi tempat pertemuan, sekalian menghadiri acara hajatan kakak, ternyata justru menjadi saksi kepergianmu. Kepergian yang tiba-tiba sehingga membuat kami, orang-orang yang menyayangimu merasa seakan tak percaya.

Beberapa hari sebelumnya, dengan nada ceria engkau mengatakan akan hadir di Bali. Sebuah skenario telah kau susun rapi dan aku hanya tinggal mengiyakan. Kubayangkan betapa bahagianya bila kita bisa bersua dan menikmati keindahan Pulau Dewata bersama anak-anak kita.

Hingga hari H itupun tiba. Aku dengan cemas menunggu hadirmu, karena hari telah beranjak siang dan engkau belum datang. Kecemasan itu kian memuncak ketika mendapatkan kabar bahwa engkau sakit dan akan dirujuk ke rumah sakit Sanglah.

Menunggumu sampai di Sanglah, berjuta pertanyaan bermain-main di benakku. Sebegitu parahkah sakitmu hingga harus dirujuk ke rumah sakit besar? Ada apa sebenarnya denganmu, Mbakku sayang?

Belum sempat terjawab pertanyaan itu, kabar buruk datang menghantam. Engkau tak bisa diselamatkan. OMG, rasanya sulit percaya. Tapi, inilah realita.

Selamat jalan, Mbak. Semoga semua amal ibadahmu diterima dan segala dosamu diampuni oleh Allah Swt. Beristirahatlah dengan tenang karena Allah jauh lebih sayang padamu.

***

Kampung Asa, 5 Mei 2025