Sri Wahyuni

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kisah Berhikmah dari "KHIDHIR" Sosok Lelaki Misterius

Ada tiga orang lelaki misterius yang keberadaannya masih kontroversial di dalam Al-Qur'an, apakah mereka seorang nabi/rasul, ataukah seorang wali atau hanya manusia biasa saja yang kebetulan namanya diabadikan di dalam Al-Qur'an. Sungguh menggelitik apabila kita mencermatinya, namun banyak pelajaran berharga dari kisah perjalanan ketiga lelaki misterius tersebut yang dapat kita petik sebagai hikmah bagi kita dalam memahami hakekat kehidupan.

Ketiga lelaki misterius itu adalah KHIDHIR, DZULQARNAIN dan LUQMANUL HAKIM. Namun dalam pembahasan kali ini, kita akan belajar hikmah dari salah satu dari ketiga tokoh tersebut yaitu KHIDHIR.

KHIDHIR, adalah sosok misterius yang kisahnya dalam Al-Qur'an diabadikan dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82. Digambarkan dalam ayat tersebut bahwa Nabi Musa AS sedang berguru kepada seorang lelaki bijak yang diberikan ilmu yang luas oleh Allah SWT. "Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya:"Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun (Kahfi:60), Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu(Kahfi:61). Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya;"Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini(Kahfi:62)Muridnya menjawab:"Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa(menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali(Kahfi:63) Musa berkata:"Itulah (tempat) yang kita cari"Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula.(Kahfi:64).

Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami(Kahfi:65). Musa berkata kepada KHIDHIR:"Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diaantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"(Kahfi:66). Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku."(Kahfi:67) Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"(Kahfi:68). Musa berkata:"Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun."(Kahfi:69). Dia berkata:" Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu."(Kahfi:70).

Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya meaiki perahu lalu KHIDHIR melobanginya. Musa berkata:"Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?"Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar (Kahfi:71). Dia KHIDHIR berkata:"Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku."(Kahfi:72) Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku."(Kahfi:73). Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka KHIDHIR membunuhnya. Musa berkata:"Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain?Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar.(Kahfi:74). KHIDHIR berkata:"Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"(Kahfi:75). Musa berkata:" Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku."(Kahfi:76) Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri , mereka minta dijamu tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapati di dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka KHIDHIR menegakkan dinding itu, dan Musa berkata:"Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.(Kahfi:77). KHIDHIR berkata :"Inilah perpisahan antara aku dan kamu, kelak akan kuberitahu kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.(Kahfi:78). Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak muda itu, kami khawatir dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran dan kami menghendaki supaya Tuhan mengganti bagi mereka dengan anak yang lain yang lebih baik kesuciannyadan lebih dalam kasih sayangnya, adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar mereka sampai pada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Dan bukanlah aku melakukan itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak sabar terhadapnya.

Apa sesungguhnya hikmah yang dapat kita petik dari kisah KHIDHIR diatas, tentulah setiap orang dapat memaknai kisah tersebut sesuai dengan persepsinya dan cara pandangnya masing-masing. Namun dalam pandangan sy, hikmah yang dapat kita petik dari kisah tersebut adalah mengajarkan kepada kita agar dapat melatih kesabaran dalam menghadapi beragam kejadian atau fenomena yang terjadi di kancah kehidupan. Seringkali kita tidak bisa bersabar dan langsung tersulut emosi manakala apa yang terjadi didepan kita dirasa tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai yang kita junjung tinggi. Kita menjadi egois dan terlalu ego sentris bahwa segalanya benar atau salah menurut kita dan kitalah yang paling benar dalam bertindak, selalu mendudukkan segala persoalan dalam sudut pandang kita. Sangat jarang atau bahkan tidak pernah kita berfikir dari sudut pandang orang lain.

Terlepas dari apakah pendapat itu benar atau salah, marilah kita belajar menata diri agar dapat lebih bijak dalam menyikapi setiap persoalan. Belajar untuk tidak terpancing emosi yang sesungguhnya tidak perlu, belajar memaknai keberagaman latar belakang orang lain. Belajar dan senantiasa belajar.

Sesungguhnya dunia ini indah manakala kita mengisinya dengan keindahan cara pandang.

Cilincing, 13 Mei 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah Bu Sri. Mengupas sejarah.

13 May
Balas

Masih harus banyak belajar pak yudha...mohon koreksinya

13 May
Balas



search

New Post