sri wahyuni hatta

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

membangun rasa percaya anak terhadap orang tua

Oleh : Sri Wahyuni Hatta

Mendidik dan membersarkan anak merupakan tanggung jawab orang tua yaitu ayah dan ibu. Memberikan rasa aman dan nyaman dilingkungan keluarga menjadikan anak bahagia sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat optimal. Terkhusus bagi ibu yang mendampingi anak saat berada di rumah, karena pada umumnya ayah berperan sebagai pencari nafkah. Namun tidak jarang seorang ibu juga membantu suami dalam meningkatkan ekonomi keluarga.

Dalam menjalankan aktivitas, anak memerlukan pendampingan dari orang tua maupun pengasuh, apalagi pada usia pertumbuhan dan perkembangan. Pengasuhan positif akan berdampak pada psikologi anak. Jika stimulus yang diberikan posotif maka perkembangannya juga akan baik, begitu pula sebaliknya jika pengaruh yang didapatkan anak negatif maka akan berdampak pada sikap dan perilaku anak di masa akan datang.

Setiap ibu menginginkan selalu berada disisi anaknya apalagi usia anak masih 1 tahun . Namun terkadang hal itu tidak dapat terwujud karena memiliki kesibukan diluar rumah apalagi bagi ibu yang berkarir. Ini menjadi berat meninggalkan anak dipagi hari dan pulang disore hari. Seharusnya merawat dan melayani anak, namun terhalang oleh tugas dan tanggung jawabnya dikantor. Meninggalkan anak dirawat oleh pengasuh memang terasa berat namun hal ini tak bias dihindarkan.

Menyaksikan orangtua berangkat kekantor membuat anak menjadi sedih dan berat berpisah, tersirat kekecewaan dihati melangkahkan kaki meninggalkan sang buah hati. Tidak jarang anak sengaja disembunyikan atau dibawa ketempat dimana dia tidak melihat orang tuanya berangkat. Tentu ini akan menambah kekecewaan dan kesedihan anak saat kembali dan tidak menemukan ibunya lagi di rumah. Perasaan kecewa dan sedih yang dirasakan anak jika terus berulang dapat menyebabkan kepercayaan anak kepada orang tua menjadi berkurang.

Seperti yang penulis alami ketika berangkat dipagi hari, terkadang untuk menghindari agar anak tidak menangis, pengasuhnya membawa kedalam kamar dengan harapan anak tidak mengamuk minta ikut kekantor. Memang ini berhasil namun pengasuhnya bercerita kepada saya bahwa saat anak meminta keluar dan mencari ibunya ternyata sudah tidak ada, anak terlihat lemas dan tidak bersemangat. Ini disebabkan karena saya tidak berpamitan saat akan berangkat bekerja.

Hal itu berlanjut selama beberapa bulan dan alhasil anakku setiap pagi tidak mau ikut pengasuh masuk kamar, tetapi berdiri didepan pintu menunggu saya lewat, dengan terpaksa dan berat hati saya meninggalkannya dalam keadaan menangis. Ya… sayang maafkan bunda, harus berangkat !!! dalam hati saya mengucapkan kalimat tersebut.

Saya berfikir bagaiamana cara mengatasi permasalahan ini, Hingga suatu ketika saya mendapatkan tugas keluar kota mengikuti kegiatan workshop di Bogor. Pesertanya berasal dari berbagai daerah, sampai saya bertemu dengan seorang ibu dari Jakarta profesinya sama dengan saya yaitu Pamong belajar. Disela-sela kegiatan kami saling sharing pengalaman dalam membasarkan anak, curhat-curhatan pun terjadi dan saya mendapatkan masukan yang patut saya coba dalam membangun rasa percaya annakku terhadap orang tua.

Beliau menyarankan kepada saya agar setiap akan berangkat ke kantor upayakan agar berpamitan terlebih dahulu keanak sambil menciuminya dan menyapaikan tujuan kita keluar untuk apa. misalnya: “ bunda kekantor dulu ya untuk mencari nafkah buat ade beli susu atau mainan”. Ini hanya contoh kalimat yang dapat kita katakan , tentunya dapat memilih kalimat yang lain sesuai kondisi. Orang tua juga dapat mengatakan sebentar bunda pulang dan kita bermain bersama lagi , sehingga anak paham dan mengerti tujuan kita keluar rumah untuk apa dan komitmen terhadap waktu pulang yang disebutkan.

Sepulang dari kegiatan saya menerapkan hal tersebut, awalnya anakku hanya terdiam dan melihat saya dipintu biasa-biasa saja. Namun ketika saya ulang lagi keesokan harinya Alhamdulillah anakku tidak menangis lagi dan seolah-olah tau kalu saya berangkat untuk bekerja dan akan pulang menemuinya untuk bermain bersama lagi. Dengan demikian rasa percaya anak akan terbangun dengan pendekatan secara langsung.

Sekian,… semoga bermanfaat

artikel ini sebelumya telah dipublish di blog http://sriwahyuni hatta.blogspot.co.id

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

"tanggung jawab orang tua" dalam membesarkan anak juga memastikan tumbuh kembangnya. Benar kan bu sri.

11 Aug
Balas

benar pak yudha membesarkan anak dan memastikan tumbuh kembangnya optimal adalah tanggung kedua orang tua, terkhusus bagi ibu yang kata orang ibu lebih dekat dengan anak

11 Aug



search

New Post