Sri Wahyuningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengharap Pahala dari Siswa 'Istimewa'

Mengharap Pahala dari Siswa 'Istimewa'

Mengharap Pahala dari Siswa ‘Istimewa’

Sore itu saya menerima pesan via Whatsapp dari wakil kepala sekolah dimana saya mengabdikan diri. Setelah saya baca ternyata berisi jadwal mengajar Pemantapan Bidang Studi untuk kelas IX. Sekilas tidak ada yang istimewa, hari dan jam yang sama. Hanya setelah saya melihat kelas yang menjadi bagian saya ternyata tidak seperti kelas yang biasanya. Jika PBS sebelumnya kami, para guru diberi bagian masing-masing secara bergantian mengajar mulai kelas IX A sampai IX H. Setiap 2 mingguan mendapat bagian 2 kelas. Setelah 2 minggu maka kelas kami akan di ganti 2 kelas yang lain. Hal ini dilakukan untuk beberapa alasan, diantaranya untuk menghindari kejenuhan baik guru maupun siswa. Disamping itu baik guru maupun siswa akan mendapat pengalaman belajar mengajar yang beragam. Sehingga diharapkan para siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Saat saya baca lagi jadwal kelas yang harus saya bimbing, tercantum kelas 9.7 dan 9.8. Awalnya saya mengira pak wakil kepala sekolah mungkin salah tulis. Maka saya beranikan diri untuk bertanya, apakah yang dimaksud kelas 9.7 dan 9.8 adalah kelas IX G dan kelas IX H. Sesaat saya menunggu jawaban, saya meilhat lagi daftar nama yang tercantum di kedua kelas tersebut. Beberapa nama siswa sudah tidak asing bagi saya, namun ada pula yang tidak terlalu saya kenal. Maklumlah, untuk Kegiatan Belajar Mengajar di pagi hari saya hanya mengajar di kelas IX E sampai IX H. Memang ada beberapa nama dari keempat kelas tersebut namun tidak banyak. Yang unik di kelas 9.8 ternyata hanya 16 siswa yang rata-rata saya kenal mendapat nilai selalu di bawah standar untuk mata pelajaran yang saya ampu. Hmmm.... saya mulai bisa menebak siapa saja isi kelas 9.7 dan 9.8 itu.

Setelah beberapa menit kemudian, saya periksa lagi isi pesan WA dan mengharap mendapat jawaban dari pak Wakasek. Dan benar saja, jawaban yang diberikan seperti dugaan saya. Kelas 9.7 dan 9.8 itu terbentuk dari urutan peringkat perolehan nilai hasil Tryout seminggu yang lalu. Dengan kata lain 2 kelas yang harus saya bimbing adalah anak-anak yang kemampuan akademisnya berada di urutan paling bawah dari 8 kelas paralel yang ada. Mereka rata-rata kurang mempunyai motivasi belajar karena beberapa faktor. Dari faktor intern yaitu dari dalam diri anak itu sendiri dan faktor ekstern yaitu keluarga dan lingkungan. Ya.... mereka adalah anak-anak ‘istimewa’. Terbayang dalam benak ini apa yang akan saya lakukan untuk membuat mereka untuk menjadi lebih termotivasi dalam belajar.

Tibalah hari pertama saya membimbing mata pelajaran Bahasa Inggris. Kali ini kelas 9.7 yang mendapat jadwal. Awal masuk kelas, saya melihat tatapan mata mereka, ada yang malu, ada pula yang salah tingkah tapi ada pula yang sikapnya seolah tidak peduli. Sore itu seperti yang sudah saya duga, kelas tidak bisa ‘hidup’. Masing-masing siswa sepertinya berkutat dengan pikiran masing-masing. Baru beberapa soal kami bahas, sudah ada siswa yang meletakkan kepalanya diatas meja, ada juga yang sepertinya memperhatikan tapi pandangan mereka kosong. Hanya untuk mencari tahu arti kata ‘lavatory’ saja, tak satu pun siswa yang tahu. Dan mereka juga tak segera mencari tahu di kamus bahasa Inggris yang biasanya mereka bawa. Ketika saya bertanya apakah mereka membawa kamus, jawabnya sungguh ‘amazing’. Tak satupun dari mereka membawanya !!.

Sejenak saya hampir kehilangan akal untuk menghadapi mereka. Namun tak berapa lama saya berhenti membahas soal. Saya memutarkan mereka sebuah video. Video yang menjadi jurus pamungkas saya jika ada siswa yang sudah tidak punya motivasi belajar. Dalam video yang berdurasi sekitar tujuh menit itu, ditampilkan sosok seorang motivator tingkat internasional yang mempunyai fisik kurang sempurna yaitu tanpa lengan dan kaki. Motivator yang sangat menginspirasi banyak orang itu bernama Nick Vujicic. Mungkin nama ini tidak asing bagi orang-orang yang bergerak di bidang pendidikan, karena Nick ini salah satu motivator yang rajin keliling dunia memberikan motivasinya di beberapa sekolah di belahan bumi ini.

Dalam video itu diperlihatkan betapa Nick yang memiliki fisik kurang sempurna bisa melakukan apa saja tanpa bantuan orang lain. Bahkan di manapun dia berada selalu dipuji dan di sanjung oleh orang-orang di sekitarnya. Dia juga bisa menyelesaikan studinya di universitas. Semua itu tidak dengan mudah dia dapatkan dalam waktu singkat. Untuk dapat bangun dari posisi jatuh, dia harus mencobanya ratusan kali sampai dia menemukan cara untuk bisa berdiri tegak kembali. Di menit awal pemutaran video itu, wajah para siswa terlihat tegang lalu mendekati akhir ada beberapa siswa perempuan yang mulai meneteskan air mata. Sedangkan siswa laki-laki terlihat tak mengedipkan mata karena mungkin belum pernah melihat tayangan seperti itu. Di akhir penampilannya, Nick memperlihatkan bagaimana dia berenang, menaiki tangga, bermain golf dengan menggunakan anggota badannya yang tersisa. Saya tidak tahu apa arti air mata para siswi itu, apakah kasihan ataukah menyesal karena ternyata ada orang yang dengan kekurangan fisiknya mampu melakukan hal melebihi mereka yang memiliki fisik sempurna.

Selesai tayangan itu, saya bertanya kepada para siswa apakah mereka ingin menjadi orang yang lebih baik atau labih buruk ?. Dengan suara yang lemah karena mungkin masih terpengaruh dengan tayangan yang baru saja mereka lihat, mereka menjawab ‘ingin menjadi lebih baik’. Saya bertanya lagi, bagaimana caranya ?. Sesaat suasana hening tak ada yang menjawab. Saya ulangi pertanyaan yang sama dengan mengaitkan kisah Nick. Barulah sebagian mereka menjawab ‘dengan belajar dan tidak menyerah walaupun gagal’. Kemudian saya menjelaskan kepada mereka bahwa kami, para guru ibarat busur dan mereka anak panahnya. Busur digunakan manusia tidak untuk bergerak kemana-mana melainkan untuk mengarahkan anak panah melesat menuju sasaran. Busur yang baik pasti akan dapat digunakan mengarahkan anak panah agar tepat sasaran. Begitu juga dengan para guru yang merupakan kepanjangan tangan dari Allah sang pencipta, mereka mengalirkan ilmu terbaiknya kepada para siswa agar mereka bisa menuju ke sasaran masing-masing di kemudian hari. Mereka sendiri yang akan menentukan masa depan, sehingga dibutuhkan perjuangan untuk mencapai yang mereka inginkan.

Lalu saya melanjutkan membahas soal dengan konsentrasi penuh dari para siswa. Saya yakin dengan memberi sedikit motivasi kepada para siswa ‘istimewa’ ini bisa membuat mereka bangkit untuk berjuang demi masa depan. Jika saat ini nilai akademis mereka berada di peringkat bawah, itu bukan akhir segalanya. Suatu saat mereka harus mengubah posisi ke peringkat yang lebih tinggi walaupun bukan dari nilai akademis. Sejatinya para siswa ini bukanlah siswa yang bodoh, hanya mereka kurang motivasi dan kurang berjuang keras. Dan kami lah para guru yang harus terus memompa motivasi mereka tanpa kenal lelah, karena dengan adanya mereka maka para guru dituntut untuk sabar dan bisa mencari solusi terbaik untuk mereka. Kami tidak ingin dipuji atau pun disanjung, namun hanya sekedar berharap pahala dari para siswa ‘istimewa’ seperti mereka ini. Semoga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post