Sri Wahyuningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
teman dari negara uncle Ho

teman dari negara uncle Ho

Teman dari Negara Uncle Ho

Toko baju itu terlihat biasa, layaknya toko-toko lain yang berjajar di sepanjang jalan menuju pasar dan selalu dlewati Atthiyah. Tapi menjadi istimewa karena tempat itu telah mempertemukan Atthiyah dengan seorang teman yang bukan biasa. Teman yang saat ini berada di negara Jerman menjadi seorang guru besar di sebuah universitas ternama. Teman yang menginspirasinya untuk selalu belajar dan belajar. Meskipun dia berasal dari Vietnam, tapi semangat belajarnya tinggi dan selalu optimis mencapai impiannya. Vu Van Toan itu nama temannya.

Enam belas tahun lalu di sebuah senja sepulang kuliah, seperti biasa Thiya mampir ke sebuah toko buku langganannya. Dia terbiasa pinjam koran hari itu untuk mengetahui berita-berita yang terbaru. Tapi kadang juga membeli buku yang dia gunakan untuk menunjang belajar. Maklum kantong mahasiswa, cari gratisan. He he....

Disaat dia sedang membaca koran lokal, tiba-tiba datang pelayan toko baju yang terletak bersebelahan dengan toko buku itu dengan suara kebingungan.

“ Mbak, tolong aku dong....itu ada orang asing bicara bahasa apa aku ga ngerti....” katanya.

“ Lha... orangnya apa bule ?” tanya Thiya

“ Nggak....wajahnya seperti orang Cina tapi bicaranya pakai bahasa Inggris. Cepat mbak kesana ya..... tanyakan dia mau beli apa?” katanya sambil menarik tangan Thiya.

Thiya adalah mahasiswa semester 4 jurusan Bahasa Inggris sebuah Perguruan Tinggi swasta di kotanya.

Sesampai di toko baju itu, Thiya melihat seorang laki-laki berbadan kurus, tinggi sekitar 160 an, kulitnya putih dan bermata sipit.

“ Excuse me, may I help you?” tanya Thiya pada pria itu.

“ I’m looking for a tie.” Katanya

“ What kind of tie?” Thiya mencoba memperjelas keinginan pria itu.

“ A big black tie with grey stripes.” Jawabnya

Lalu Thiya bicara kepada pelayan toko yang tadi mengajaknya.

“ Mbak, dia bilang mencari dasi hitam yang besar dan ada garisnya abu-abu. Yang di pajang ini dia tidak ada yang cocok” Kata Thiya.

“ Wah...mbak, adanya cuma itu. Tidak ada stok yang lain.” Kata si pelayan toko pasrah.

“ I’m sorry sir.... we don’t have the others. If you are willing, I will show you another shop to choose the tie, but I have to go home first. I have to take bath and do prayed.” Thiya berusaha memberi solusi.

“ Ok...it doesn’t matter. Where do you live? Is it far from here ? How can we go then?” tanyanya bertubi-tubi.

“ Well...Where do you stay now?” Thiya balik bertanya

“ I stay at Wisma 2 Pertamina Mentul.” Dia menyebut tempat yang sudah tak asing lagi buat Thiya.

“ Ok....I will go home and take my motorcycle. You may back to your Wisma and I will pick you there.” Saran Thiya

“ May I know your name and phone number ?” pria itu bertanya lagi

“ My name is Atthiyah, you may call me Thiya and my phone number is 0296423958.” Jawab Thiya

“ Ok....I will call you then. By the way my name is Vu Van Toan, you may call me Toan. I’m from Vietnam. I come here to study for about 3 months at Akamigas. I work at Petroleum Company in Vietnam.” Katanya sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Lalu mereka pun berpisah.

Baru saja Thiya masuk rumah, terdengar dering telpon yang terletak di ruang tengah. Ibunya yang sedang menonton televisi mengangkat dan menyapa si penelepon. Tapi ...

“ Halo...ini siapa? Kok ga jelas ngomongnya.” Kata ibunya sedikit marah lalu buru-buru Thiya meminta gagang telepon dari tangan ibunya. Dugaannya tepat, telepon itu dari Toan.

“ Halo.... Is this Thiya’s home ?” tanya suara di seberang sana

“ Yes...it’s me. Are you Toan ?” tanyanya.

“ Yes, I just want to make sure that you give me the right number.” Jawabnya.

“ Well...I’ve just came home. I wiil call you back later if I’m ready.” Kata Thiya

“ Ok....sorry for bothering you.” Toan mencoba minta maaf.

“ It doesn’t matter.” Jawab Thiya.

Sejak hari itu pertemanan mereka terjalin. Tak terasa hampir tiga bulan mereka bersama. Saling berbagi cerita tentang negara masing-masing. Sedikit banyak Thiya juga terbantu untuk melancarkan bicaranya dalam bahasa Inggris. Dan Toan pun mengungkapkan niatnya untuk menjadi seorang guru atau dosen. Karena di negaranya, profesi guru atau dosen lebih diperhatikan kesejahteraannya. Dalam hati Thiya merasa aneh dengan keinginan Toan itu. Padahal bekerja di perusahaan minyak tentu gajinya lebih dari cukup, tapi mengapa ingin jadi guru atau dosen ya ?....

Suatu hari Toan mengajaknya makan malam, yang merupakan makan malam perpisahan. Saat itu dia menyerahkan kenang-kenangan berupa 3 lembar mata uang Vietnam yang bergambar sama yaitu seorang laki-laki tua berjenggot.

“ We call him uncle Ho, we proud of him and we also have a city to remind him, it is Ho Chi Minh city. One day I would like to invite you there.” Toan berkata seolah sebagai tanda perpisahan. Dia bercerita panjang lebar tentang siapa itu Ho Chi Minh dan bagaimana rakyat Vietnam sangat menyanjungnya. Tak heran jika semua mata uang bergambar dirinya, bahkan kota Saigon yang dulu sebagai ibukota Vietnam juga mendapat sebutan Ho Chi Minh city untuk mengenangnya.

Satu minggu setelah pertemuan itu Toan dan teman-temannya kembali ke Vietnam. Tapi Thiya masih bisa berhubungan melalui email karena Handphone belum sebanyak sekarang.

Waktu berlalu, suatu saat Toan mengiriminya email yang berisi foto bersama istri dan kedua anaknya. Dia bercerita bahwa saat ini sedang mempersiapkan diri untuk pergi ke Jerman dan tinggal di sana. Dia mendapat tawaran menjadi dosen di sebuah Perguruan Tinggi, karena prestasinya yang lulus cumlaude ketika menempuh gelar doktor nya saat di Jerman. Rupanya Toan benar-benar mewujudkan impiannya menjadi seorang dosen. Sekembalinya dari Indonesia, dia kuliah lagi sambil bekerja. Bahkan dia mendapat bea siswa S3 ke Jerman.

Saat ini Thiya pun ingin mengejar mimpinya. Walau hanya menjadi seorang guru di sebuah Sekolah Menengah Pertama di daerah pinggiran, tapi dia juga ingin berprestasi seperti Toan yang pantang menyerah. Setiap saat dia mengenang Toan, hatinya bergemuruh untuk melakukan yang terbaik. Teman dari negara uncle Ho benar-benar melecut semangatnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post