Perjalananku (kembali) dalam meniti karir di tempat baru bukan sekadar perjalanan hampa. Kekosongan terpenuhi dengan pengalaman dan pemahaman lebih dari yang diprediksi. Ilmu pedagogik itu pasti, namun ilmu kehidupan dari sosok panutan atau sang maestro adalah menu sehat nan langka didapat oleh setiap jiwa yang beruntung.

Semudah itu namun tidak murahan dalam mendeskripsikan kebesaran Allah. Setiap kalimat beliau ibarat peluru yang mampu menggetarkan hati dan menghujam tubuh, akhirnya tertunduk seraya menyelami makna dari setiap kata yang terucap. Tenang...Damai...semua tersampaikan penuh makna untuk diri dan kehidupan yang lebih luas.

Apa yang kita cari? Apa yang kita tuju? Apa yang patut kita lakukan?

Allah...Allah...Allah...

Dengan sentiasa mengingatNYA, kita memiliki alarm dalam berpikir, berucap, dan berperilaku.

Perjalanan karir ini adalah anugerahMU dan atas seijinMU. Banyak mata dan otak yang mengarah padaku, bertanya, berspekulasi, bahkan berargumentasi bebas. Jika aku berlari dan kau tak mampu berlari, berjalanlah tanpa menoleh kebelakang. Jika aku berjalan lambat, tepuklah pundakku dan sampaikan bahwa kau akan membuat semuanya menjadi lebih baik.

Jika aku berlari...itu karena jiwa-jiwa petualangku yang belum padam. Selama itu pula aku akan terus berlari hingga raga tak mampu menghalau terik matahari. Jangan pernah menghalangiku untuk menyalakan lilin bangsa, dimanapun itu.

Untuk hal baik yang sudah terbangun, plis jangan tertidur karena lengah atau lemah. Terus bangun, bangkit dan pertahankan. Sorot kebaikan untuk menyala terang benderang butuh perjuangan guys...so jadikan cahaya itu sebagai petunjuk menyibak semak belukar yang menghalangi.

Selamat jalan sang guru, panutan, maestro kehidupan. Al Fatihah...

Teruntuk diriku...tetaplah yakin hal baik akan membawa kebaikan dan membukakan pintu-pintu yang tak terduga dari segala penjuru. Aamiin.

Terima kasih Allah, telah memberi kesempatan untuk belajar di waktu yang tepat.