Pelaksanaan UTS yang saat ini berlangsung di SMP Negeri 1 Tikung menjadi ajang menerapkan salah satu nilai karakter yaitu kejujuran. Kita psati sepakat bahwa negeri ini tengah mengalami krisis kejujuran dengan banyaknya kasus korupsi, penggelapan uang dan kasus lainnya yang bermuara pada ketidakjujuran.

Sebagai pendidik, kita memiliki tanggung jawab untuk menanamkan pendidikan karakter jujur agar peserta didik menjadi generasi penerus yang bersih dan berguna bagi nusa bangsa. Sekolah menjadi tempat strategis dimana peserta didik belajar banyak tentang nilai karakter dan anti korupsi. Sehingga lembaga pendidikan saat ini menjadi laboratorium nyata dalam menciptakan generasi yang berkarakter mulia.

Dalam konteks yang lebih luas, kunci keberhasilan proses pembelajaran bukan dilihat dari nilai bagus yang diperoleh siswa, melainkan sejauh mana guru menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa. Sehingga dalam kehidupan mendatang anak-anak tersebut mampu meningkatkan kemampuan dirinya berbingkai karakter positif.

Guru mengemban peran penting dalam menanamkan tradisi kejujuran di sekolah. Mengapa demikian? Proses pembelajaran adalah momen penting guru berinteraksi dengan siswa untuk selanjutnya digunakan perannya dalam menanamkan nilai kejujuran. Salah satu contohnya adalah saat ulangan/ujian, guru harus menyampaikan dengan sabar dan istiqomah kepada peserta didik agar tidak menyontek.

Pondasi tradisi kejujuran di sekolah akan semakin kuat apabila guru (1) membangun kejujuran dimulai dari diri sendiri, (2) membentuk karakter siswa memiliki sikap jujur, dan (3) mampu membangun dan memberi teladan kepada teman seprofesi maupun peserta didik melalui mata pelajaran yang diampu tentang nilai kejujuran.

Semoga kita menjadi insan pendidik yang mulia.