Guru adalah sebuah profesi. Namun, cita-cita seorang guru tidak berhenti saat dirinya telah menjadi guru. Saya selalu memposisikan guru sebagai seorang entertainer. Guru yang mampu menjadi pelawak, tentor, motivator, konseptor, dan posisi yang lain. Terlebih dengan konsep merdeka belajar yang tengah viral. Sosok guru merdeka belajar diharapkan memiliki komitmen untuk mencapai tujuan pengajaran, mandiri dalam menentukan cara yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan senantiasa melakukan refleksi untuk mengetahui kekurangan yang perlu diperbaiki.

Masa sulit yang tengah dihadapi Indonesia saat ini mengharuskan para siswa untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh atau home learning. KBM yang seyogyanya tatap muka, dikemas secara digital. Banyak aplikasi yang dapat membantu guru selama home learning, misalnya quizziz, Kahoot, google classroom, wag, atau aplikasi lain. Namun, tidak semua guru menguasai IT. Faktor penghambat lain adalah ketersediaan akses/ fasilitas pada siswa.

Selama hampir 2 pekan, banyak keluhan siswa yang menghias story mereka. Tugas bertubi-tubi yang harus mereka kerjakan dalam kurun waktu yang sama. Wajar saja jika mereka merasa semakin stress selama home learning. Meskipun panduan pengajaran jarak jauh telah diterbitkan, tidak semua guru menterjemahkan dengan tepat.

Pelibatan siswa dan profilnya menjadi sangat penting untuk menentukan desain pengajaran dan variasi tugas yang diberikan. Yes, agar konsep merdeka belajar dapat saya terapkan dengan tepat dalam situasi sulit ini. Siswa tidak lagi merasa terbebani dengan tugas, melainkan merasa enjoy dan antusias selama home learning. Langkah pertama yang saya lakukan adalah membuat kesepakatan bersama siswa terkait waktu pelaksanaan kelas daring melalui whatsapp group kelas. Kesepakatan ini bertujuan agar seluruh siswa dapat online secara bersamaan pada waktu yang ditentukan. Adapun langkah-langkah pengajaran yang saya lakukan saat daring adalah:

1. 1. Menyapa siswa dan meminta mereka untuk mengirimkan emoticon sesuai dengan perasaan mereka saat itu. Langkah awal ini sekaligus digunakan untuk mengecek kehadiran siswa. Guru bisa mengetahui berapa jumlah siswa yang terkoneksi dan tidak.

2. 2. Guru menyampaikan topik diskusi dan meminta pendapat siswa. Topik dapat berubah sesuai kesepakatan bersama siswa.

3. 3. Guru menyampaikan aturan daring atau diskusi saat itu: a) setiap siswa terlibat aktif, b) menggunakan bahasa santun dan menghargai pendapat teman, c) siap memberikan refleksi.

4. 4. Siswa mengikuti petunjuk guru: a) siswa selfie dan memberi caption tentang perasaannya selama mengikuti home learning, b) siswa memposting di wag kelas supaya bisa saling memberi tanggapan

5. 5 Guru memberikan closing statement dan refleksi.

Serangkaian kegiatan daring saat itu memberi kesan yang baik. Saya belajar tentang rasa dan toleransi. Sebagian besar caption mereka adalah curahan hati tentang rasa bosan, lelah dan stress dengan setumpuk tugas yang harus dikumpulkan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Saya masih menyimpan asa bahwa para guru dapat memahami siswa dalam masa sulit ini, mengelola tugas tidak sekedar untuk menuntaskan capaian kurikulum melainkan lebih memanusiakan hubungan dengan siswa.