Dinamika hidup. Begitulah manusia harus menjalani lika liku hidup yang memiliki gelombang berbeda. Seperti air yang mengalir...sepanjang perjalanannya dia akan bertemu dengan beraneka ragam batu, sampah, bangkai, dan tidak sedikit sentuhan dari makhluk yang membutuhkannya.

Tarikan nafas yang mencerminkan beban hdup semakin membawa pada titik lelah. Namun, jangan sekalipun menyerah atau berlari untuk menghindar. Hanya butuh waktu sejenak untuk memanggil nama Sang Pemilik Semesta dan curahkan. Jika tak kunjung reda, merengeklah dihadapanNYA. DIA tidak akan menolak panggilanmu atau berlagak sok sibuk untuk mendengar keluh kesahmu. DIA Ar Rahman akan memeluk dan mendekapmu.

Aku puyeng...

2 prolog diatas sangat tepat ditujukan kepada saya. Menyelam dalam situasi ketidakpastian untuk belajar tentang bagaimana menjaga hati dan pola pikir untuk tetap positif dan sehat. Apakah anda pernah merasakan puyeng? Tidak ada yang sia-sia dalam setiap rasa yang hadir. Ritme hidup seringkali memantik kedewasaan dan kematangan dalam berpikir serta mengambil keputusan.

Memutuskan diri dalam kepuyengan. Membutuhkan waktu untuk kembali jernih. Asupan energi positif dari lingkungan sangat berperan dalam meminimalisir kepuyengan.

Puyeng itu sesuatu...

Cukup datang sekali ya