Kulihat wajahku berkerut dan semakin lusuh. Wajah penyusup dan pencuri ilmu menulis di sagu sabu dari ujung timur Kabupaten Wonogiri. Rona wajah sebagian besar pelatihan sagu sabu sukoharjo juga tak jauh berbeda. Suhu udara terasa panas meskipun kipas besar disisi kanan kiri ruangan. Berpikir keras untuk merangkai kata demi kata menuangkan tulisan terasa sulit. Padahal menulis lekat dengan kegiatan saya sehari-hari. Ya, seorang guru selalu menulis di depan kelas, jurnal harian, dan menulis administrasi lainnya. Perlahan paradigma menulis sulit harus diubah menulis itu mudah.

Bersinar dan bersemangat menjadi ekspresi peserta setelah di motivasi oleh Muh Ihsan dan eko prasetya. Menulis menjadi menyenangkan karena bisa apa saja dan dengan bahasa yang mudah dipahami. Menulis populer dapat dilakukan dengan memilih tema yang dekat dan dilakukan sehari-hari. Menulislah agar namamu terkenang. Setidaknya sudah ada dua judul buku yang ingin diwujudkan. Beruntungnya pada sesi istirahat siang sempat berkonsultasi saat dhuhur bersama di masjid.

Angan-angan tulisan kini berjejal dibenak seolah minta di tuangkan dalam tulisan . Telinga ini kini harus mendengar informasi aktual. Bibir ini harus lebih banyak komat-kamit membaca buku-buku media guru. Wajah ini sekarang telah memiliki tekad dan kesungguhan untuk menjadi salah satu penulis. Saya yakin akan memenuhi target menulis, seperti pepatah arab siapa bersungguh-sungguh akan mendapat.

Alumi kelas menulis sagu sabu sukoharjo