Saya sedang menonton TV di Tans melihat seorang anak kecil berusia 6 tahun dan sudah sekolah SD. Dengan lincah dan lemah gemulai gaya tersebut seperti orang dewasa saja. Melihat kepandaian menari saya menonton terus acara tersebut. Setelah ditanya oleh Om Omes presenter Trans TV dengan malu-malu anak tersebut menjawab pertanyaan demi pertanyaan. Kata Om Omes,

1.Dik :Siapa yang mengajarkan menari???Kata anak tersebut menari diajatkan oleh mamah.

2. Dik :Sekarang sudah sekolah kelas berapa??? Baru kelas 1 SD sambil tersipu malu

3.Dik. : Sejak kapan belajar menari??? Sejak usia 3 tahun.

4. Dik. : Sudah berapa kali jadi juara??? Pialaku Om Omes sudah banyak, lihat saja ke rumah... sambil tertawa anak tersebut.

Akhirnya Om Omes berbicara dengan orang tua anak tersebut.Bapak/Ibu pandai sekali putri bpk/ibu menarinya???Ya Om Omes kata ibinya yang menjawab. Kata Om Omes : Pernah kalah dalam lomba menari tersebut??? Anak kecil yang menjawab, Jangan kalah Om Omes nanti tidak bisa menonton di TV aku menari lagi, sambil tertawa anak tersebut.

Kesimpulan dari cerita saya adalah untuk mengajar berbagai keterampilan / ilmu apa saja, anak kecil sangat mudah untuk menerima dan melakukannya. Berbeda dengan kita yang sudah remaco mudah mengingat, mudah sekali hilang ilmu yang diterima / dipelajari, kecuali kalau kita rajin membaca, mempraktikkan. Insyaalloh ilmu tersebut tidak akan lupa. Jadi kita sebagai guru harus belajar untuk sepanjang hayat agar ilmunya tidak cepat hilang. Mudah-mudahan ceritaku bisa menginspiratif kepada bapak/ibu guru agar rajin belajar terutama menulis. Dengan tulisan bekal kita kalau sudah dipanggil oleh Allah Subhanawataala. Ada peribahasa Harimau mati meninggalkan belang, Gajah mati meninggalkan gading dan manusia meninggal dunia meninggalkan tulisan. Semoga bermanfaat.