Sriyanto

Pemuda kampung yang tak berhenti belajar. Belajar menulis, dari apa yang dibaca pada realitas sosial, pendidikan dan agama. Diruang ini bisa menuangkan id...

Selengkapnya
Navigasi Web

Generasi Strawberry

Beberapa hari lalu home visit ke rumah walimurid. Kebetulan orang tuanya di rumah, yang kesehariannya di luar kota. Pulangnya beberapa bulan sekali. Bapaknya dinas kerja di Palembang. Ibunya dinas di Gresik. Murid saya tinggal di Surabaya bersama kakaknya.

Meskipun jauh dari orang tua, murid saya reportnya tidak ada masalah. Yang saya salut kemandirian ibadah, belajar, dan sikapnya yang santun patut diajungi jempol. Menolak sebuah tesis, bahwa jauh dari orang tua menjadi salah sebab masalah anak.

Nah kesempatan ini tidak saya sia-siakan, belajar dari orang tua yang bisa mendidik anaknya dari jarak jauh. Apalagi saya sendiri bakal punya anak usia remaja. Apa rahasianya?

Sempat diskusi panjang lebar. Kedekatan orang tua tak diukur secara fisik. Tapi dekat dihati. Itu sangat hal penting. Meski jauh, setiap hari selalu ada komunikasi lewat Skype. Menanyakan kabar, dan memberikan kepercayaan untuk mengatur dirinya sendiri. Dan selalu memberikan tantangan jika ingin sesuatu. Tidak sekedar dipenuhi kebutuhannya, seperti anak 'bos' yang serba dilayani. Tidak memanjakan anak. Sehingga lebih mandiri, dan bisa menyelesaikan masalah sendiri. Saya kira itu rahasianya.

Harapan orang tua, agar anaknya tidak menjadi generasi rapuh, mudah mengeluh ketika menghadapi masalah. Kalau meminjam istilah Rhenald Kasali generasi Strawberry.

Strawberry adalah buah yang tumbuh subur, menawan, eksotis dan indah. Namun kalau kena sentuhan, mudah rapuh. Itulah gambaran generasi Strawberry adalah generasi kelihatan menawan, cerdas dan kreatif, tapi mudah mengeluh. Mudah menyerah. Daya juang lemah. Tak mampu menyelesaikan problem sendiri. Itulah yang dirasakan Renald Kasali dalam mengelola rumah perubahan. Pengalamannya ditulis dalam buku yang berjudul Generasi strawberry.

Saya kira tidak sedikit anak mellineal mengalami seperti itu. Apakah mereka terlahir dalam kondisi yang mapan. Serba ada. Semua dilayani oleh pembantu. Seperti 'bos' kecil. Semua tugas diambil alih oleh orang tua. Sehingga kemandirian, daya juang tak tumbuh kembang.

Padahal hidup ini, sejatinya sebuah tantangan. Sebagaimana yang dikatakan seorang Psikolog Starford University Carol Dweck (dalam Kasali) yang menulis sebuah buku yang berjudul The New Psychology of Succes, "hadiah terpenting dan terindah dari orang tua untuk anak-anaknya adalah tantangan,".

Dari home visit itu, dapat pelajaran penting sebagai orang tua atau guru tak cukup dekat secara fisik, tapi dekat dihati anak-anak. Memberi kepercayaan, dan tantangan dalam hidupnya. Agar menjadi generasi penuh amunisi. Bukan generasi Strawberry.

Kedungturi, 23/02/2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post