Sriyanto

Pemuda kampung yang tak berhenti belajar. Belajar menulis, dari apa yang dibaca pada realitas sosial, pendidikan dan agama. Diruang ini bisa menuangkan id...

Selengkapnya
Navigasi Web

Si Bungsu Menaklukan Dua Jembatan

Pagi-pagi habis kajian dari masjid, ditantang Si Sulung dan Si Bungsu bersepeda. “Abi, Ayo bersepeda,” ujarnya. Saya menjawab,“Abi mau bersepeda, tapi Abi yang menentukan rutenya,”. Kedua anak menjawab, “ok saya terima tantangan Abi,”. Kemudian Saya tentukan rutenya, keliling kedungturi permai I- Pondok Wage - Aloha - Suko Asri - Pondok Jati - Kedungturi,”.

Nah, saya ingin menguji keberanian anak saya, khususnya Si Bungsu yang masih usia lima tahun untuk bersepeda keliling disekitar perumahan dengan rute yang sudah ditentukan. Bertiga kami bersepeda, ujian pertama harus kita lewati adalah naik jembatan layang Pondok Wage. Si Sulung melewati tak ada masalah yang dilewati. Pada giliran Si Bungsu, agak kesulitan pada saat naik tanjakan. Butuh tenaga ektra. Saya motivasi dari belakang, ayo adik kuat. Ayo adik kuat. “Siap Abi, jangan pangil aku anak kecil Abi (meniru kata-katanya flim Sifa),”ujarnya. Orang-orang yang bersepeda pada lihat, terus berkomentar, “pak kasihan anaknya,”. Menurut batinnya mungkin agak ‘gila’ ayahnya anak segitu dibiarkan kesusahan seperti itu.

Alhamdulilah Si Bungsu berhasil melewati tanjakan tanpa bantuan siapapun. Nah, untuk turun jembatan yang agak tanjam. Hati saya merasa was-was, bisa ndak Si Bungsu melewati ujian ini. saya tanya, “adik berani turun sendiri,”. “Berani Bi,” Jawabnya. Bismillah… ya dik…ketika saya lepas, dan saya awasi dari belakang. Sempat agak oleng tapi masih bisa mengendalikan setirnya. Orang-orang dibelakang saya, berteriak-teriak, pak awas anaknya jatuh, kok tega terhadap anaknya . Orang itu tidak tahu, saya punya niat menguji keberanian anak saya yang masih sekolah TK. Alhamdulilah tantangan naik turun jembatan layang Pondok Wage teratasi.

Rute Pondok Wage sudah terlewati, lanjut ke Perumahan Aloha dengan santai kami menikmati ayunan sepeda. Sampai menuju daerah Suko Asri harus melewati jembatan layang lagi di Legok Asri. Rasanya Si Bungsu tak takut lagi, karena sudah pernah melewati jembatan di Wage. Namun saat mau naik tanjakan, sempat jatuh karena jalan tak rata. Tapi Si Bungsu bangun lagi untuk menaklukan Jembatan Legok Asri.

Melanjutkan petualangan pagi sampai daerah Suko Asri. Di sebelah pasar Suko Asri ada sawah kami istrirahat sambil menikmati buah rambutan yang dibeli dipasar. Setelah selesai istirahat melanjutkan ke rute terakhir di Pondok Jati. Alhamdulilah semua target rute yang terlewati dengan lancar dan asyik.

Ada hikmah yang bisa kita ambil. Bahwa seorang anak, perlu kita beri tantangan atau ujian, agar di masanya sudah siap menerima tantangan. Bisa di mulai usia satu sampai empat belas (menjelang baligh). Usia itu sangatlah tepat diberikan bimbingan oleh orang tua, bukan orang lain. Sehingga di usia baligh lima belas tahun keatas anak sudah matang, dan siap dilepas ke masyarakat. Karena sejatinya pada masanya bargaul dengan masyarakat, sebagai makhluk sosial. Itulah konsep Pendidikan dalam Islam. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ustad Budi Ashari, Lc dalam acara forum komunitas Al Hikmah kemarin.

Saya teringat dalam forum itu, ada orang tua yang merasa ‘pusing’ dengan prilaku anaknya, yang tak berhenti main game dengan gadgetnya dan pulang larut malam tak mengenal waktu. Kemudian beliau cerita, bahwa anak itu perlu diuji. Suatu waktu Ustad Budi pernah menguji anaknya dengan menyediakan handpohone (HP) untuk komunikasi, saat beliau umroh bersama istrinya. Ketika pulang umroh, anaknya ditanya digunakan apa saja HPnya ternyata anaknya belum bisa menggunakan HP sesuai amanah, akhirnya HP itu di tarik. Berarti anak belum siap atas ujian itu. Anak belum tahu kegunaan HP yang sesungguhnya.

Namun kondisi saat sangat terbalik, banyak anak-anak di usia emas (satu sampai tiga belas) dibimbing orang lain dan difasilitasi apapun dirumah dengan bebas. Apalagi tidak pernah di berikan tantangan sesuai usianya. Seharusnya tanggungjawab sudah mulai di kerjakan oleh anak, tetapi semua dikerjakan oleh pembantunya. Sehingga di usia baligh mudah mengeluh, apabila diberikan tantangan dan tanggungjawab. Ketika anak usia remaja, orang tua mulai takut dengan pergaulan temannya diluar. Ia tak paham perkembangan anaknya. Karena di masa kecilnya di didik orang lain dan tak pernah di berikan tantangan dan tanggungjawab.

Dari sini saya mendapatkan ilmu, bahwa seorang anak perlu diuji dan dibimbing oleh orang tua sendiri sejak usia dini. Dalam proses pembimbingan itu, perlu keteladan dari orang tua. Misalnya menguji keberanian. Maka saya mencoba terapkan menguji keberanian pada Si Bungsu, Saya tak sekedar berceramah kamu harus berani melewati jalan umum dengn penuh tantangan, tetapi dengan memberikan contoh langsung di Lapangan bersepeda dijalan umum. Semoga ujian keberanian ini membekas pada Si Bungsu, untuk lebih berani lai setelah menaklukan dua jembatan.

Waallhualam bishowab …

#refleksikegiatanpagi

Sidoarjo, 25/2/2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Inspiratif

25 Feb
Balas



search

New Post