Sriyatni

Kepahitan hidup pernah ia jalani, dengan menjadi orangtua tunggal yang harus merawat ABK. Keadilan Allah sungguh dahsyat tiada manusia yang sanggup menyan...

Selengkapnya
Navigasi Web
PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA MELALUI CERITA LEGENDA DAERAH TUBAN
Dokumentasi Media Kabupaten Tuban

PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA MELALUI CERITA LEGENDA DAERAH TUBAN

PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA MELALUI CERITA LEGENDA DAERAH TUBAN

Oleh: Sriyatni, M.Pd.

Dampak globalisasi membuat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terbendung lagi. Kemudahan mengakses informasi membuat perilaku masyarakat berubah. Anak-anak dan remaja lebih suka menghabiskan waktu berlama-lama di depan telepon genggam. Menurut data BPS tahun 2022 jumlah penggunaa telpon gengam di Indonesia mencapai 67,88% dengan penggunaan rata-rata 5 jam 39 menit perhari, tertinggi dari rata-rata maksimal 2 jam sehari. Artinya bimbingan dan pengawasan sangat diperlukan agar dampak teknologi ini bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

Bimbingan dilakukan dengan meningkatkan kegiatan literasi, caranya mendekatkan sastra lisan berupa legenda para pendahulu Tuban. Dengan hal-hal lama yang dikemas sesuai zamannya, diharapkan akan menarik minat anak-anak muda untuk membaca dan mengenang kembali cerita masa lalu nenek moyangnya. Legenda sebagai bagian sastra lisan diharapkan dapat menuntun perilaku masyarakat. Sastra lisan merupakan sekumpulan karya sastra atau teks-teks lisan yang disampaikan dengan cara lisan. Sastra lisan memuat hal-hal yang berbentuk kebudayaan, sejarah, sosial masyarakat, sesuai ranah kesusasteraan yang dilahirkan dan disebarluaskan secara turun temurun, sesuai kadar estetikanya (Endrswara 2018: 5).

Sastra lisan dikenal nenek moyang kita lewat dongeng yang dilisankan dari para pendahulunya. Leluhur Tuban memiliki legenda dengan tokoh-tokoh ternama seperti: Ronggolawe, Sunan Bonang, Sri Huning, dan yang lainnya. Sastra lisan juga sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Tuban. Pertunjukan sastra lisan yang dikenal masyarakat Tuban dapat berupa wayang, ludruk, ketoprak, drama tradisional, puisi, dan nyanyian. Sastra lisan diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang. Sastra lisan juga kaya makna filosofi, muatan karakter, dan nilai-nilai budaya.

Nilai-nilai karakter dan budaya dari kegiatan literasi inilah, diharapkan dapat meningkatkan karakter kebaikan. Tuban Sembada diinisiasi oleh penulis sebagai akibat keprihatinan tingkat literasi yang rendah, dan mundurnya karakter para pemuda saat ini. Dengan tingkat literasi yang tinggi mampu meningkatkan kemampuan interpersonal masyarakat. Literasi dan sastra lisan akan menambah kemampuan peserta didik mengolah informasi dari platform digital media sehingga membentuk profil pelajar Pancasila.

Sumber daya manusia berkualitas tentu sangat diperlukan untuk menunjang kemajuan suatu daerah. Oleh sebab itu, dibutuhkan penguatan agar sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Tuban unggul, berkarakter, dan mampu bersaing dengan daerah lain. Selain unggul dalam prestasi, karakter yang baik sangat menunjang kesuksesan pembangunan manusia. Agar Tuban lebih dikenal sebagai daerah yang maju dan memiliki generasi yang santun, maka perlu teladan-teladan kebaikan dari pemimpin dan para pendahulunya. Kepemimpinan Tuban saat ini sebagai teladan pula, anak muda yang santun dan cakap dalam menata Tuban lebih baik. Tentunya dengan kolaborasi, inovasi , dan karya terbaik pula. Begitu halnya tokoh-tokoh Tuban masa lalu dalam cerita legenda yang sarat dengan teladan perilaku kebaikan.

Teladan kebaikan itu salah satunya dapat diperoleh dari cerita folkor yang dituturkan secara turun-temurun dari para pendahulu Tuban. Cerita yang tercerai berai dikumpulkan menjadi buku untuk menjadi bahan pembelajaran bagi para generasi muda Tuban. Saat ini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tentu cerita-cerita yang ada, telah dikemas dalam konten yang menarik sesuai zaman dan kondisi masyarakat saat ini.

Cerita-cerita yang dianggap klasik akan ditampilkan menarik dan membangkitkan literasi di kabupaten Tuban. Pada hakikatnya literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui aktivitas antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara. (Kemendikbud: 2016). Dengan kemampuan literasi yang baik tentu sumber daya manusia di kabupaten Tuban akan meningkat dan indeks pembangunan akan meningkat pula.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Tuban saat ini 69,67, masih dalam kategori sedang di bawah IPM Jatim 72,75 dan IPM nasional 72,91. (BPS:2023). Agar IPM Kabupaten Tuban meningkat maka perlu menggiatkan kesadaran literasi Masyarakat. Dengan kemampuan literasi yang baik, maka masyarakat akan memiliki pengetahuan untuk mengakses berbagai informasi melalui panca indera. Harapanya Masyarakat lebih bahagia sehingga umurnya lebih panjang, sehat, dan kehidupannya lebih layak. Dengan kemampuan literasi masyarakat yang baik, dapat mempengaruhi pemilihan gaya hidup sehat, melakukan pencegahan penyakit, dan mencari informasi tentang penanganan dan perawatan medis suatu penyakit. Manfaat literasi juga dapat dipetik melalui pemahaman seseorang terhadap legenda yang merupakan bagian dari cerita rakyat.

Sesungguhnya pemahaman cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Dahulu, cerita rakyat diwariskan secara turun-menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya secara lisan. (Hutomo, 1991: 4). Karya sastra merupakan hasil dari proses kreatif seorang sastrawan dalam merefleksikan fenomena budaya yang ditemuinya, dan melalui langkah kontemplatif yang bernama jarak estetika maka lahirlah sebuah produk budaya yang disebut sastra.

Dengan memandang hamparan karya sastra yang tersaji ibarat memandang laut lepas, indah bagi yang bisa menikmatinya, tetapi tidak hanya indah namun juga berisi bermacam muatan budaya dan pemikiran penulis yang telah melalui proses sublimasi yang bernama proses estetik. Hamparan laut lepas sastra yang berisi bermacam hasil perenungan dan menjelma menjadi karya estetik tentu memiliki nilai-nilai keindahan, namun sebuah keindahan penilaiannya adalah sebuah keniscayaan. Representasi keindahannya bisa ditangkap oleh setiap orang yang menikmati karya. Namun interpretasi pesan akan dipahami berbeda oleh setiap orang, bergantung pada tuntutan estetis yang diharapkan oleh penikmat.

Ada banyak nilai estetis yang bisa dijaring dalam laut lepas yang bernama sastra. Karya sastra sebagai representasi keindahan lingkungan dan budaya bisa muncul dalam beragam bentuk, antara lain melalui cerita asal-usul tempat yang merupakan genre yang kita sebut legenda. Melalui legenda mitos kosmis suatu daerah atau budaya bisa dilestarikan dengan cara yang indah dan menyenangkan sehingga ide-ide estetis dan humanis tidak hanya “mengapung” di dalam dunia imajinatif dan rekaan.

Lewat tulisan ide-ide, pesan moral, dan nilai-nilai kearifan lokal dapat berperan menjadi energi yang interaktif dengan lingkungan. Mengingat tugas sastra adalah membagi energi positif yang ada dalam karya sastra kepada lingkungannya, itulah konsep antropologis dalam penciptaan karya sastra, yang bermuara pada antropologi sastra. Karya literasi berupa legenda desa-desa yang dalam pemikiran penulis dikemas dalam “Tuban Sembada” diharapkan menjadi pondasi pembentukan karakter untuk pembangunan sumber daya manusia khususnya para pelajar di Kabupaten Tuban.

Langkah-langkah yang secara konkret diambil dari nilai-nilai cerita legenda sebagai Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dimensi kearifan lokal adalah :

1. Teladan para guru dalam mencari informasi dan menuliskan dalam buku berupa cerita legenda terdekat dari siswa di lingkungan sekitar.

2. Buku-buku yang menyajikan cerita legenda dapat dengan mudah diakses siswa sehingga meningkatkan minat baca.

3. Ketertarikan pada cerita legenda yang telah dibaca dapat melahirkan penulis-penulis baru dengan membuat skenario cerita drama, atau cerita-cerita lain yang menarik.

4. Pementasan-pementasan cerita oleh siswa dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dimensi kearifan lokal dapat menjadikan nilai-nilai karakter gotong royong, kerja keras, semangat pantang menyerah para tokoh sebagai pijakan perilaku untuk membentuk karakter.

Dale dalam Kerucut Pengalaman Dale (Dale's Cone Experience) mengatakan: “Hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung (konkret), melalui kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang, kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Berdasarkan diagram tersebut, jelaslah bahwa proses belajar meliputi 4 tahapan yaitu:

1. Verbal (mendengarkan cerita)

2. Visual (membaca/melihat pertunjukan cerita)

3. Terlibat (terlibat dalam proses pembuatan cerita)

4. Berbuat (menjadi pemeran dalam cerita)

Proyek penguatan profil pelajar Pancasila melalui cerita legenda dapat menjadi solusi pembentukan karakter generasi Tuban. Sikap gotong royong yang hampir memudar di masyarakat dapat terbangun kembali. Generasi “rebahan” yang hanya memandang telepon genggam sepanjang hari, dapat termotivasi untuk berbuat lebih baik bagi kemajuan Tuban. Begitu pula patriotisme dan semangat ketuaban dapat dipupuk sehingga generasi muda memiliki kecintaan yang besar pada tanah kelahirannya.

Dari paparan di atas penulis berharap kesadaran literasi masyarakat terutama generasi muda meningkat. Literasi informasi yang ada dapat disaring sehingga masyarakat melek teknologi untuk berpikir kritis dan menyaring semua informasi yang ada dengan baik. Dengan cerita legenda daerah di Kabupaten Tuban juga diharapkan kepekaan terhadap lingkungan menjadi lebih baik dan penuh tanggung jawab. Literasi merupakan solusi kemajuan Tuban. Cerita legenda sebagai pendukung pembentukan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Sukses selalu. Salam literasi

28 Nov
Balas

Alhamdulillah, terimakasih

17 Jan



search

New Post