DILEMA JODOH PILIHAN AYAH (Pentigraf)
DILEMA JODOH PILIHAN AYAH
Penulis: St. Chadidjah
Hari memasuki senja, ibu Nur meletakkan sisa dagangannya di atas dipan di teras rumahnya. Lumayan hasil gorengannya hari ini. ia pun, mengambil dompet yang ia letakkan di bawah alas gorengannya. Berniat untuk menghitung hasil jerih payahnya hari ini. baru saja ia membuka dompetnya, tiba-tiba, Syam keluar dari balik pintu, menyambar dompet tersebut, dan langsung kabur tanpa merasa berdosa sedikitpun. Seperti biasa, Nur hanya bisa terpana. Hatinya teriris-iris perih, namun, tak setetes air mata yang nampak di wajahnya. Mungkin, karena seringnya ia mengalami kejadian seperti ini.
Empat tahun menikah dengan Syam, ia belum dikaruniai momongan. Hal ini pulalah, yang dijadikan oleh Syam untuk mengolok-oloknya setiap hari. Sejak menikah, Syam selalu berlakuk buruk kepadanya. Yah, Syam adalah suami yang dipilihkan oleh ayahnya sebelum meninggal. Dan setahun sejak kepergian ayahnya, ibunya pun meninggal. Dan sejak itu pula, ia tinggal sendiri di rumah peninggalan orang tuanya beserta Syam, suaminya.
Selesai madi dan mennganti pakaiannya. Nur duduk, menunggu azan Maghrib. Tiba-tiba, pintu digedor-gedor dari luar. Iya, yakin, pasti Syam, pulang dalam keadaan mabuk. Ia pun membuka pintu, ternyata, pak RT datang dan seorang polisi. Ia memberi kabar, kalau Syam masuk rumah sakit akibat kecelakaan. Tiba di rumah sakit, dokter mengatakan kepadanya, kalau Syam tak tertolong. Ia hanya terpaku, dan terdiam.
#TantanganGurusiana
#TantanganMenulisHari_335
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Pentigraf yang menyayat hati bu.
iya, Bunda. Terima kasih banyak, sudah singgah!
Innalillahi.... Semoga berakhir sudah derita Nur
terima kasih banyak, Pak. sudah mengapresiasi!