PAHLAWAN ITU, KUPANGGIL 'AYAH'
PAHLAWAN ITU, KUPANGGIL “AYAH”
Penulis: St. Chadidjah
Ayah. Entah kenapa, setiap menyebut, “ayah” ada yang bergetar hingga ke relung sanubari. Menohok jantung hingga degupnya semakin kencang. Dan tiba-tiba saja, wajah itu menjelma nyata. Menempel dalam sebuah pigura masa lalu. Terbingkai indah, melukiskan kisah yang tak lekang oleh waktu. Menghadirkan sederet kisah dan kenangan indah tentangnya.
Sederet kisah dan kenangan indah itu menjadi sebuah catatan panjang yang tak akan pernah habis, membentuk sebuah sosok kharismatik, gagah, dan tangguh. Berjuang demi keluarga. Membanting tulang siang dan malam. Tak kenal terik. Tak kenal hujan. Sosok itu adalah pahlawan sejati. Sosok itu kupanggil, “Ayah”.
Gambaran kisah kepahlawanannya, akan kutorehkan dengan tinta emas. Kumulai dengan mengisahkan tentang perjuangannyanya menghidupi sembilan orang anak dengan seorang istri yang hanya ibu rumah tangga. Otomatis, beban dan tanggungjawab, semua ada dipundaknya.
Bekerja sebagai seorang pegawai negeri sipil, perjalanan karirnya pun menorehkan tinta emas. Ia pernah menjabat, Kepala Bagian Ekonomi, Kepala Bagian Kesra. Dan terakhir, hingga ia pensiun, Ia menjabat sebagai Kepala Staf Pembantu Bupati Wilayah 2 Luwu Timur, yang sekarang di kenal dengan istilah, Asisten Bupati. sehingga sangatlah pantas, jika ia mendapatkan penghargaan Satya Lencana karya Satya oleh Presiden Soeharto kala itu.
Sebagai seorang kepala keluarga. Ayah adalah panutan dan teladan yang hebat. Ia selalu menanamkan kedisiplinan, tanggung jawab, dan kejujuran. Pembelajaran kedisiplinan beliau dimulai dalam hal-hal yang sederhana, namun sangat membekas. Bayangkan, setiap hari sarapan pagi bersama selalu tepat pukul 05.30. Dan tepat pukul 06.00. semua sudah harus keluar rumah. Ayah berangkat ke kantor. Dan kami semua berangkat ke sekolah bersamaan. Sehingga, kami pun selalu yang paling tercepat tiba di sekolah. Selain itu, ia pun selalu mengajarkan kami untuk shalat tepat waktu. Dan jika ia tidak pergi shalat di masjid. Maka, ia akan menjadi imam dan memimpin shalat jamaah di rumah.
Ajaran disiplin beliau sangat membekas dalam pribadi kami. Buat saya, ajaran disiplin yang diterapkannya, betul-betul membentuk pribadi saya menjadi pribadi disiplin. Dan ketika saya, mendapat penghargaan sebagai “peserta terdisiplin” dan meraih “peringkat 1” di diklat prajabatan tahun 2006 kala itu. Tidak lain tidak bukan, semua berkat pembelajaran dan kateladanan dari beliau.
Walau ayah sukses dalam karir, namun, ayah adalah petani yang ulet. Ia pun seorang peternak yang handal. Bayangkan, setiap hari Minggu atau hari-hari libur, ia masih menyempatkan diri ke kebun untuk menggarap tanah yang luasnya kurang lebih 2 hektar. Dan yang paling menyenangkan adalah, ia selalu mengajak kami untuk beramai-ramai ke kebun. Sehingga berkebun, menjadi kegiatan rekreasi keluarga yang menyenangkan.
Kebun kami, ditamanami oleh ayah dengan ribuan pohon cokelat. Menanam pisang, rambutan, dan beberapa jenis sayuran. Semua ayah lakukan, tidak lain tidak bukan, demi memenuhi kebutuhan kami. Bukan hanya itu saja. ayah pun berternak ayam, bebek, burung puyuh, dan ayam kalkun di pekarangan belakang rumah. Bisa dibayangkan, bagaimana ramainya keadaan rumah kami. Dan karena peliharaan ini, saya dan kakak saya, diberi tugas untuk mengambil dedak di penggilingan padi setiap dua kali seminggu.
Di balik semua kisah itu, satu hal yang sangat ayah tekankan adalah, semua anak-anaknya, harus mengeyam pendidikan formal ke tingkat yang tinggi. Bayangkan, kala itu. Selain menyekolahkan kami, ayah sendiri melanjutkan kuliahnya. Padahal secara bersamaan, tiga kakak saya kuliah. Dan ketiga-tiganya, kuliah di perguruan tinggi swasta. Namun, semua itu, semakin membuat ayah bekerja keras membanting tulang demi menghidupi kami dan menyekolahkan kami . Berkat perjuangan beliau, hingga detik ini, enam dari sembilan anaknya berhasil menjadi Pegawai negeri Sipil termasuk saya, sedangkan tiga yang lain bekerja sebagai pegawai swasta dan wiraswasta.
Kini, ayah telah tiada. Namun, semangat juang yang diajarkannya akan terus berkobar, dan tak akan pernah padam. Hanya doa yang bisa kupanjatkan. Selamat jalan, “pahlawanku”. Alfatihah untukmu. Aamiin.
#TantanganGurusiana
#LombaMenulisBukuEdisiFebruari2021
Profil Penulis
St. Chadidjah, Lahir, di Makassar, 12 Januari 1972. Berdomisili di Malino Kecamatan Tinggimoncong. Sebagai guru di SDN Centre Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Contact Person, HP/WA: 085256745507, alamat email: [email protected]. Atau silahkan kunjungi https://stchadidjah082626.gurusiana.id. Nama Facebook /Instagram: Ija Yusri: https://m.facebook.com/ija.yusri

Foto ayah dan ibu, dengan 9 orang anak
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa. sukses selalu buat Ibu
Terima kasih banyak, Pak!
Keren Bu
terima kasih banyak, Bunda!
MashaaAllah semoga lolos ibu. Sosok ayah pahlawan dunia akhirat amiin
Terima kasih banyak, Bunda atas apresiasinya!
Cerita inspiratif.... Keren Bun... #Salam Literasi
Terima kasih banyak, Pak!
Hebat bu sayang, entah mengapa setiap membaca kisah siapapun tentang ayah, kerongkongan saya langsung tersedat, terus air mata langsung keluar. Ingat ayah. Semoga ayah kita berbahagia di syurga AllahAamin
Aamiin yaa robbal alamiin. Terima kasih banyak Bunda!
Luar biasa Bu. Semoga Sukses
Aamiin. Terima kasih banyak!
Ayah memang luar biasa. Pahlawan sejati. Keren ulasannya bu St. Chadidjah.
Thanks, Bunda. Meeasa tersanjung jika di follow!
Amazing banget ceritanya Bun salam literasi dan ijin follow bunda
Sangat tersanjung di follow, Bunda. Terima kasih banyak!