Atas Nama Rindu

Sejenak wajahmu berkelebat

Kau datang tepat ketika namamu menjadi puisi,

Sungguh rindu mengajarkanku

Tentang cara menyebut namamu

Sungguh rindu mengajarkanku bagaimana melukis wajahmu

Sempurna di atas kertas

Sejenak wajahmu singgah di air tempat membasuh mukaku,

Ada rindu di sana tenang seperti air, namun beriak tiada henti

Ada namamu di sana lahir sebagai syair merangkai namamu dalam sajak yang berirama

Sejenak wajahmu benam di fikiranku

Aku hanya diam dan membiarkan dirimu berbuat apa saja,

Sungguh-sungguh aku rindu

Teramat rindu

Ingin kuajak kau kemari

Duduk di Gazebo yang sederhana ini

Memandang Bunga-Bunga yang semerbak indah menenangkan

Satu gelas teh dan beberapa iris pisang goreng, dan kita bercerita tentang Matahari tenggelam, tentang temaram yang ditawarkan dan tentang hujan pelan yang menantang rindu

Tanganmu kau biarkan kukecup dan irama burung di sore hari adalah musik hidup terindah yang pernah ada.

Kusebut namamu sebagai puisi, dan cericit burung menjadi latar segala puisi itu.

Rebahlah jika kau lelah,

Aku menyimpankan ruang dekat di lenganku, tidurlah jika kau mau,

Dan aku menjagamu dengan doa-doa

Sungguh aku rindu,

Bayanganmu teramat kuat

Keinginan bertemu sungguhlah berat,

Aku rindu hebat, yahh rindu hebat.

Besok aku akan tetap seperti ini

Dalam rindu kepadamu

Jika tak bertemu biarkan kunikmati

Sampai petang menjadi malam

Dan kau akan menjadi mimpi

Aku rindu

Sungguh-sungguh rindu

Ima Fatimah

#TGM_60H#

#Mari Berkarya#

#H_55#