Petani Dan Penjual Ikan asin
Hati pak Udin gundah gulana. Sawahnya di landa kekeringan. Padi yang di harapkan nampaknya tak akan berhasil. Panen tahun ini di rasakannya akan gagal. Sementara persediaan gabah di lumbungnya sudah mulai menipis.
Lamunan pak Udin langsung buyar saat mendengar suara azan. Bergegas ia menunaikan salat. Selesai salat ia memanjatkan doa. Ia memohon Allah berkenan menurunkan hujan. Agar sawahnya tak kekeringan lagi. Saking semangatnya berdoa, suara pak udin terdengar sampai keluar rumah.
Pak Jali yang kebetulan lewat, mendengar doa yang di panjatkan pak Udin. Pak Jali geram, ia pun langsung menemui pak Udin. Melihat pak Jali yang sedang marah, pak Udin berusaha menenangkan dan menanyakan apa yang terjadi. “ kalau Allah mendengar doa bapak dan menurunkan hujan, lalu saya nanti bagaimana ?” kata pak Jali ketus. Setelah semua jelas, pak Udin hanya bisa tersenyum sambil geleng – geleng kepala. Ternyata pak Jali adalah seorang penjual ikan asin. Yang membutuhkan sinar matahari untuk mengeringkan ikannya. Kalau hujan turun maka ikan asinnya tidak akan kering. Itu artinya pak jali tak bisa berjualan. Pak Udin jadi bingung dan kasian melihat pak Jali.
#MenulisHariKe-159
#MenulisDiGurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kalau berdo'a jangan keras keras pak udin. Kasihan pak Jalil
keren ceritanya buk Has...
Terima kasih pak
maaf,,,ini bpk apa ibuk ya..?!
Ibu lah...kan pake sitti pak bukan muhammad..hehehe..
pakai foto profilnya ya ..?!
Ok pak
Lucu juga ya
Hahahh....begitulah kawan
Dilematis memang. Yah, itulah hidup. Contoh dalam tulisan ini adalah gambaran, bahwa dalam hidup memang harus menetapkan sebuah pilihan. Tetapi sekaligus kita diminta untuk berpikir cerdas dan bersikap bijak pada diri sendiri. Keren, pentigrafnya bunda Haji!