St. Maria Ulfah,S.Pd,M.Pd

ST. MARIA ULFAH NO WA 081343903973 EMAIL [email protected] ...

Selengkapnya
Navigasi Web
HATI BIDADARI

HATI BIDADARI

HATI BIDADARAI

Derasnya hujan di luar sana sederas air mataku yang tak mampu dibendung lagi, hanya suaraku yang mampu kutahan, beruntung lampu mobilnya gelap dan semua penumpang sudah terlelap tidur dibuai oleh alunan lagu merdu yang sejak 5 jam yang lalu mengalun merdu. Entah mengapa ketika lagu “bunda”. Aku jadi seperti orang yang sedihnya bukan main.

Kupernah melalui hal-hal yang ketika aku mengingatnya rasanya mau mati saja. Namun selalu kuenyahkan masa lalu itu dengan mengingat hal yang baik-baik saja. masa kanak-kanak ku sungguh sangat terampas ketika orang tuaku harus selalu bertengkar dan itu masih jelas terekam di benakku ketika ibu dipukuli, jika ibu protes akan kelakuan bapak yang suka judi dan minum tapi ibu sabar saja. Terkadang aku melihat ibuku diperlakukan kasar, kata-katanya pun demikian kasar...belum lagi kalau aku berbuat salah pasti aku dihantam pakai kursi yang terbuat dari besi, untung gak kena kepala.

Hidup seperti di neraka ini tidak berhenti sampai disini, aku dan kedua adikku kini beranjak dewasa, tapi kelakuan sang ayah malah semakin brutal.Dengan bangganya dia membawa janda selingkuhannya masuk ke dalam kamar rumah ku, disaksikan oleh isteri dan anak-anaknya.naudzubillah min dzalik. Lalu ibu hanya bisa menahan emosi karna takut dipukuli,lebih-lebih kami yang notabene dilarang melawan oleh ibu. Haloooo, haruskah hidup seperti ini?mau gak mau,suka gak suka, makan saja itu air mata.

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Adikku yang kedua ita memiliki pergaulan yang sangat bebas,siapa yang bisa melarangnya? ayah saja membiarkannya jadi sia-sia saya menasehatinya karena dia mengatakan “Emangnya kamu siapa saya, ngelarang-larang saya” dan yang membuat saya heran dengan sabarnya , ibu hanya menasehatinya saja, adikku ardi lebih kasihan lagi dia tumbuh menjadi anak yang kasar pula, sifat kasar ayah menurun padanya, kadang dia berteriak seperti orang gila yang menyesali diri dan hidupnya “Gara-gara kalian aku jadi seperti ini, aku jadi bodoh, tidak punya masa depan, aku benci kalian yang tidak pernah mendidik aku dengan benar, dasar orang tua egois!!”. Aku menangis dalam hati sejadi-jadinya,memang benar kata orang bahwa luka hati anak akan terus membekas sampai nyawa terlepas, semua kejadian itu terus membekas dalam jiwaku, aku gak mau seperti Ardi yang frustasi, kuharus memperbaiki masa depanku sendiri.

Kadang aku berkata pada ibu, “ibu, cerai saja sama ayah, kok mau-maunya ibu diperlakukan seperti itu? Aku sudah anggap dia bukan ayahku lagi” tapi ibuku malah menggeleng” Tidak nak, biar bagaimana dia itu ayahmu ,darahnya mengalir dalam tubuhmu”jawab ibu.“Tapi, saya tidak sanggup bu hidup dengan cara seperti ini, melihat janda gatal itu masuk ke dalam rumah seperti istrinya saja.”Ucapku dengan ketus.“Kita punya Allah nak…Biar Allah yang balas semuanya,“

Huhuhu….Hatimu terbuat dari apa bu? Dari batukah ?sampai sekuat itu menahan sakit.

Piiiiip..............klakson mobil sangat keras bunyinya, bikin kaget saja! “Sudah masuk kota makassar” teriak sopir panter.Ternyata sudah jam 4 pagi, tiba di tempat kost dan jam 9 pagi ikut wisuda tanpa ada yang mendampingi karena ibu sakit-sakitan. Meskipun demikian semangat ku tidak pudar karena keadaan ini tidak bisa mengalahkan semangatku.

Suasana wisuda yang sakral membuat bulu kudukku merinding, terdengar pengumuman cumlaude namaku disebut sebagai terbaik kedua. “Sakinah, 3,75”.Syukur Alhamdulillah, mataku berkaca-kaca ingin segera pulang kucium kaki ibuku dan bersimpuh di kakinya memohon maaf atas segala khilaf ku padanya, karena selama ini ada rasa menyesal di hatiku kenapa terlahir di keluarga ini.Usai wisuda semua teman menyalami ku ”Selamat ya sakinah ”...”Iya , terima kasih”...Tiba-tiba rasa iri ku muncul pada Tini, terbaik pertama dengan IPK 3,80 karena semua keluarganya datang dengan pakaian seragam seperti orang mengadakan pesta besar, yah memang benar mereka memang berpesta merayakan hari kemenangan Tini...”Sakinah, ayo ikut ke rumah ada acaran syukuran”ajak Tina, “Tidak usah, aku mau langsung pulang saja soalnya ibuku sakit...makasih ya?” jawabku, mana mungkin aku ikut berpesta di antara mereka, membuat aku tambah sakit hati saja.

Tina memang beruntung memiliki keluarga yang berada, bapaknya kepala desa dan ibunya Pegawai. Sedangkan aku hanya anak yang terlahir dari keluarga yang kacau, untuk kuliah saja ibu harus berjuang sendiri tanpa mendapat bantuan sedikitpun dari ayahku. Tidak pernah lekang dari ingatanku waktu kuliah dulu kalau aku tidak punya ongkos untuk transpor, terpaksa harus jalan kaki ke kampus dengan jarak 5 km. Di kampus selain aktif sebagai ketua tingkat, ketua himpunan, aku juga aktif di kegiatan rohis sebagai bendahara, selain itu di kampus mendapat beasiswa, sungguh karunia yang sangat besar. Kalau selalu berputus asa, maka kuliahku tidak akan selesai ,makanya aku selalu berpikir dan berjiwa besar. Betapa susahnya hidupku jadi manusia. Tapi, Alhamdulillah bahwa semua perjuanganku tidak sia-sia belaka. Lamunanku buyar, tatkala melihat pak bemtor lewat “Bemtor bu?”. Aku kembali ke kost pamit dengan semua penghuni kost dan langsung pulang ke Majene naik mobil panter.

Dalam perjalanan , ibuku menelepon menanyakan keadaan ku “Halo, Sakinah bagaimana wisudanya?”

”Alhamdulillah, aku mendapat gelar cumlaude terbaik kedua bu, terima kasih doanya” “Syukurlah nak, hati-hati di jalan ya?Ibu ingin memberitahukan sesuatu”,suara ibuku parau karna sakit batuk yang tidak kunjung sembuh.

”Ada apa bu?”Tanyaku dengan kaget.”Adikmu, Jamal masuk sel.” Ibuku menjawab dengan menangis.

“Astaghfirullahaladzim, Kenapa Jamal ditangkap Bu?”suaraku kukecilkan biar tidak kedengaran penumpang lain, aku jadi malu sendiri.”Semalam waktu kamu berangkat ke Makassar, Jamal dengan teman-temannya mengejek polisi yang lewat di jalan. Mereka langsung dibawa ke kantor polisi”

“Iya bu, aku segera pulang, Assalamualaikum.”

Aku pulang dengan hati yang gusar, cobaan apa lagi ini? Ya Allah, hati ini rasanya mau terbang saja menutup mata melihat kejadian-kejadian yang memilukan ini, kadang muncul dibenakku perasaan benci melihat dunia ini, hidupku selalu susah. Orang-orang di luar sana selalu bahagia sedangkan saya hanya bisa menangis dan menangis.Mengapa mereka bisa kaya? Mengapa mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Astsghfirullahaladzim… kenapa saya jadi begini? Ampuni saya ya Allah, tidak mensyukuri segala pemberian Mu. Cara berfikir saya jadi sempit seperti ini karena ada cobaan yang menerpaku. “ Jamal, aku kasihan padamu, aku sayang sama kamu dek” hatiku lirih mengingat Jamal. Mobil berangkat jam 5 sore, jiba di Majene jam 12 malam.”, aku masuk rumah dengan rasa capek tingkat tinggi”Assalamualaikum...”Wa alaikumsalam, Sakinah ..kamu sudah tiba nak?`”jawab ibu

“Iya bu, bagaimana dengan Jamal?”tanyaku singkat.

“Besok saja kita ke kantor polisi nak, kamu istirahat saja dulu nanti kamu sakit.”

“Iya bu.”Memang aku sangat capek luar biasa bukan hanya capek fisik tapi juga capek hati.

Keesokan harinya, aku ke kantor polisi.Dalam keadaan seperti ini sosok seorang ayah sangat dibutuhkan. Namun, fungsi Ayah telah lama hilang dalam keluarga kami. Ayah jarang berada di rumah, dia tidak perduli dengan keluarga, dalam hati aku memang masih memiliki rasa dendam yang sangat kepadanya, tapi Tuhan saja Maha Pemaaf kenapa kita sebagai hamba yang hina harus angkuh dan sombong? Biarlah luka jiwa itu menjadi sebuah pemompa dalam diri untuk terus mengalirkan semangat hidup yang lebih positif.

Di kantor polisi, aku melihat Jamal sungguh sangat lusuh, baru sehari di sel, pakaiannya berantakan tidak terurus,dia satu sel bersama dengan teman-temannya . Di dalam sel mereka dibuat supaya mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada aparat kepolisian karena telah menghina salah satu polisi yang lewat di jalan.

Bersyukur karena aparat kepolisian memaafkan dan kami seluruh keluarga yang hadir juga meminta maaf kepada polisi tersebut. Jamal dan kawan-kawannya menyesali perbuatannya dan satu persatu meminta maaf atas kelakuannya yang telah menghina nama baik kepolisisan.Jamal tidak mampu berkata-kata lagi, dia hanya tertunduk, diam dan membisu seribu kata.Selesai proses di kepolisisan, kamipun pamit dengan catatan Jamal wajib lapor sebagai sangsi atas perbuatannya. Untunglah tidak dipenjara dalam jangka waktu lama, setidaknya kami merasa lega.

“Aku minta maaf bu,” Jamal jatuh bersimpuh di kaki ibu,kami semua menangis terhar u. Adikku itapun hatinya luluh melihat kondisi saudaranya yang insyaf“Ya Allah sungguh Engkau Maha Adil.Aku bahagia dapat mengambil pelajaran dari semua yang terjadi meskipun Jamal masih tidak bisa diharapkan jadi kebanggaan keluarga tapi suatu hari aku percaya Engkau akan memberikan hidayahMu kepada hambaMu,....aamiin “Kuusap kedua tanganku pada wajahku, lalu kulepaskan mukena ku.

Beberapa bulan kemudian, ayah mengajak saya dan ibu ke rumah janda kaya itu, entah ayah sedang mimpi apa. Kami turuti saja maunya, daripada kena pukul lagi. Tiba di tempat tujuan..

“Assalamualaikum, “kami masuk ke dalam rumah besar itu tapi tak ada jawaban. Ayah langsung masuk saja dan mengajak kami masuk ke dalam kamar “Ada apa sih?”gumamku dalam hati.Sontak terdengar tangis keras dari janda namanya tante Nina“hiks..hiks maafkan aku ,maafkan aku” tante Nina rupanya sedang sakit keras.tak ada kata yang diucapkannya selain maaf…Ustads yang berada disampingnya rupanya tengah mendoakannya. “Bapak juga minta maaf ya… tante Nina hidupnya tidak lama lagi ,dokter sudah memvonisnya kanker rahang akut dan tidak bisa disembukan lagi…” Langsung dalam hatiku meleleh kasihan melihat kondisinya yang bicaranya gak jelas dan rahangnya bocor sampai kedalam..ihh..ngerinya.Aku menatap ke ibu, Ibupun ikut menangis dan tidak sanggup berkata-kata.

Pulang dari rumah tante Nina, ibu diam membisu….”Bu, betul kata ibu ternyata kita masih punya Allah.. setelah semua kejadian yang kita lalui, ternyata aku baru sadar bahwa ibu memiliki hati bidadari.Ibu bisa bersabar menahan penganiayaan fisik dan psikis dari ayah..terima kasih bu telah menjadi ibu yang super mom bagiku.”kupeluk erat tubuh ibu. Ibupun membalas memeluk erat tubuh kurusku dan mengusap kepalaku.

Seminggu kemudian, tante Nina pulang ke rahmatullah dengan tenang, kami sekeluarga telah memaafkannya. Kini, ayah sudah mulai berubah setelah mendapat balasan dari perbuatannya. Alhamdulillah kabut sudah berubah menjadi cerah, keceriaan, canda tawa akhirnya bisa kurasakan juga. Kupatrikan dalam diriku bahwa hati ibu seperti bidadari yang penuh kebijaksanaan , ridho Ibu adalah ridho Allah, do’a ibu pasti terkabul, seperti apapun kau tersakiti, engkau tidak pernah dendam, malah kau doakan kami agar selalu dilindungi Allah.

Biodata :

St. Maria Ulfah,S.Pd. Kepala PAUD TERPADU Mirta Wahana Alam Kab.Majene. anak dari Hj. Nasmah dan H. Arifuddin serta Ibu dari Lubna dan Fathinah. Setelah mendapat gelar guru berprestasi, Ulfah sekarang ingin terus menuntut ilmu dengan melanjutkan kuliah pascasarjana jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Makassar, berkat dukungan dari orang tua dan suami (Arman M.Sila). Tinggal di kompleks perumahan lutang no.1 Kecamatan banggae timur kabupaten majene Sulawesi Barat.No HP : 081343903973

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Apakah cerita nyata bu. Jika benar, saya sungguh terharu membacanya. Pengalaman luar biasa. Bercampur nilai-nilai luhur.

27 Jun
Balas

Saya menangis tersedu-sedu membacanya. Ada manusia berhati bidadari sungguh langka. Salam kenal ya sama Sakinah. Proud of her.

29 Jun
Balas



search

New Post