Masyaallah, Pertanda Akhir Jamankah? (Guru Dihukum Walimurid)
#TantanganGurusiana
#Tantangan Menulis 60 Hari (Part 43)
Semakin kesini, semakin miris melihat kejadian-kejadian yang menimpa guru, seorang yang memberi ilmu, yang mendidik dengan susah payah, yang penghasilannya belum tentu sepadan dengan ilmu yang diberikan.
Tentu tidak sepadan dengan nilai uang, dibanding pengetahuan yang diberikan kepada anak didik, demi masa depan anak didiknya.
Bapak ibu, lihatlah semua dengan hati, dengan hati nurani, dari setiap permasalahan yang ada, siapapun kita, sebagai seorang walimurid memposisikan diri.
Sangat tidak pantas melihat pemandangan, guru dihukum wali murid, dengan cara merangkak berkeliling kelas di depan anak didiknya, karena dianggap telah menghukum anaknya, masyaallah. Kejadian ini terjadi di salah satu sekolah di kota, di Malaysia. Liputan6.com, Rabu (26-2-2020).
Sudah gersangkah dengan siraman rohani, nilai-nilai agama, sehingga ada kejadian seperti diatas, wajar ketika guru menghukum anak didiknya karena suatu kesalahan, untuk memberikan pelajaran, memang peran guru antara lain mendidik akhlak. Tentu guru menghukum dalam batas kewajaran.
Tetapi walimurid menghukum guru, sungguh tidak bisa dimengerti bagi orang yang berakal, mau jadi apa kalau anaknya dalam tanda kutip”nakal,” apa dibiarkan saja agar tidak tahu mana akhlak terpuji dan tercela?
Adab seorang murid kepada guru, dalam kitab Adab al-Alim wal Mutaalim yang disusun KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdatul Ulama, bagaimana harusnya adab murid terhadap guru, yang memberi ilmu. Sementara kejadian menghukum guru oleh walimurid sungguh bertolak belakang, bagaimana memperlakukan guru yang mendidik anaknya.
Harun al-Rasyid seorang penguasa negeri saja, menyerahkan putranya untuk dididik sang guru/ murabbi (Imam Malik bin Anas), salah satu Madhab empat, dengan kepasrahan total, apabila putranya bersalah dipersilakan untuk dihukum sesuai kesalahannya, lhah ini bukan siapa-siapa, memperlakukan guru semena-mena.
Berhati-hatilah, keberkahan ilmu bagian Rida guru, maka taat kepada guru sudah sepatutnya. Bukan sebuah hal yang berlebihan, guru bukan minta dihormati, dihargai, tetapi begitulah Allah Swt mengajarkan.
Di kalangan pesantren, khususnya pesantren tradisional, nama al-Zarnuji tidak asing lagi ditelinga para santri. Al-Zarnuji dikenal sebagai tokoh pendidikan Islam.Kitabnya yang berjudul Ta’lim al-Muta’allim merupakan kitab sangat popular yang wajib dipelajari di pesantren-pesantren.Bahkan para santri wajib mengkaji dan mempelajari kitab ini sebelum membaca kitab-kitab lainnya.Tapi siapa sebenarnya al-Zarnuji itu?
Nama lengkap al-Zarnuji adalah Burhan al-Din Ibrahim al-Zarnuji al-Hanafi. Nama lain yang disematkan kepadanya adalah Burhan al-Islam dan Burhan al-Din. Namun, hingga kini belum diketahui secara pasti waktu dan tempat lahirnya al-Zarnuji.Nama “al-Zarnuji” sendiri dinisbatkan pada suatu tempat bernama Zurnuj, sebuah tempat yang berada di wilayah Turki. Sementara kata “al-Hanafi” diyakini dinisbatkan kepada nama mazhab yang dianutnya, yakni mazhab Hanafi. Biografiulama4.blogspot.com
Ulama-ulama terdahulu memberikan perhatian yang besar dalam masalah menghormati guru. Sebab menghormati dan mengangungkan guru adalah salah satu sebab keberkahan ilmu didapatkan.
Keberkahan dalam dunia pesantren berarti ziyadatul khair bertambahnya kebaikan yang bersifat immateri seperti kedamaian hidup dan kenikmatan ibadah.
Adapun tatacara menghormati guru atau kiai menurut Syaikh Burhanuddin dalam kitab Ta’lim Muta’allim menjelaskan
ومن توقير المعلم أن لايمشى أمامه، ولا يجلس مكانه، ولا يبتدئ بالكلام عنده إلا بإذنه، ولا يكثر الكلام عنده، ولا يسأل شيئا عند ملالته ويراعى الوقت، ولا يدق الباب بل يصبر حتى يخرج الأستاذ
Bahwa termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya; duduk di tempatnya; memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya; berbicara macam-macam darinya; dan menanyakan hal-hal yang membosankannya. Cukuplah dengan sabar menanti di luar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.
Pada intinya adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjunjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama. Sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhaka kepada Allah Maha Pencipta. BintangSyariah.Com
Studi komparatif atas kitab Ta’lim al-Muta’allim Tariq at-Ta’alum karya al-Zarnuji dan kitab Adab al-‘âlim wa al-Muta’alim karya Hasyim Asy’ari. Kajian ini mencoba membandingkan dengan mengeksplorasi secara mendalam dari aspek sejarah, sistematika penulisan, isi, dan posisi kedua kitab tersebut di kalangan pesantren. Sebagai sebuah kajian teks klasik dan pertimbangan otentisitas karya, yang digunakan oleh penulis adalah naskah klasik yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Dari hasil kajian komparatif ini dapat ditemukan beberapa kesamaan dan perbedaan. Namun juga bisa disimpulkan bahwa keduanya menjadi saling melengkapi terutama karya Hasyim Asy’ari yang memang ditulis jauh setelah karya al-Zarnuji. Di kalangan pesantren, kitab Ta’lim al-Muta’allim merupakan kitab yang sangat penting dan sangat popular. Sehingga hampir di setiap pesantren terutama di pesantren salaf, kitab ini pasti diajarkan. Namun demikian, kita Adab al-‘âlim wa al-Muta’alim juga memperoleh posisi sejajar dengan kitab Ta’lim al-Muta’allim sebagai karya ulama yang mempunyai perhatian terhadap pendidikan Islam. Bagi kalangan pesantren yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama, membaca dan mengkaji kitab Adab al-‘âlim wa al-Muta’alim di samping merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap Hasyim Asy’ari sebagai pendiri NU, juga sebagai bentuk kebanggaan menggunakan karya lokal ulama Indonesia di mana saat ini masih sedikit pesantren yang menggunakan naskah karya ulama lokal sebagai bahan rujukan dan kajian. Laily Hafidzah. Jurnaliainpontianak.or.id
Keywords
al-Zarnuji; Hasyim Asy’ari; naskah klasik; naskah lokal; pendidikan pesantren.
Mudah-mudahan kita selalu sadar, untuk hormat kepada guru, dan memberikan nasehat kepada anak-anak kita agar taat kepada guru, jangan sampai su'ul adab (akhlak yang jelek).
Semoga bermanfaat!
Salam Literasi!
The Sunrise of Java.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Jempol
Ngelus dada pak zae..., ada yaa seperti itu
Jaman sudah terbalik
Meleleh rasane nyah...
mantul
Terimakasih bpk. Yulius