Tantangan Gurusiana hari ke-325. Jelajah Kota Nganjuk
Perjalan saya kali ini, saya awali ke desa Nglundo kecamatan Sukomoro. Desa ini terkenal dengan desa pahlawan buruh, Marsinah. Desa ini sangat mudah kita jumpai, karena berada di jalan Raya Nganjuk, Kertosono. Di pinggir jalan bagian selatan tampak patung Marsinah dan di sebelah utara merupakan pintu gerbang menuju desa tersebut. Desa dimana sang pahlawan dimakamkan.

Karena desa tersebut berdekatan dengan tempat tinggal teman saya MGMP Bahasa Inggris, akhirnya saya meneruskan perjalanan ke arah utara mengikuti jalan beraspal. Kurang lebih berjarak 2 km dari pemakaman Marsinah. Untuk menemukan tempat tinggal teman saya sebenarnya sangat mudah. Namun, saya terkendala komunikasi sehingga harus bolak-balik mencari keberadaan dusun Josuman, tempat tinggal teman saya. Ketika saya sudah berputus asa, beliau mengabari lokasi kediamannya. Namun, setelah saya sampai di kediaman beliau, neliau sedang tidak berada di temoat. Akhirnya, saya mengundurkan diri. Lalu, melanjutkan perjalanan berikutnya.

Tujuan ketiga yakni ke Ngetos, Nganjuk. Namun, di tengah perjalanan saya menyempatkan diri memotret Candi Lor. Meskipun beberapa waktu yang lalu, saya pernah menuliskan candi ini.

Menuju ke desa Ngetos bukanlah perjalanan yang pendek. Saya harus menempuh perjalanan kurang lebih satu jam perjalanan. Desa tersebut berada di area pegunungan. Untuk sampai disini, saya harus melewati hutan yang agak sepi. Namun, yang sangat menyenangkan hati, jalanan beraspal menuju ke tempat ini, sangat halus dan masih baru. Ini terlihat dari warnanya yang masih sangat hitam. Di Ngetos terdapat sebuah Candi. Namun, sudah tidak terawat dilihat dari sekeliling candi. Meskipun, candi ini masuk dalam cagar budaya.

Dari Candi Ngetos saya menapak tilas jalanan dimana saya pernah terjatuh di tanjakan. Seharusnya saya pakai gigi satu, namun saya masih menggunakan gigi dua. Sehingga saya besama keponakan-keponakan saya terjatuh di tanjakan tersebut. Dan hari ini saya bersama putra saya dan benar-benar jalan tersebut masih curam.

Pulang dari napak tilas, tanpa sengaja saya menemukan kuliner legenda yaitu Asem-asem. Namun, saya tidak bisa menikmatinya karena persediaan telah habis. Akhirnya saya mencicipi sate kambing yang empuk. Dengan pemandangan sungai yang sangat lebar dan curam. Karena memang warung tersebut berada di pinggir sungai Kuncir. Dari jendela warung tampak bebatuan yang sangat besar di dasar sungai.

Karena warung tersebut berada di atas sungai Kuncir, maka saya tidak lupa mengabadikannya. Karena, beberapa waktu yang lalu, saya pernah menuliskannya namun minim foto. Jadi, ini kesempatan saya untuk memotretnya. Dulu, sebelum ada pelebaran jembatan, jembatan ini sangat rawan karena sempit. Namun, sekarang sudah tidak sesulit dahulu. Jika di kawasan hutan Sawahan terjadi hujan, maka air di sungai Kuncir berwarna Kecoklat-coklatan dan arusnya sangat deras serta debit airnya meninggi.


Demikianlah jelajah Kota Nganjuk hari ini, besok jelajah masjid Berbek, Nganjuk.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa perjalanan keliling wilayah Nganjuk, selamat ya Bu
Makasih atas kunjungannya
Perjalanan yang mengesakn bunda.
Terima kasih
Saatnya bertualang di kampung sendiri...keren bu
Mantap
Selamat menikmati perjalanannya bu. Salam litarasi!
Salam kembali
Wou..mantab sekali ulasanya, sukses selalu bu bib.
Terima kasih