Suaefi Latief

Saya guru jaman old di alam jaman now. Mencoba untuk menyelami atmosfer jaman now yang beda banget dengan jaman kejayaan Sandiwara Radio Saur Sepuh dan Sinlat K...

Selengkapnya
Navigasi Web

BERKENALAN DENGAN SEORANG MASTER PART 2

BERKENALAN DENGAN MASTER PART 2

Oleh Suaefi Latif (Alumnus Sagusabu Banten 1)

"Kuncinya, harus jujur ketika menulis." (Eko Prasetyo)

Jurus jitu menulis berikutnya dari Mas Eko adalah keharusan bersikap jujur. Maksud jujur di sini adalah menuliskan perasaan apa adanya. Jauh dari sikap 'jaim' alias jaga image. Dengan demikian tulisan kita jadi bernas karena keluar dari kedalaman kalbu. Sebuah proses kreatif yang tidak hanya membutuhkan kepiawaian merangkai kata, melainkan juga butuh keberanian yang cukup besar. Ya, keberanian untuk mendapatkan cibiran, ledekan dan bisa jadi bully orang lain.

Inilah tulisan Mas Eko di WAG Kelas Sagusabu Banten :

Pagi ini dan besok saya berada di Serang, Banten. Seperti yang sudah-sudah, jika bermalam di hotel, saya selalu bersua menu putus asa. Yakni nasi goreng. Kalau sudah begini, saya kangen masakan nyonya di rumah. Duh, jadi kangen beliau. Apalagi sudah lama saya ndak menjalin hubungan bilateral.

Hotel Puri Kayana, Serang, 18 Desember 2017

Miss Dewa meresponnya dengan tulisan : "Nanti rapel sarapan di Bapeda, Mas." Rupanya panitia lokal yang satu ini responsinya pada kejujuran pemred MediaGuru.id ini perihal menu putus asa. Jujur, saya sendiri bingung dengan menu putus asa yang dialamatkan pada nasi goreng. Apa karena penggunaan istilah 'goreng' yang dalam bahasa Sunda artinya jelek. Jadinya nasi jelek, gitu? Endak juga. Menurut saya penamaan istilah 'goreng' di sana karena dalam proses pembuatannya menggunakan minyak goreng dan diaduk-aduk sampai pas cita rasanya. Jadi putus asanya di mana? Semoga di lain waktu akan ada pencerahan tentang istilah putus asa ini.

Lain halnya dengan Ibu Ermawati yang lebih tertarik menyoroti kalimat terakhir postingan Mas Eko. Bunda Erma menulis komentar pendek sekali dan mengena pada tujuan Mas Eko bikin postingan, jujur pada diri sendiri : "Hubungan bilateral?" Bagi kita yang sudah dewasa tentu maklum pilihan kata 'hubungan bilateral' bagi pasangan suami-isteri. Tak ada makna lain, kan? Apa lagi di kalimat sebelumnya ada urusan hati. Yaitu rasa kangen. Kangen pada masakan nyonya dan kangen sama yang masaknya. Pastilah itu kejujuran yang dimaksud Mas Eko tentang suatu aktivitas yang selalu diakhiri dengan mandi junub antara ke duanya.

Sayangnya mendapatkan umpan yang begitu bernas dari Mas Eko, hanya ada 1 lagi yang menggoreng postingan tersebut. Adalah satu akun yang bertajuk Bunda Eroh menulis : "Ia siiiih." Sebuah kalimat super duper pendeknya yang mempertegas bahwa menulis itu harus jujur. Makna lainnya muncul karena terlalu pendeknya kalimat Bunda Eroh. Hal ini bisa jadi pemicu dampak yang sumir, bisa iya pada menulis wajib bin kudu jujur pada hati masing-masing namun bisa juga pada kalimat terakhir yang bikin Mas Eko kangen sama mantan pacarnya di rumah.

So, menulislah dengan hati. Kebeningan hati penulis akan menghasilkan tulisan yang jujur pada diri sendiri. Tentu saja ini yang akan mewarnai tulisan-tulisan kita.

***************

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kejujuran kunci kemakmuran kehidupan. Salam literasi.

24 Dec
Balas

Salam literasi juga. Trims sudah berkunjung.

24 Dec
Balas



search

New Post