Suaefi Latief

Saya guru jaman old di alam jaman now. Mencoba untuk menyelami atmosfer jaman now yang beda banget dengan jaman kejayaan Sandiwara Radio Saur Sepuh dan Sinlat K...

Selengkapnya
Navigasi Web

DITULIS ATAU DIREKAM SAMA SAJA

DITULIS ATAU DIREKAM SAMA SAJA!

Oleh Suaefi Latief (Alumnus Sagusabu Banten 1)

Jika Bang Pendi dari Riau bilang penulis terutama calon penulis itu harus meneriakan kalimat "Selalu ada ide buat jadi bahan tulisan", maka tak ada salahnya kalau saya sarankan kalimat di atas untuk diteriakkan juga keras-keras : "Aha, mumpung ada ide. Menulislah sekarang juga!"

Ide penulisan bisa datang kapan saja dan di mana saja (mirip jinggle iklan minuman, ya?). Selagi ada ide, segera tuliskan! Jangan biarkan ia lewat begitu saja. Tidak ada laptop, hape jadul apalagi yang sudah androidpun jadilah. Aplikasi 'Keep' dari playstore bisa diandalkan. Tak ada keduanya, kertas kecil bekas bungkus kacangpun tak mengapa asal ada pena buat menulisnya. Tentu jauh lebih baik jika di saku selalu ada diary. Jadi, tuliskan segera ide yang muncul sebaris dua baris kalimat. Lebih banyak lagi kalimat yang disusun tentu lebih baik. Setelah di depan PC atau laptop maka bekal tulisan ringkas tadi akan sangat berarti untuk mengembangkan tulisan.

Pencatatan ini penting untuk menyelamatkan ide yang muncul tiba-tiba. Pentingnya aksi ini karena sering kali setelah ide itu muncul lantas menguap begitu saja entah ke mana. Nyaris tak berbekas. Setidaknya itu 'penyakit' yang sering saya alami. Kalau sudah tercatat dengan rapi, setidaknya proses kreatif kita sudah dimulai dengan baik. Bila tiba waktunya, tinggal duduk tenang di depan monitor komputer lalu mulailah mengetik sambil sekali-sekali melihat catatan kecil itu.

Apalagi saat-saat mood tak juga datang, maka catatan kecil kita akan sangat membantu untuk mengatasi masalah tersebut. Tinggal baca dan baca berulang-ulang niscaya akan muncul kalimat pengembangnya. Maka jadilah paragraf. Alinea demi alinea pun tersusun maka jadilah sebuah tulisan. Alhasil, tinggal selangkah lagi Anda jadi seorang penulis!

Bayangkan, jikalau saya tidak membuat catatan kecil saat mengikuti pelatihan Sagusabu Banten 1 beberapa waktu yang lalu, tentu banyak sekali informasi yang lewat dan tak akan lahir Berkenalan dengan Seorang Master baik part 1-3. Begitu pula memoar Antara Plagiarisme dan Sang Pengekor pun kiranya akan sulit dituangkan menjadi sebuah tulisan. Karena tulisan-tulisan itu berbasis catatan kecil yang sempat ditulis dulu. Karena itu ditulis jauh hari setelah peristiwa bersejarah dalam sejarah literasi bagi guru di tanah Sultan Maulana Hasanudin ini. Sudah banyak yang terlewat, luput dari memori terbatas seseorang yang sudah lolita ini. Lain halnya degan memoar Jasinga-Serang with Ladies yang ditulis dadakan pada hari perjalanan itu. Nyaris tidak ada fakta yang dialami yang luput dari ingatan dan berhasil dituangkan dalam tulisan.

Ribet membuat catatan kecil? Jangan diambil pusing. Apalagi materi yang akan kita buat tulisan itu bersumber pada investigasi, wawancara atau presentasi dan press release narasumber seperti pada tulisan jurnalistik atau reportase. Rekam saja dengan hape kita yang setia mendampingi. Beres, kan? Kelemahannya ada ketergantungan pada batre saja. So, jangan lupa selalu dibawa pula power bank-nya, ya. Dari rekaman yang kita buat itulah sumber informasi utama produk proses kreatif literasi jenis reportase. Jangan sampai ada opini penulis di dalamnya Sedangkan tulisan jenis memoar yang bersumber pada hasil rekaman, boleh dibumbui dengan hasil pergulatan batin sang penulis sebagai pelengkapnya atau malah sebaliknya.

Ditulis atau direkam tidak perlu dipertentangkan. Seorang reporter yang sudah jago stenografi alias tulisan cepat pun di jaman ini membutuhkan alat perekam. Sebaliknya stenografi juga masih layak digunakan untuk menambah senjata para reporter yang dulu beken dengan sebutan kuli tinta. Yang jelas, setelah ditulis atau direkam maka langkah berikutnya adalah proses penulisan dan penyusunan tulisan kita sebagai tahap persalinan. Karena munculnya ide penulisan dan membuat catatan kecil serta perekaman informasi dari narasumber, itu baru tahap penghamilan saja kalau pinjam istilah Pamusuk Eneste pada antologi Proses Kreatif terbitan Gramedia tahun 1980-an. Begitu juga saat perenungan dan pergulatan batin ide penulis sebelum dituangkan dalam sebuah tulisan. Itu juga tahap penghamilan, katanya.

***********

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yang keren...menginspirasi

06 Jan
Balas



search

New Post