Suaefi Latief

Saya guru jaman old di alam jaman now. Mencoba untuk menyelami atmosfer jaman now yang beda banget dengan jaman kejayaan Sandiwara Radio Saur Sepuh dan Sinlat K...

Selengkapnya
Navigasi Web

JASINGA-SERANG WITH LADIES

JASINGA - SERANG WITH LADIES

Oleh : SUAEFI LATIF

Perjalanan ke Kota Serang, Provinsi Banten, kali ini lain dari biasanya. Kenapa koq berbeda dari biasanya? Tak lain karena biasanya kalau ke Serang itu maknanya mudik ke tanah di mana saya dibesarkan, maka kali ini berbeda 180 °. Kali ini, yang ke-2, mobil saya dipenuhi gadis-gadis tahun1980-an, karena kini sudah jadi ibu-ibu, bahkan ada yang sudah jadi nenek, yaitu Miss Eni! Mereka adalah Bu Lia, Bu Siti, Bu Dedeh dan Bu Ucu serta Bu Etin Bundadari. Kalau mereka ini rata-rata sudah punya anak 2, sama seperti saya. So, ini sebuah perjalanan mulia dan akbar, yaitu belajar menulis buku dalam diklat Sagusabu 1 Banten. Suatu acara pelatihan bagaimana menulis buku! Beda, kan? Sebelumnya tak seorangpun dari kami yang pernah menulis buku. Paling banter menulis makalah antara lain makalah tentang Administrasi Perpustakaan di SMAN 1 Jasinga tahun 1998 lalu saat menjadi Kepala Perpustakaan Sekolah. Kami ber-7 sepakat berangkat dari Jasinga, Kabupaten Bogor pk. 05.00. Kesepakatan itu sudah dibuat di WAG kami h-1, artinya tanggal 17 kemarin.

Janji tinggallah janji. Selalu ada saja yang tak menepati janji. Pk. 05.30, belum juga lengkap pasukan Jasinga menyerbu Serang. Penyebabnya Miss Eni yang belum juga datang ke lokasi pemberangkatan yang sudah ditetapkan di Setu Siriung, rumah Bu Siti. Bu Siti menelpon yang bersangkutan, kabarnya sudah mau berangkat tapi masih di rumahnya yang berjarak 4 km dari lokasi menunggu. Kami sepakat untuk berangkat juga tepat pk. 06.00. Jika pukul 06.00 tak juga nongol batang hidungnya, dengan amat terpaksa akan kami tinggalkan. Daripada kami semua ber-7 terlambat datang!

Apa lacur, baru sadar kalo hp saya tertinggal di rumah. Tadinya tak pikir sudah ada di tas. Dengan motor pinjaman dari pengantar Bu Lia, saya meluncur mengambil hp dulu. Kebetulan tadi saya belum sempat BAB. Mengambil hp sambil buang hajat dulu! Daripada kebelet di perjalanan, kan lebih enak di toilet sendiri. Betul atau betul? Tapi sepulangnya dari kegiatan itu, Miss Eni belum datang juga ke base camp. Tanpa ba-bi-bu lagi kami berangkat sebab sudah pk. 06.04. Sambil berjalan Bu Lia mencoba menghubungi Miss Eni lagi dan nyambung! Dari percakapan telepon kami sepakat untuk menunggunya di Ciangkrih, 4 km dari base camp tadi. Dari itu pula kami tahu bahwa beliau diantar suaminya dengan kijang barunya.

Menunggu lama tak juga datang. Ditelepon lagi untuk menanyakan posisi pastinya di mana. Jangan-jangan masih di rumah. Ternyata sudah di depan kami sekitar 2 km dari tempat menunggu. Tepatnya di Desa Bagoang! Rupanya mereka melewati kami yang dengan kesal menunggu tanpa terdeteksi! Penyebabnya karena suaminya yang mendadak jadi sopir pribadinya tidak tahu persis Kp Ciangkrih dan tidak tahu dengan mobil saya. Luar biasa, kan? Yang menunggu malah bergilir jadi yang ditunggu.

Akhirnya kami bertemu di Bagoang. Penumpang terakhir masuk dan meluncurlah kami ke Serang mengejar acara di KP3B kompleks Pemprov Banten via Tigaraksa-Cisoka-Bitung-Balaraja dan masuk gerbang toll Jakarta-Merak di ujung Pasar Balaraja. Sepanjang perjalanan tentu kami ngobrol dengan berbagai tema sambil menyantap buras (camilan bubur beras) dan goreng tempe. Obrolan kami temanya beragam, mulai dari semangat menulis sampai yang targetnya hanya sekedar ikut pelatihan saja dan dapat sertifikat. Mulai dari e-raport yang baru diterapkan sampai pada MK seolah menghalalkan LGBT dan kumpul kebo.

Saking serunya obrolan sepanjang perjalanan ini, tak tahunya belokan ke gerbang toll Serang Timur sudah di depan mata. Saya lihat kaca spion dan beri tanda belok kiri, di belakang ada mobil kijang merah pada jarak yang cukup. Tapi para penumpang semuanya pada menjerit.

"Astagfirulloh!" teriak Bu Lia yang duduk di samping sopir.

"Akh, hampir saja kena senggol mobil merah itu!" teriak Bu Dedeh.

"Duh, kenapa dadakan belok?" tanya Bu Ucu.

"Untung enggak nabrak beton pembatas tadi!" tambah Bu Lia.

Sambil bergetar saya katakan : "Alhamdulillah, kita telah terhindar dari kecelakaan. Alloh telah menyelamatkan kita."

Avanza silver dengan nopol F 1885 HI yang membawa kami ke Serang pun keluar gerbang toll Serang Timur dengan perlahan namun pasti. Orang-orang hebat di Gedung Bapeda KP3B lantai 3 sudah menunggu. Pukul 08.35 kami baru sampai ke lokasi dan benar saja, acaranya sudah dimulai dengan terdengarnya bait terakhir stanza pertama Indonesia Raya!

Refrain :

Indonesia Raya!

Merdeka, merdeka!

Hiduplah Indonesia Raya!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selamat ya pak sudah terpilih..

19 Dec
Balas

Trims Bu Endoh.

23 Dec

Wow keren! Smanjas memang oke! Ayoo kita gerakan Jasinga menulis buku

20 Dec
Balas

Terima kasih Bu Endoh. Tulisan ibu pun bagus. Tetap semangat!

20 Dec
Balas

Justru terinspirasi oleh penulis Jangan Panggil Aku Ustadzah. Teruslah berkarya !

23 Dec
Balas

Amazing ....

18 Dec
Balas



search

New Post