Suaefi Latief

Saya guru jaman old di alam jaman now. Mencoba untuk menyelami atmosfer jaman now yang beda banget dengan jaman kejayaan Sandiwara Radio Saur Sepuh dan Sinlat K...

Selengkapnya
Navigasi Web
Di Kawah Paeh Ada Misteri
Persimpangan Trek Curug Buluh-Kawah Ratu (Foto : Dok Pribadi)

Di Kawah Paeh Ada Misteri

DI KAWAH PAEH ADA MISTERI

Oleh Suaefi Latief

naik... naik ke puncak gunung

tinggi... tinggi sekali

kiri-kanan kulihat saja

banyak pohon cemara

(Ibu Soed)

Perjalanan ke Kawah Ratu mulai basah. Bukan karena hujan mengguyur di puncak Gunung Salak. Bukan pula karena celana bagian pantat yang basah karena duduk di tempat basah saat makan pagi tadi. Ini basah yang sebenarnya, karena trek yang dibuat pengelola konon sengaja direkayasa agar pendaki memperoleh sensasi tersendiri. Jadi trek 'The Mosquito's Hill' ini keluar masuk alur sungai kecil, Ci Kuluwung, salah satu anak cabang Ci Sadane dari puncak Gunung Salak.

Sebagai trek yang basah, admin Geotrek MataBumi memang sudah menyarankan peserta mengenakan sepatu kets dan pakaian yang mudah kering. Jadi sandal gunung yang kukenakan sudah cocoklah, karena ia bisa kubawa 'kukucuprakan' nyaris sepanjang perjalanan mendaki mengikuti alur Ci Kuluwung itu. Sensasi yang ditawarkan jalur ini rupanya berbasah-basah ria saat mendaki. Bila haus menerpa, tinggal seruput airnya melalui 2 telapak tangan Anda. Segaar!

Namun setiap langkah tetap harus ekstra hati-hati. Jangan salah pilih pijakan--batu yang labil, bisa berbahaya kalau sampai tergelincir jatuh. Selain itu ada juga titik pendakian yang datar tapi treknya membentuk kubangan lumpur. Jadi kita harus 'milipir' di bagian tepi kubangan itu yang tentu saja licin tanahnya. Mau nekat menginjak bagian tengah kubangan bisa dipastikan lumpurnya melebihi mata kaki atau bahkaan sebetis lebih lima jari. Hasilnya bisa ditebak, lumpur menempel dan lebih apes lagi saat kaki diangkat, sepatu bisa lepas tertinggal di dalam lumpur! So, jangan coba-coba deh mendaki jalur Bukit Nyamuk ini pakai sendal jepit.

Trek berlumpur itu persisnya setelah terowongan flora yang sengaja dibuat pengelola dari anyaman tajuk tumbuhan merambat menjadi semacam terowongan alam. Bukan hanya dari bentuk, melainkan juga dari kerapatan tajuk yang menyerupai terowongan pendek gelap sepanjang 7 meter. Karena cahaya matahari tidak tembus langsung dari atas, hanya dari mulut lorong belaka, maka terbentuklah zona micro-climate tersendiri. Menilik karakteristiknya mirip dengan iklim CF menurut Koepen. Temperatur udara sejuk kelembaban tinggi cenderung basah. Bebatuan pun ditutupi lumut tebal!

Pembaca, barangkali Anda heran mengapa di sebuah trek pendakian koq ada trowongan segala macam? Penulis jelaskan sedikit di sini. Pertama ini namanya trek yang sengaja dibuat, bukan trek yang tanpa rencana. Kedua, pembuatan trowongan di trek ini didukung oleh faktor alam setempat yang ditumbuhi vegetasi tertentu di kiri kanannya. Tentu vegetasi yang bersulur panjang atau yang hakekatnya tumbuh dengan merambat yang potensial untuk dibentuk menjadi tajuk berlorong hidup seperti ini.

Setelah trek datar, di mana tajuk berlorong dan jalur berlumpur menghadang, tiba saatnya pendakian menyusuri sungai lagi. Tak terlalu panjang, kisaran 200 m saja. Hanya saja tulisan di batang pohon itu saja yang membuat pikiran bercabang ke mana-mana. Tulisan itu cukup besar, huruf kapital : SUMBER AIR TERAKHIR.

Di ujung jalur sungai berbatu itu tiba-tiba jalurnya berubah ke arah pukul 03.00 dengan kewajiban melompati bebatuan berlumut di antara gemericik air sebening embun. Pak Efa, personil MataBumi sudah menunggu kami. Matabumi khawatir ada anggota rombongan yang tersesat lurus terus mengikuti sungai padahal harus belok berganti jalur kering. Beberapa anggota tim dibantunya menyebrangi sungai kecil itu dengan menjulurkan tangan untuk ditariknya ke seberang.

Di situ ada tanah agak lapang. Di beberapa tempat nampak jelas bekas api unggun pendaki yang pasang tenda. Penulis sempat melihat di base camp Pasir Reungit ada tulisan yang berbunyi : Waktu pendakian mulai pukul 06.30 -10.00.

Apa itu artinya ? Fakta adanya banyak bekas api unggun itu jelas-jelas ada pendaki yang menginap dan pasang tenda di situ! Tidak ada persepsi lainnya. Bisa jadi mereka mengambil jadwal pendakian menjelang siang, sampai ke puncak sore, turun ke base camp itu untuk menginap. Besoknya dari pagi mereka kembali' ke atas sampai siang baru turun gunung.

Istirahat sejenak. Penulis menenggak isi botol air mineral. Lantas membuka bekal kue kering dan pisang goreng dari varietas pisang ketan yang manisnya sampai 'nyir' kata bahasa Jawa Serang mah. Pisang goreng yang dibeli tadi saat turun dari bis di Buper Gunungbunder dari seorang nenek tua pedagang keliling kawasan wisata Gunung Salak Endah.

Ngobrol sebentar dengan Kang Efa, tentang masa kuliahnya, Berikutnya dia sibuk meladeni pertanyaan ibu-ibu yang tadi ditolongnya menyeberang. Walaupun begitu, dapat diketahui keterangan bahwa dia dari UPI Bandung Jurusan Pendidikan Geografi juga seperti penulis juga. Memang penggiat Geotrek MataBumi ini kebanyakan alumnus ITB dan UPI.

Perjalanan dilanjutkan mengingat awan cumulonimbus sudah menggantung cukup dekat. Jika kelamaan istirahat di sini, hujan sewaktu-waktu bisa turun. Biar pun kaki mulai berat untuk melangkah kupaksakan juga. Misi utama perjalanan dengan Geotrek Matabumi kali ini adalah Kawah Ratu. Apapun rintangannya harus sampai ke sana. Bismillah !

Sebagaimana tulisan peringatan tadi, perjalanan berikutnya memang trek yang kering. Jalan setapak yang berbatu.

Tak beberapa lama kemudian, sejak menanjak sampai beberapa tikungan, malah ketemu trek yang cenderung menurun. Enggak terlalu senang sih dengan trek menurun. Karena biasanya sesudah ketemu trek menurun, berikutnya selalu bisa ditebak ; tanjakan lagi !

Yang menarik perhatian kami adalah suasananya yang aneh. Di depan terhampar pemandangan laiknya di permukaan Planet Mars. Bongkahan batu apung vulkanik yang tergolong scorian terhampar luas diselingi gemericik air berwarna biru yang mengalir ke hilir. Setidaknya lebih mirip dengan Lembah Kematian, the death valley.

Yang mengerikan bukan itu semua. Bukan air mengalir berwarna biru menyelinap gemericiknya di sela-sela bongkahan scorian yang terhampar. Bukan pula bebatuan terjal pada trek yang menanjak nyaris vertikal. Di sana sudah ada 3 orang yang sedang 'merayap' menanjakinya dalam upaya meninggalkan kawasan Kawah Paeh menuju Kawah Ratu. Di Kawah Paeh yang kemudian oleh pengelola diterjemahkan menjadi Kawah Mati pada petunjuk arah dan peringatan bagi pendaki, ada sesuatu yang beraroma mistik. Suasana mistik yang menyembul begitu saja karena didukung oleh kondisi fisik kawah ini. Apa saja itu ? Pertama, aroma Solfatara yang menyengat hidung. Gas sulfur yang keluar dari celah kawah. Gas ini bisa terdeteksi dengan mudah melalui hidung dan tampak kasat mata pula kepulan gasnya. Kecuali fenomena mofet yang menjadi karakteristik kawah ini. Yaitu keluarnya gas karbon monoksida yang tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa.

Justru di sinilah letak bahayanya, karena korban bisa begitu saja terkulai lemas dan berhenti bernafas tanpa menyadari dirinya terancam bahaya. Itu juga yang telah terjadi dengan padang gersang Cantigi. Kulit pohon dan dahan mengelupas. Tak sehelai pun daun tersisa. Mirip bekas hutla terbakar. Kematian hutan cantigi ini diperparah lagi dengan mengeriput batang pohon Cantigi ini seperti telah dipilin-pilin oleh tangan-tangan tak kasat mata. Sebuah mahakarya kreatif semesta.

Seperti biasa, sambil menahan nafas kami jeprat-jepret mengambil gambar. Apalagi pemandangan yang ganjil begini, tak mungkin kami biarkan berlalu tanpa berswafoto.

"Look at that," tunjuk Rafi anak 12 tahun yang diajak Oomnya Pak Yasa mendaki ke Kawah Ratu bersama kami. "So, horor as like a monster's hand," ujarnya bikin bulu kuduk merinding menunjuk sebuah pohon Cantigi yang mengering tapi masih berdiri kokoh walaupun sudah tak berdaun sama sekali. . Selain cakap ber-inggris ria dengan Oomnya, Pak Yasa Gunawan dari Tangsel, kesan pertamaku anak ini memiliki imajinasi yang :liar' dengan ketajaman inderanya. Tapi bisa juga karena pengaruh teman-temannya yang memberikan deskripsi mistik padanya bahwa Gunung Salak inilah Gunung Salak itulah dan sebagainya. Intinya mereka mencoba menakut-nakuti Rafi bahwa di Gunung Salak banyak demitnya.

Selamat Datang di Kawah Mati!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wahh..hebat nih ngetreknya Pa Suaefi..

26 Feb
Balas

Masih bersambung, to be continued. Belum sampai Kawah Ratu.

01 Mar
Balas



search

New Post