Suaibatul Aslamiyyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

SEKOLAH IDAMAN BUKAN FANTASI

SEKOLAH IDAMAN BUKAN SEKEDAR FANTASI

Pada zaman era globalisasi segala kebutuhan primer serta sekunder sudah menjadi kebutuhan utama, dalam hal perkembangan pendidikan pun menjadi tuntutan untuk mengedepankan kemampuan dalam segi akademik maupun non akademik. Terbukti banyak sekolah yang menawarkan kualitas tinggi dipadukan dengan harga yang menjulang tinggi pula. Para orangtua yang menjadi pelanggan untuk menitipkan anak-anak mereka tak merasa berat dengan penawaran harga yang menjulang tinggi terlebih orangtua yang cukup dalam segi materi. Perlu diperhatikan pula dengan kondisi kritis dalam dunia penididikan dengan menekan harga yang cukup mahal menjadikan orangtua yang kurang dalam segi materi mengurungkan niatnya untuk mendaftarkan anak-anaknya, banyak sekali tekanan serta faktor yang mempengaruhi hal tersebut dapat terjadi. Padahal, dalam dunia pendidikan tiada batasan dalam mencerdaskan anak-anak bangsa, lantas mengapa harus menekan biaya yang cukup mahal. Berbicara dalam dunia pendidikan menjadi sentilan bagi penggerak sekolah yang mendedikasikan diri agar lebih matang lagi dalam menyusun anggaran kebutuhan sekolah yang dapat menyamaratakan tanpa membedakan kasta maupun ras.

Berkaitan hal tersebut, banyak pula sekolah yang menawarkan dengan kualitas bagus diseimbangkan dengan kuantitas biaya yang relatif cukup menjamin, sekolah yang seperti itu jarang sekali dapat ditemukan apalagi di daerah perkotaan, biasanya lebih dominan di perkampungan yang masih kental dengan adat. Senada dalam kondisi tersebut, orangtua yang menjadi tumpuan bagi anak-anak agar bisa mengenyam pendidikan yang optimal maka perlu menyeimbangkan cara belajar modern seperti zaman sekarang, sudah tak ayal dengan era 21 pembelajaran dengan menggunakan gadget serta media sosial dalam menunjang perkembangan peserta didik. Lain halnya dengan sekolah yang mengedepankan kualitas serta karakter siswa. Berbicara lagi menegenai karakter, kurikulum di Indonesia menggunakan K13 bisa pula dikatakan Kurikulum nasional (KURNAS) setiap mata pelajaran perlu adanya nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan oleh siswa, berharap dunia pendidikan sedikit naik dari angka krisis akhlak semakin hari semakin mengenaskan. Belum lama siswa dasar kelas dua meninggal dunia karena pukulan keras dari teman-temannya hal tersebut dapat membuktikan bahwa karakter anak bangsa sedang kritis. Sudah menjadi kewajiban setiap praktisi pembelajar untuk lebih berkerja keras dalam meningkatkan karakter bangsa lebih baik lagi.

Senada ucapan Penulis Buku Memanusiakan Manusia karya Munif Khatib " Setiap manusia harus mendapatkan haknya baik pendidikan maupun karakter dalam menunjang kehidupannya di masa depan". Lantas sudah sejauhmanakah para pendidikan memberikan hak tersebut. Sesekali perlunya dalam lima detik memegang cermin untuk menegaskan lagi, sudah benarkah acuan pembelajaran yang sudah diajarkan di sekolah sehingga hal-hal kekerasan atau Bullying tidak terjadi lagi dikalangan pelajar.

Sekolah yang aman, tentram, penuh edukasi yang aktif, kreatif dan inovatif tentu menjadi harapan semua kalangan orangtua. Bahkan hadiah terindah ketika anak-anak mereka mampu berkarakter dengan baik, mengedepankan empati kepada teman dan membuag jauh-jauh sifat korelis. Hal tersebut menjadi pelajaran penting lagi sebagai pendidik sudah saatnya membiasakan diri untuk mengutamakan sikap atau karakter lebih jelasnya dibandingkan muatan pelajaran. Bukan karena tak pentingnya isi pelajaran akan lebih baiknya karakter tersebut diutamakan selama pembelajaran. Seperti halnya, mengucapkan salam kepada guru, saling menyapa, mencium tangan guru terlebih membantunya disaat-saat kesulitan dalam pembelajaran merupakan sebagian karakter pembiasaan yang sudah harusnya dilakukan di sekolah-sekolah idaman bukan sekedar fantasi.

Bisa karena memang terbiasa dan akan menjadi pembiasaan, setelah terbiasa maka terbentuklah dan itu yang dinamakan Adab, tingkatan lebih tinggi dari karakter. "Ucapan Praktisi Guru Jempol Ustadzah Rani Chaerani, M.Pd disela-sela waktunya saat pemberian materi guru menulis di SDIT Mawaddah Depok.

Selamat menulis ^_^ salam literasi .

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

selamat membaca dan menulis, salam literasi juga !

15 Oct
Balas



search

New Post