Ku blokir no wa, telegram, sms dan telpon milik Satria. Ia tidak akan bisa menghubungiku lagi meskipun Ia tahu aku dipindah tugaskan, Ia tidak akan mampu menemuiku, sudah saatnya Satria mengambil langkahnya sendiri. Menikahi wanita selain aku, yang bisa jadi lebih cantik dari aku. Bukan sekedar cantik, tapi kondisi yang sempurna layaknya wanita, melayani suaminya, Melahirkan anak-anaknya.tidak seperti aku!

“Ayo, Tari…!” Mama menarik tanganku dan mengandengku menapaki tangga pesawat menuju Sumatra Utara, “hapus air mata kamu sayang, Mama sangat mengerti, ini sangat tidak mudah bagimu.. sabar ya Tari!” dekapan mama sangat hangat dengan posisi duduk tepat disebelahku.

“Papa, bilang apa pada Satria Ma? Apa alasan Papa membatalkan pernikahanku? Satria percayakah?” entah aku terus memikirkan Satria, kuakui, menghindar dari Satria adalah tujuanku, bukan Cuma menghindar, namun, melupakannya . Mama hanya tersenyum, tanpa membalas pertanyaanku sedikitpun. Hmmm, mama seolah tidak mengerti betapa aku ingin dapat kabar dari Satria meski itu bukan kabar yang menyenangkan, mengapa mama tidak menjawab pertanyaanku? Apa sebenarnya yang mama dan papa rencanakan? Apakah ada sebuah rencana untukku? Akhhhh….! Kenapa aku harus pikirkan itu, toooh yang terpenting saat ini, Satria bisa menerima dan tidak menyulitkan hatiku untuk tetap bersamanya.

Pergi…

Menghilang…

Nyaris tanpa jejak,

Apakah baik-baik saja?

Justru memutuskan tuk pergi, layaknya menbuat lubang lara tak berujung

Terjerembat dalam angan hampa tanpa halu