ADAB DAN AKHLAK PENUNTUT ILMU (BAGIAN 1)
PENUNTUT ILMU (MUKADDIMAH)
Tatkala kita mendatangi suatu majelis ilmu (khususnya ilmu agama) di masjid, di lembaga pendidikan, di madrasah atau di sekolah pada umumnya, ketika ilmu (nasihat) disampaikan oleh Ustad atau guru kepada kita, seketika muncul dalam diri kita suatu kesadaran akan pentingnya ilmu dan manfaat yang dapat kita rasakan dan menjadi tujuan dari kehidupan di dunia dan khususnya di akhirat. Namun, ketika kita keluar dari lingkungan majelis ilmu itu seolah tak berbekas. Hati yang sebelumnya dapat menerima ilmu (nasihat) dengan baik kemudian mengeras dan membatu kembali. Sebagian lagi dari kita sama sekali tidak berubah dan sebagian yang membawa perubahan yang sangat baik bahkan terkadang membawa perubahan yang luar biasa.
Dengan memperhatikan dan melakukan perenungan yang dalam, kita akan menemukan bahwa yang datang ke majelis ilmu atau manusia pada umumnya akan terbagi menjadi tiga yaitu: Pertama, manusia yang menerima ilmu laksana mendapatkan pukulan dengan cambuk. Ketika sesorang habis dipukuli dengan cambuk itu, ia sama sekali tidak merasakan sakit. Kehadirannya di majelis ilmu dan ketika keluar dari majelis tidak ada sedikitpun yang dia dapat. Dia adalah manusia yang sama, tanpa perubahan. Kedua, manusia yang menerima ilmu, mendapati kondisi jiwa dan pikirannya sangat baik, tenang dan dapat menerima segala bentuk nasihat yang masuk ke dalam dirinya. Seolah dia sudah terlepas dari segala kebutuhan kehidupan duniawi. Semua panca inderanya tenang dan hatinya hadir dalam majelis ilmu itu. Namun ketika dia keluar dari majelis itu, maka jiwa lamanya yang diselubungi dengan kebutuhan duniawi kembali hadir, kembali disibukkan hanya urusan dunia. Ketiga, manusia yang tenang dengan panca indera yang berfokus pada ilmu yang disampaikan oleh gurunya, matanya memperhatikan bahasa tubuh gurunya, telinganya hanya mendengarkan dengan seksama apa yang keluar dari mulut gurunya, tangannya mencatat setiap kalimat yang diucapkan gurunya. Ketika keluar dari majelis ilmu langkah kakinya mantap untuk menerapkan ilmu yang baru saja didapat dari gurunya. Sesampai di rumahnya, apa yang dicatat di majelis ilmu tadi dibacanya kembali. Mencoba untuk memilah ilmu yang mana yang dapat dengan segera diamalkannya. Dia selalu menjadi manusia yang baru setiap kali keluar dari majelis ilmu. Selalu mendapat ilmu dan segera mengamalkan yang dia mampu.
Tentu kita berharap kitalah manusia ketiga itu, penuntut ilmu yang dengan ilmunya dia akan memulai untuk mengamalkannya. Yang dengan ilmu yang kemudian diamalkannya, dia mendapati dirinya berada di jalan yang lurus. Ilmu mempunyai frekuensi yang sangat positif baginga, ilmu adalah pegangan hidup baginya. Hadist-hadist yang membicarakan tentang fadhilah (keutamaan) ilmu sangatlah banyak. Imam Muslim telah menshahihkan sebagian darinya, diantaranya hadist Abu Hurairah Radiallahuanhu secara marfu: “Barang siapa menempuh sebuah jalan dalam rangka menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”.
Tentu tidak mudah karena godaan dunia sangatlah beragam dan sangat melalaikan. Perumpamaan tabiat kecenderungan manusia pada dunia laksana air yang terus mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Dibutuhkan kekuatan hati dan pikiran untuk kita bisa naik ke atas. Di sinilah dibutuhkan syariat agama untuk menguatkan dengan kabar gembira dan ancaman yang diberikan agama untuk mempertajam akal kita.
(Bersambung ke bagian #2)
Kitab Rujukan:
1. Ibnu Hajar al-‘Asqalani. “Fathul Bari, Syarah Shahih al-Bukhari: Kitab Ilmu” Jilid 2/35. Penerbit Imam Asy-Syafii. 2018.
2. Imam Al-Bukhari. “Kitab Al-Adabul Mufrad”. Pensyarah Syaikh Dr. Muhammad Luqman as-Salafi “Rasysyul Barad Syarh al-Adabil Mufrad”. Penerbit Griya Ilmu. 2009.
3. Imam Nawawi. “Adabul ‘Alim wal Muta’allim”. Penerbit Maktabah ash-Shahabah, Thantha. 1987.
4. Imam Ibnu Al-Jauzi. “Shaidul Khatir” . Penerbit Maghfirah. 2016.
Catatan: Dengan tidak mengurangi hikmah dari tulisan ini, karena kelemahan ilmu dan perangkat penulis tentang penulisan huruf Arab maka pada tulisan ini tidak dituliskan tulisan Arabnya. Untuk melihat sumber asli tulisan Arab dapat dilihat pada kitab rujukan di atas.
SMK Negeri 3 Tuban, 4 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih pencerahannya, Pak. Sukses selalu. Salam literasi
Semoga kita termasuk golongan yang ketiga...
Barakallah.....
Super sekali artikelnya, lengkap ulasannya. Terima kasih sudah berbagi ilmu..salam semangat.
semoga kita golongan yang ketiga aamiin
Terima kasih pencerahannya Pak. Sangat bermanfaat dan menggugah hati...
semoga kita masuk dalam golongan ke tiga, terimakasih pencerahannya pak
Tulisan pak sucipto mantal semua
Mantaff pak
Semoga kita masuk dalam golongan ke 3 terimakasih pencerahanya dan semoga ber manfaat
Semoga kita masuk dalam golongan ke 3 ...dan semoga ilmu kita bermanfaat ...Aminn