ADAB DAN AKHLAK PENUNTUT ILMU (Bagian 4)
KEIKHLASAN, KEJUJURAN DAN KETEGUHAN NIAT (1)
Keikhlasan, kejujuran dan keteguhan niat akan menjadi pondasi sebelum seorang penuntut ilmu melangkahkan kakinya menuju mejelis ilmu. Seseorang harus berhati-hati apabila dia sebagai penuntut ilmu yang tidak dilandasi oleh keikhlasan, kejujuran dan keteguhan niat. Terlebih apabila ilmu yang dia peroleh tidak diamalkan. Ini semata karena ilmu adalah sumber dan dasar yang penting bagi segala sesuatu yang diamalkan. Orang yang miskin dan benar-benar miskin adalah yang menghabiskan umurnya tanpa ada ilmu yang kemudian diamalkannya. Lenyap pula dari dirinya kenikmatan dunia dan kebaikan akhirat. Dia akan menjadi manusia yang bangkrut di akhirat, padahal beban yang harus dipertanggungjawabkan olehnya sangat berat.
Allah Subhanahuwata’ala berfirman dalam surat al-Bayyinah ayat 5, “Mereka tidak diperintahkan, kecuali menyembah Allah dengan penuh keikhlasan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama...” (QS. al-Bayyinah:5). Dalam surat az-Zumar ayat 2, Allah Subhanahuwata’ala berfirman, “Maka sembahlah Allah dengan penuh keikhlasan...” (az-Zumar:2). Disinilah keikhlasan dalam menuntut ilmu sangat dibutuhkan, karena tanpa keikhlasan maka peribadatan kepada Allah Subhanahuwata’ala yang sangat membutuhkan ilmu tidak akan pernah diperoleh.
Umar bin Khathab Radiallahuanhu meriwayatkan bahwa beliau mendengar Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda, “Amal-amal itu hanya (diperhitungkan) tergantung niatnya dan bagi setiap orang hanyalah apa yang ia niatkan. Barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan, barang siapa hijrahnya karena dunia maka ia akan mendapatkannya, atau karena seorang wanita maka ia akan menikahinya. Maka hijrahnya kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya.” (HR. Bukhari). Disinilah pentingnya niat yang harus dimunculkan di dalam hatinya, karena niat itu akan membawa dirinya kepada tujuannya. Apabila seorang penuntut ilmu hadir dalam majelis hanya untuk menumpuk ilmu semata untuk mendapatkan pujian manusia, maka itu yang akan diperolehnya.
Tentu dibutuhkan keteladanan dari ulama-ulama terdahulu untuk memudahkan kita dalam memahami dan menerapkan keikhlasan, kejujuran dan keteguhan hati dalam menuntut ilmu. Hal ini disebabkan rendahnya pondasi kita (khususnya penulis) dalam memulai menuntut ilmu. Apalagi di zaman yang serba modern sekarang ini, begitu mudahnya informasi yang bisa didapat dan itu sudah dianggap ilmu oleh kita. Padahal sangat dibutuhkan pemahaman yang dalam untuk mendapatkan ilmu yang dapat memberikan manfaat bagi kita di dunia dan akhirat.
Seorang ulama bernama Abdul Wahhab al-Anmathi yang dalam perjalanan menuntut ilmu dan mengajarkan ilmu mengambil jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Muhammad ﷺ dan para sahabat. Tak pernah terdengar dalam majelis ilmunya pembicaraan yang mengarah kepada ghibah, tidak juga meminta bayaran dari pengajaran hadist yang disampaikan. Jika dibacakan kepada beliau hadist-hadist tentang penyucian jiwa, maka beliau akan menitikkan air mata bahkan di beberapa saat lain beliau akan menangis sesenggukan. Bahkan Al-Imam Ibnu Al-Jauzi menceritakan bahwa tangisan beliau sampai meninggalkan bekas bagi siapapun yang mengikuti majelis ilmu beliau. Bahkan apa yang disampaikan oleh Abdul Wahhab al-Anmathi dapat menumbuhkan benih-benih kebaikan dalam jiwa. Menimbulkan benih-benih kecintaan yang dalam kepada sang Khaliq Allah Subhanahuwataala dan ketaatan terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad ﷺ.
Seorang alim yang lain yang dapat mengajarkan kita kepada keikhlasan, kejujuran dan keteguhan hati yaitu Syaikh Manshur al-Jawaliqy. Beliau seorang alim yang bahkan dikenal sangat pendiam, tutur kata yang lembut dan penuh kehati-hatian, sangat teliti, teguh dan amat tekun. Bahkan ketika ditanya sebuah pertanyaan yang sangat mudah dijawab oleh beliau, beliau tetap memerlukan waktu untuk meyakinkan diri untuk dapat menjawabnya.
Bahkan al-Imam Ibnu al-Jauzi memberikan penggambaran yang luar biasa, “Perjumpaan penuntut ilmu dengan beliau berdua Abdul Wahhab al-Anmathi dan Syaikh Manshur al-Jawaliqy akan mendatangkan manfaat yang besar yang bahkan lebih berkesan dibandingkan perjumpaan dengan siapapun”.
(Bersambung ke bagian #5)
Kitab Rujukan:
1. Al-Quran dan Terjemahannya. Terbitan Departemen Agama.
2. Ibnu Hajar al-‘Asqalani. “Fathul Bari, Syarah Shahih al-Bukhari: Kitab Ilmu” Jilid 2/35. Penerbit Imam Asy-Syafii. 2018.
3. Imam Al-Bukhari. “Kitab Al-Adabul Mufrad”. Pensyarah Syaikh Dr. Muhammad Luqman as-Salafi “Rasysyul Barad Syarh al-Adabil Mufrad”. Penerbit Griya Ilmu. 2009.
4. Imam Nawawi. “Adabul ‘Alim wal Muta’allim”. Penerbit Maktabah ash-Shahabah, Thantha. 1987.
5. Imam Ibnu Al-Jauzi. “Shaidul Khatir” . Penerbit Maghfirah. 2016.
Catatan: Dengan tidak mengurangi hikmah dari tulisan ini, karena kelemahan ilmu dan perangkat penulis tentang penulisan huruf arab maka pada tulisan ini tidak dituliskan tulisan Arabnya. Untuk melihat sumber asli tulisan Arab dapat dilihat pada Kitab rujukan di atas.
SMK Negeri 3 Tuban, 8 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
A quality writing. Syukron katsiiran. Sehat dan sukses selalu buat bapak.
Terima kasih pencerahannya, Pak. Sukses selalu. Salam literasi
Luar biasa Pak. Terima kasih ilmunya
Mantap surantap artikel Bapak ... Salam literasi, santun pagi sukses sll...
Terima kasih, ilmunya Pak.
Terimakasih pencerahannya mas.Salam sehat selalu. Terimakasih juga telah berkunjung ke sriyonospd.gurusiana.id
Alhamdulillah. Terima kasih sudah berbagi ilmu, Pak. Salam literasi
Luar biasa pak, terima kasih sudah berbagi ilmu.sangat bermanfaat
Ijin follow ya pak
Terima kasih Pak sudah memberi tambahan ilmu....
Keren tulisan Pak Sucipto. Semangat berliterasi, sukses selalu.
Masyaallah... banyak jalan mencari ilmu, saya dapatkan ilmu di sini barokallah pak
Inspiratif sekali bapak Sucipto, saya banyak belajar dari tulisan bapa, makasih telah berbagi ilmunya.
Terima kadih ilmunya. Luar biasa ,Pak
Terima kasih pencerahannya Pak.
Mantap, sukses ya pak
Betul pak.Keteladanan adalah hal krusial,bukan para pemimpin saja tetapi kita semua.Salam sukses
Terima kasih ilmunya pak..lanjut
Terimakasih tulisannya bapak. Salam literasi
Keren, artikel Bapak memang mantap. Ijin Saya follow Bapak. Salam literasi
Terimakasih pencerahannya pak guru, alhamdulillah bisa belajar dari tulisan Bapak
Keren tulisan Pak Sucipto. Semangat berliterasi, sukses selalu.
Berliterasi dari rumah, saling kunjung dan saling sapa, kutemukan sesuatu yang sangat bermakna dari tulisan bapak yang sangat luar biasa. terimakasih pak, atas tulisan bapak yang sangat menginspirasi dan penuh makna. Sukses selalu buat bapak. Salam literasi
Terima kasih atas pencerahannya, Pak. Alhamdulillah, dapat ilmu lagi. Semoga sukses selalu, Pak.
teriumaksih ilmunya pak
Terimakasih sudah berbagi ilmunya Pak..Sukses selalu
Subhanallah .... tulisan yang inspiratif. Terima kasih Pak telah berbagi ilmu.
Subhanallah .... tulisan yang inspiratif. Terima kasih Pak telah berbagi ilmu.
Luar biasa Pak. Alhamdulillah bertambah ilmu
Kuncinya menuntut ilma mesti ihklas , Keren Salam hormat Pak Sucipto.
Masyallah. sukses selalu. salam dari Kalimantan Selatan
Barakallah ilmu yang bermanfaat bund
Barakallah ilmu yang bermanfaat Pak mantap
Masya Allah. Terima kasih pencerahannyas ustadz
Selalu mencerahkan, salam santun ustadz...
ulasan yang informatif, makasih telah berbagi pak
Alhamdulillah,.... dapat tambahan ilmu, semoga semakin lebih baik,berawal dari niat kita,...
Alhamdulillah