KEIKHLASAN, KEJUJURAN DAN KETEGUHAN NIAT (2)

Setelah kita membahas keikhlasan, kejujuran dan keteguhan niat berdasar Al-Quran dan As-Sunnah Rasulullah Muhammad ﷺ berikut adalah beberapa kalimat-kalimat emas yang keluar dari mulut orang-orang bijak (al-arifin).

Seorang tabiin yang bernama Abul Abbas Abdullah bin Abbas Radiallahuanhu berkata, “Seseorang akan mendapatkan balasan dari perbuatannya sesuai dengan kadar keikhlasan niatnya.”

Abu Muhammad Sahl bin Abdullah berkata, “Orang-orang yang baik pemahaman dan perbuatannya, senantiasa mampu menafsirkan keikhlasan. Jika mereka tidak mendapati selain hanya keikhlasan ini, maka gerak dan diamnya dapat benar-benar hanya karena Allah Subhanahuwata’ala. Tidak ada satupun yang dapat membuatnya berpaling, tidak karena dirinya sendiri, tidak karena hawa nafsunya, bahkan tidak juga karena dunia sekalipun.”

Dikisahkan bahwa Habib bin Abi Tsabit dari kalangan tabi’in, pada satu waktu pernah diminta untuk memberikan sebuah hadist, lantas beliau berkata, “Tidak. Sampai kau hadirkan niat yang ikhlas.” Bahkan seorang dari kalangan tabi’in yang lain yaitu Abu Abdullah Sufyan bin Sa’id ats-Tsauri pernah berkata, “Tidak satupun yang benar-benar dengan serius aku jaga selain niatku, sebab niatlah yang akan membuatku terombang-ambing.”

Ustadz Abu Qosim Abdul Karim bin Hawazin al-Qusyairi berkata, “Keikhlasan adalah satu-satunya kebenaran dalan ketaatan.” Beliau menginginkan dengan ketaatannya itu dapat benar-benar dekat dengan Allah Subhanahuwataala, tidak dengan yang lainnya, tidak pula ingin dicintai oleh manusia, baginya tidak ada hal lain kecuali hanya ber-taqaarub dengan Allah Subhanahuwataala. Kemudian beliau berkata, “Keikhlasan adalah bentuk penyucian akal dari segenap catatan makhluk-makhluk Allah Subhanahuwataala”.

Al-Imam an-Nawawi pernah mendengar Abu Ali ad-Daqaq berkata, “Keikhlasan adalah tentang menjauhi pengakuan manusia, dan kejujuran adalah tentang memurnikan keangkuhan jiwa.” Dengan demikian, orang ikhlas ialah orang yang tidak memiliki sifat pamer dalam dirinya, sementara orang yang jujur adalah orang yang tidak membanggakan dirinya. Ini peringatan buat kita (penulis khususnya) untuk tidak mudah berbangga diri dengan apapun yang kita raih semasa hidup ini. Karena apapun yang kita raih di dunia ini akan semata mendatangkan fitnah dan memudahkan kita jatuh dalam riya’. Pamer pada sesuatu yang oleh Allah Subhanahuwataala dilaknat, bukankah dunia dan seisinya ini oleh Allah Subhanahuwataala dilaknat. Apalah daya kita manusia yang lemah ini, barulah sedikit populer sudah seolah-olah semua sudah dibawah kita.

Mengingatkan kita semua para guru (khususnya penulis) untuk tidak bermudah-mudah membanggakan apapun yang sudah kita raih di dunia ini. Murid yang pintar, murid yang penurut, murid yang juara, murid yang berakhlak mulia, sekolah yang bagus, sekolah yang tertib, sekolah yang yang menghasilkan lulusan yang berkualitas. Itu semua adalah pemberian dari Allah Subhanahuwataala, kita hanya diberi bagian sedikit saja untuk merangkai apapun yang kita bisa dipadukan dengan kemampuan orang lain. Tidak pernah kita diberi kemampuan untuk melakukan sesuatu secara utuh sendirian. Dibutuhkan peran orang lain untuk menutupi kekosongan-kekosongan yang berupa kelemahan dan ketidakmampuan kita. Bahkan prestasi-prestasi pribadi yang diraih oleh guru itu juga semata-mata anugerah yang diberikan oleh Allah Subhanahuwataala. Menjadi guru teladan tingkat kabupaten, propinsi bahkan nasional sekalipun jangan pernah membuat kita ujub. Menjadi penulis populer sehari, dua hari bahkan sebulan dan setahun di gurusiana.id sekalipun itu adalah amanah yang mungkin saja kita tidak sanggup memikulnya. Apalah artinya penulis tanpa seorang pembaca yang juga sahabat kita. Amanah yang harus kita jaga sehingga kita berkesempatan menyampaikan ilmu kepada sahabat-sahabat kita.

Kita para guru diberi anugerah yang luar biasa untuk mengajarkan ilmu kepada murid-murid kita khususnya atau kepada keluarga dan sahabat yang percaya dengan kita. Bukan sesuatu yang mudah untuk menjaga amanah ini. Dibutuhkan keikhlasan, kejujuran dan keteguhan niat sebagai penuntut ilmu. Sehingga ilmu yang kita sampaikan kepada murid-murid kita di kelas-kelas (yang sekarang dirumahkan), tulisan-tulisan kita yang diupload di laman gurusiana.id dapat menjadi ladang ibadah yang pada akhirnya kembali kepada kita. Kembali kepada kita dalam bentuk doa para murid, doa para sahabat yang pada akhirnya akan menjadi obat yang menenangkan jiwa, melapangkan dada, meringankan langkah kaki, memudahkan tangan bersedekah ilmu dan harta, dan memudahkan senyum tersungging.

Untuk para murid, guru harus menyampaikan bahwa pondasi utama bagi penuntut ilmu adalah keikhlasan, kejujuran dan keteguhan niat. Karena dengan ketiga itulah, maka ilmu akan memberikan hikmah dan keberkahan.

(Bersambung ke bagian #6)

Kitab Rujukan:

1. Al-Quran dan Terjemahannya. Terbitan Departemen Agama.

2. Ibnu Hajar al-‘Asqalani. “Fathul Bari, Syarah Shahih al-Bukhari: Kitab Ilmu” Jilid 2/35. Penerbit Imam Asy-Syafii. 2018.

3. Imam Al-Bukhari. “Kitab Al-Adabul Mufrad”. Pensyarah Syaikh Dr. Muhammad Luqman as-Salafi “Rasysyul Barad Syarh al-Adabil Mufrad”. Penerbit Griya Ilmu. 2009.

4. Imam Nawawi. “Adabul ‘Alim wal Muta’allim”. Penerbit Maktabah ash-Shahabah, Thantha. 1987.

5. Imam Ibnu Al-Jauzi. “Shaidul Khatir” . Penerbit Maghfirah. 2016.

Catatan: Dengan tidak mengurangi hikmah dari tulisan ini, karena kelemahan ilmu dan perangkat penulis tentang penulisan huruf arab maka pada tulisan ini tidak dituliskan tulisan Arabnya. Untuk melihat sumber asli tulisan Arab dapat dilihat pada Kitab rujukan di atas.

SMK Negeri 3 Tuban, 9 September 2020