ADAB GURU MENGAJAR (1)

Allah Subhanahuwataala berfirman dalam surat Ali Imran ayat 187, “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu), ‘Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia’, dan jangan kamu menyembunyikannya”. Allah Subhanahuwataala juga berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 159, “Sesungguhnya, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam kitab, mereka itu dilaknat Allah dan semua (makhluk) yang dapat melaknat.”

Begitulah kewajiban yang diberikan kepada seorang guru untuk menyampaikan ilmu yang dikuasainya dan tidak menyembunyikannya. Sehingga ilmu yang dikuasainya dapat disebarluaskan dan dapat memberikan manfaat kepada murid-muridnya. Suatu ilmu tidak akan pernah musnah apabila selalu dipelajari dan selalu diajarkan. Mengajar merupakan salah satu dasar yang dapat menguatkan pilar-pilar beragama, sebab mengajarkan ilmu termasuk bagian penting dalam beragama. Mengajarkan ilmu merupakan ibadah agung yang dapat dilakukan oleh guru. mengajar juga memiliki posisi penting yaitu sebagai hal yang menguatkan segala macam bentuk amal.

Bagaimana seorang guru harus mengajar? Terdapat kurang lebih tigapuluh hal yang harus diperhatikan oleh guru. Pertama, seorang guru mengajar harus semata berniat untuk mendapat ridho Allah Subhanahuwataala dan tidak menjadikan keuntungan duniawi sebagai tujuan. Kedua, seorang guru tidak boleh menghalangi siapapun yang berkeinginan untuk belajar meskipun niatnya belum sempurna. Ketiga, seorang guru harus mendidik para muridnya scara bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan umurnya. Keempat, seorang guru harus mencintai ilmu yang dimiliki dan akan diajarkannya. Kelima, seorang guru hendaklah peduli keadaan murid-muridnya sebagaimana kepeduliannya terhadap dirinya sendiri dan keluarganya. Keenam, seorang guru hendaknya memberikan dan mengajarkan kepada muridnya sesuatu yang dicintai oleh muridnya dan memberikan manfaat buat muridnya. Ketujuh, seorang guru harus ramah ketika menyampaikan ilmu yang dikuasainya, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah agar dapat dipahami dengan baik. Kedelapan, seorang guru tidak boleh menyembunyikan ilmu yang dipunyainya untuk diajarkan. Kesembilan, seorang guru jangan mengajarkan ilmu pengetahuan yang belum mampu diterima oleh murid-muridnya. Kesepuluh, seorang guru tidak boleh mengunggulkan dirinya dihadapan guru-guru yang lain. Kesebelas, seorang guru harus semangat dan serius dalam menyampaikan ilmu. Keduabelas, seorang guru harus mengabsen murid-muridnya dan mencari informasi apabila ada muridnya yang tidak ada. Ketigabelas, seorang guru hendaknya bersungguh-sungguh dalam mengajarkan ilmu kepada murid-muridnya.

Guru harus mampu menjelaskan ilmunya dengan cara yang mungkin berbeda antara murid yang satu dengan lain karena perbedaan gaya belajar murid, daya tangkap murid, kemampuan murid. Guru mungkin saja dengan sedikit isyarat maka siswa yang pintar sudah mampu memahami ilmu yang diberikan, tetapi pada murid yang kemampuannya di bawah itu perlu kesabaran untuk menjelaskan bahkan mungkin saja berulang-ulang.

(Bersambung ke bagian #9)

Kitab Rujukan:

1. Al-Quran dan Terjemahannya. Terbitan Departemen Agama.

2. Ibnu Hajar al-‘Asqalani. “Fathul Bari, Syarah Shahih al-Bukhari: Kitab Ilmu” Jilid 2/35. Penerbit Imam Asy-Syafii. 2018.

3. Imam Al-Bukhari. “Kitab Al-Adabul Mufrad”. Pensyarah Syaikh Dr. Muhammad Luqman as-Salafi “Rasysyul Barad Syarh al-Adabil Mufrad”. Penerbit Griya Ilmu. 2009.

4. Imam Nawawi. “Adabul ‘Alim wal Muta’allim”. Penerbit Maktabah ash-Shahabah, Thantha. 1987.

5. Imam Ibnu Al-Jauzi. “Shaidul Khatir” . Penerbit Maghfirah. 2016.

Catatan: Dengan tidak mengurangi hikmah dari tulisan ini, karena kelemahan ilmu dan perangkat penulis tentang penulisan huruf arab maka pada tulisan ini tidak dituliskan tulisan Arabnya. Untuk melihat sumber asli tulisan Arab dapat dilihat pada Kitab rujukan di atas.

SMK Negeri 3 Tuban, 12 September 2020