PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN DARING (Bagian 5)
1. Pentingnya penguatan nilai-nilai karakter kepada peserta didik melalui pembelajaran daring
Terdapat 3 alasan mendasar mengapa nilai-nilai karakter menjadi sesuatu yang sangat penting dalam melambari pelaksanaan proses pembelajaran daring ini yaitu: 1) arus globalisasi, 2) penyempitan makna pendidikan dan 3) dominasi dogma, dalil-dalil atau ajaran yang diperoleh dari barat.
a. Arus globalisasi
Arus globalisasi ini mengalir dan terdistribusi sangat kencang. Berita yang terjadi di belahan Amerika misalnya dalam hitungan detik sudah diketahui di Indonesia. Begitu juga sebaliknya yang terjadi di Indonesia akan dengan sangat mudah dan cepat diketahui dan tersebar di seluruh dunia. Kecepatan arus globalisasi ini apabila tidak dikelola dengan baik akan berdampak sangat buruk bagi anak bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terjadi di dunia barat dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada di bangsa Indonesia apabila tidak difilter maka akan secara langsung dapat mengikutinya baik secara sadar atau tidak sadar. Di sinilah perlunya nilai karakter itu dikobarkan dalam pelaksanaan pembelajaran daring karena kita tidak memungkinkan untuk bertatap muka dan kita tidak bisa melihat penerimaaan atau penolakan anak peserta didik dengan jelas.
b. Penyempitan makna pendidikan
Penyempitan makna pendidikan ini terjadi pada penyempitan aspek atau domain yang hanya berkutat pada kognitif, afektif dan psikomotor tanpa didukung dengan aspek pendidikan karakter. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah dalam kurikulum sejak 2013 aspek spiritual menjadi bagian dari aspek sikap. Hal ini akan menjadi blunder karena dengan demikian maka aspek spiritual tidak dapat menggerakkan aspek kognitif dan psikomotorik. Padahal kalau kita merujuk pada pandangan Ki Hajar Dewantara seharusnya aspek spiritual itu harus menjadi aspek tersendiri yang harus dibuat taksonominya. Supaya indikator-indikator yang lain seperti kognitif, afektif dan psikomotor dapat diturunkan dari aspek spiritual.
c. Dominasi dogma, dalil-dalil atau ajaran yang diperoleh dari barat
Dominasi dogma dari barat ini pada saat ini secara sadar sudah menguasai pemikiran pendidikan di Indonesia. Secara sadar kita lebih menghargai pendapat Benyamin S. Bloom ketimbang merumuskan kembali pandangan Ki Hajar Dewantara yang merupakan produk bangsa Indonesia. Dogma dari barat ini begitu menguasai pemikiran ahli-ahli pendidikan di Indonesia. Contoh dominasi ini adanya kecenderungan anak didik kita lebih mencintai komik-komik dari Jepang atau game-game dari Amerika.
Ketiga hal inilah yang menjadikan perlunya pendidikan karakter ada di dalam proses pembelajaran daring. Dengan harapan apabila sudah diketahui penyebabnya akan dapat ditemukan strategi untuk penerapannya dalam pembelajaran daring.
SMK Negeri 3 Tuban, 14 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan yang keren dan informatif. Sukses selalu dan barakallahu fiik
bagus
Keren sekali Pak