BOTOK 'DOA' NEK MUNAH ( TAGUR-197)
BOTOK "DOA" NEK MUNAH
Oleh: Suesilowati Sukirman
**
Aku sedang menikmati wedang rebusan kunyit dan sereh, selepas jalan-jalan pagi. Saat sebuah suara serak tua yang khas milik nek munah menawarkan dagangan kelilingnya.
“Ayam bakarnya bu haji” seru nek Munah
“Ya nek…sebentar” sahutku sambil tergopoh mengenakan jilbab sebelum keluar rumah.
Nek Munah selalu memanggilku bu haji, panggilan khas masyarakat betawi.
“Bu…njenengan doyan botok” tawarnya padaku
“Botok apa nek, …apa ada campuran ikan terinya?” tanyaku penasaran
“Iya ada…enak lho bu” lanjutnya sambil merayu
“Mau nek…saya beli 2 bungkus dulu ya nek, mau nyoba dulu” sahutku menanggapi promosi nek Munah sambil mengelus bahu beliau.
Dengan umur yang sudah lebih 60 tahun, sedih rasanya tiap kali melihat tubuh kurus dan tuanya berjalan menjajakan dagangan sayuran siap santap setiap hari.
Aku mencoba mengapresiasi dagangannya dengan membeli setiap kali ia lewat didepan rumah. Namun saat setelah mencoba masakannya terus terang aku ketagihan.
Suaminya suka banget dengan tumis kikil nek Munah, sedangkan aku setelah mencoba pepes tahu dan botoknya jadi ketagihan.
Meski kadang bila harus membeli makanan yang sama setiap hari muncul rasa bosan, namun suamiku selalu mengingatkan untuk tetap membeli dagangan nek Munah.
“Beli saja dek” ujarnya sambil menyolek pundakku
“Nanti dikasihkan ke tetangga” lanjutnya sambil berkerling, memahami bahwa aku pengen ubah menu hari ini.
Satu hal lagi yang luar biasa dan selalu kurindu dari nek Munah, beliau sangat suka mendoakan ku. Membuat ingatan pada kedua orang tua yang telah tiada menari manis di ujung mataku.
Kadang dengan sedikit tambahan bayaran yang kuberikan, aku telah mendapatkan doa yang begitu banyak dari nek Munah. Membuatku malu hati pada gusti Allah. Terngiang ayat “Fabi ayyi aalaa’i Rabbikuma Tukadziban”. Artinya “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Dalam quran surah Ar-rahman, Allah menyebutkan ayat ini berulang-ulang hingga 31 kali. Mengingatkan pada setiap kita, bahwa nikmat allah terlalu banyak melebihi setiap duka dan kesedihan yang kita rasakan.
Andai saja Allah mencabut satu nikmat-Nya atas kita, pastilah hidup kita akan merana, menderita tak berdaya. Bayangkan jika allah menghentikan pasokan oksigen 1 jam saja di bumi…bisakah kita bayangkan apalah kiranya yang akan terjadi?
Lemas, Sesak, setiap orang akan tersengal-sengal dan bayi menangis. Astagfirullah …ampuni kesombongan kami ya Allah.
“Dek… bayar dulu belanjaannya” bisik suamiku
“Kasian…nek Munah udah nungguin tuh” lanjutnya sambil menunjuk ke arah nek Munah yang sedang menikmati air putih hangat yang diberikan suami padanya.
Lamunanku buyar…, dan kulihat nek Munah yang duduk kelelahan setelah berkeliling menjajakan dagangannya.
“Iya…” sambil nyengir kuda aku berlari kedalam rumah mengambil uang.
Jakarta, 20 Agustus 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren ulasannya