SUGENG PUJIARTO

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mama Yang Dirindukan
Foto bersama Bapak dan Mama sebelum prosesi Penikahan di Batam, 26 Desember 2008

Mama Yang Dirindukan

MAMA YANG DIRINDUKAN

Oleh : Sugeng Pujiarto, S.Sos.

Alumni Sagu Sabu Kepri IV Bintan

Tanggal 22 Desember 2019 yang jatuh pada hari Minggu menjadi momen Hari Ibu tahun ini. Mungkin, bagi orang di luar sana, menjadi hari yang penuh haru biru. Menjadi momen kebaktian seorang anak kepada ibunya, bukti penghormatan atas kasih sayang sepanjang masa seorang ibu kepada anaknya. Masa-masa bercengkerama dengan ibu, tertawa, bahkan adakalanya dimarahkan oleh ibu karena kenakalan anak. Ketika sudah beranjak besar, akan menjadi kenang-kenangan tak terlupakan. Akan menjadi kenangan terindah dalam hidup.

Kini saat momen itu datang, aku hanya mampu menerawang jauh kala masa-masa kecil, masa-masa bersama dengan mama, panggilanku pada ibu. Aku masih ingat sekali, saat mama memandikan aku waktu mau berangkat sekolah, awal aku memasuki sekolah dasar. Aku juga masih ingat sekali, kenapa aku sampai harus dimandikan?. Karena aku paling malas untuk mandi pagi, dingin. Dengan bujuk rayu mama, dari jajanan sampai mainan ditawarkan agar aku mau mandi. Bukan hanya itu, dengan telaten mama mengantarku ke sekolah dan menunggu sampai pulang sekolah.

Agak dimaklumi di keluarga, sebab saat itu, akulah anak laki-laki satu-satunya di rumah. Semua yang aku minta dituruti. Namun, membuat aku menjadi anak manja dan keras kepala. Ya, aku sedikit egois. Apa yang aku mau harus terwujud, dan harus ada. Itu yang sering membuat ketiga kakakku pontang-panting menuruti kemauanku. Sebab rengekanku akan mengundang teguran dari bapak. Tapi walaupun begitu, ketiga kakakku sangat sayang denganku. Idih... manja melintir.

Sampai MTs pun, aku masih saja mengandalkan ketiga kakakku untuk membantu menyiapkan perlengkapan ke sekolah. Aku pun masih ingat pesan mama kepada kakak-kakakku, agar selalu menjagaku dengan baik. Sebab aku pengganti bapak kalau suatu saat bapak sudah tidak ada. Ketiga kakakku hanya mengangguk mendengar nasehat mama. Mama sangat sayang kepadaku, apalagi bapak, yang memang sangat mendambakan lahirnya anak laki-laki dari rahim mamaku. Segala yang aku minta pasti dibelikan oleh bapak.

Sayang, 3 tahun setelah aku menikah, di tahun 2008, bapak meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Ya, bapak dipanggil Yang Maha Pemberi Hidup setelah berjuang melawan penyakit ginjal dan diabetes kering selama lebih dari 5 tahun. Kalau ingat bapak, rasanya ingin menangis. Sosok yang sangat menyayangiku ternyata begitu cepat dipanggil oleh-Nya. Pak... aku rindu. Saat bapak menggendongku karena terjatuh di halaman rumah sampai berdarah. Ayah panik melihat aku lututnya berdarah dan sampai menitikkan air mata. Begitu sayangnya bapak kepadaku, sampai aku dijaga bak anak emas. Pak... Semoga Allah selalu meluaskan dan merangkan kuburmu di sana. Semoga Allah mengampuni segala dosamu. Insya Allah aku akan selalu ingat shalat dan akan selalu sayang pada mama, seperti pesan bapak dahulu disela-sela mengajari mengaji aku dan ketiga kakakku. Namun, kini saat aku belum bisa membahagiakanmu, Allah telah memanggilmu. Tapi kuyakin, Allah punya rencana lain dari cobaan ini. Untungnya bapak sudah pernah melihat anak pertamaku, cucu yang sangat dinanti dari aku.

Dan kini, aku hanya punya mama. Walau aku jauh berada di Negeri Bunda Tanah Melayu, tetapi kehadiran mama terasa sangat dekat. Melalui grup WA keluarga, komunikasiku dengan semua sodaraku lancar, begitu pun komunikasi dengan mama. Apalagi ketiga anakku sangat dekat dengan mama dan sangat manja. Mamaku punya kebiasaan menyuapi ketiga anakku saat makan. Tipe mama yang penyayang anak banget, kataku dalam batin. Pun anak-anakku selalu mencari mamaku ketika waktu makan tiba, minta disuapi. Mama memang sudah tua, tetapi kasih sayang kepada cucunya tidak pernah aus. Tetap hangat, bak perapian di musim dingin. Dirindukan tanpa batas oleh aku, istriku dan anak-anakku.

Mamaku memang T.O.P banget. Bukan hanya kepadaku mama sayang, tetapi sayang mama kepada istri dan ketiga anakku membuktikan bahwa mama tidak pernah membedakan kasih sayang kepada kami. Mungkin karena pengalaman hidup yang sudah menempa mama, yang membuat kasih mama begitu ikhlas.

Dua tahun yang lalu, sengaja aku jemput dari Jakarta untuk tinggal di Dabo, nampak wajah sumringah mama. Tak salah jika aku sengaja menjemput, sebab begitu sampai di rumah, dengan badan yang masih lelah, ketiga anakku langsung nempel sama neneknya.

“Nak, nenek biar istirahat dulu, ya”, bujukku pada ketiga anakku yang masih duduk mengelilingi neneknya. Sejurus ketiganya menoleh ke arahku.

“Tak pe la, Yah. Kan Junve rindu sama nenek”, sahut Anakku yang pertama, yang diiyakan anakku yang lain.

“Kesian nenek, Nak”, sergahku dengan nada membujuk. Lalu aku duduk mendekap mereka satu persatu. Kucium pipi mereka dengan lembut sambil tersenyum.

“Denga cakap ayah, ye...Bia nek istirahat luk. Kan lame nek kat sini. Kelak malam boleh Junve, Ave, Alek bebual same nek”, bujukku lagi dalam Bahasa Melayu sambil membimbing ketiga anakku ke luar kamar. Nampak wajah-wajah kecewa dari ketiga anakku, tetapi aku pura-pura tak melihatnya.

Malam harinya ketiga anakku memberondong neneknya dengan berbagai macam pertanyaan tentang kampung neneknya, dan perjalanan neneknya sampai ke Dabo. Aku yang sedari tadi duduk menghadap TV, hanya bisa tersenyum mendengar celoteh ketiga anakku. Sementara mamaku nampak sangat bersemangat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ketiga anakku. Sesekali kudengar canda tawa diantara pertanyaan dan jawaban yang terlontar.

Mama masih seperti yang dulu. Suka masak sayur bening dan tempe goreng tanpa tepung. Makanan yang sangat aku suka sejak kecil. Aroma kencur sayur bening membuat selera makanku meningkat. Di tambah tempe goreng yang gurih, dimakan dengan nasi panas. Wuff... keringat mengucur dari seluruh tubuhku saat menikmati sayur itu. Bukan hanya itu, makanan-makanan yang dibuat mama, mengingatkan kembali pada masa-masa kecilku. Mama seakan ingin kembali memanjakanku dengan makanan yang sangat kusuka saat kecil dulu.

Mama juga telaten menyuapi ketiga anakku yang memang sangat malas kalau disuruh makan. Kalau makan sendiri, paling banter lima suap sudah bilang kenyang. Namun, kalau sudah bunyinya snack... sampai berapa bungkus pun akan habis. Kehadiran mama, mampu merubah kebiasaan ketiga anakku yang malas makan nasi. Berkat ketelatenan mamaku, ketiga anakku sampai kini mau makan dengan nasi yang agak banyak.

Kini dua tahun berlalu, mama sudah kembali ke tanah Jawa karena saat itu di jemput adikku yang ternyata juga merindukan kehadirannya. Aku sebagai abangnya, ikhlas tak ikhlas, harus merelakan mama kembali ke Jawa. Suara tangisan ketiga anakku melepas kepergian neneknya. Mamaku tak sanggup menahan air matanya melihat tangisan ketiga anakku yang tak mau ditinggal pulang ke Jawa. Akhirnya mobil travel yang membawa mamaku bergerak diiringi raungan tangis ketiga anakku yang masih belum mau merelakan kepergian neneknya.

Melihat rasa kehilangan nenek yang begitu dalam, aku tak sanggup menahan kesedihan. Sementara kulihat istriku sudah sedari tadi pipinya basah dengan air mata. Aku mendekap ketiga anakku tanpa mampu menahan tumpahan air mata.

“Nenek sudah pulang. Yok kita masuk rumah lagi. Malu ya nak....”, bujukku sambil berdiri menggandeng tangan ketiga anakku. Masih sambil menangis, mereka melangkah menuju rumah.

Anakku yang pertama sampai mengigau memanggil neneknya. Aku terbangun dan memangkunya. “Nenek sudah pulang, Nak”, ujarku menenangkan. Aku bacakan Ayat Kursi 3 kali untuk menenangkan perasaan rindu yang masih menggelanyut. Bukan hanya sekali, anakku yang pertama mengigau bahkan juga sering bertanya kapan nenek kesini lagi. Menghadapi kenyataan itu, aku menghela nafas tanpa sepatah katapun. Aku hanya mampu mengelus kepalanya dengan memandang iba.

Ma... cucumu sangat menanti kedatanganmu kembali, Ma. Tahukah mama, jika cucumu selalu menanyakan dengan raut berharap. Ma... Mas juga merindukanmu, Ma. Mungkinkah karena disini tidak seramai Jakarta, sehingga mama tidak betah tinggal di Dabo?. Entahlah... yang jelas kami sekeluarga sangat mengharapkan mama kembali lagi diantara kami. I love you, Mom.....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa, seorang ibu yang mampu bangkitkan rasa rindu. Sukses selalu dan barakallahu fiik

24 Dec
Balas

terime kaseh, Bu.

31 Dec



search

New Post