SUGENG PUJIARTO

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Wisata Literasi yang Mengesankan

WISATA LITERASI YANG MENGESANKAN

Penulis : Sugeng Pujiarto, S.Sos.

Pada hari pertama Pelatihan Satu Guru Satu Buku Kepri IV yang ditaja oleh Kementerian Agama Kabupaten Bintan bersama Media Guru Indonesia begitu padat. Setiap peserta antusias mendengarkan ceramah pemateri. Begitu pun aku, sangat serius mendengarkannya. Sesekali aku mencatat hal-hal yang dianggap rawan lupa. Ya, karena kusadar memori otakku mulai melemah seiring berjalannya usia. Dua tugas kubuat walaupun lambat selesai. Semangat dan rasa penasaran yang membuatku serius mendengarkan pemaparan materi oleh narasumber.

Sesuai pengumuman pada awal pelatihan, pada pukul 15.00 semua peserta diajak wisata literasi yang ada di Kabupaten Bintan. Tujuannya relaksasi peserta pelatihan yang dari pagi sampai sore duduk di dalam ruangan mengerjakan tugas.

Menggunakan bus, peserta dibawa berwisata ke Gurun Telaga Biru. Beberapa peserta menggunakan mobil yang mereka bawa ke tempat pelatihan. Ternyata supir bus yang membawa rombongan peserta masih belum paham lokasinya. Di sebuah jalan yang lurus, bus tiba-tiba berbelok ke arah lokasi tambang bouksit yang nampak seperti sebuah gurun. Menyadari bahwa arah yang dituju salah maka supir bus buru-buru membelokan arah laju bus kembali ke jalan beraspal. Perjalanan pun dilanjutkan kembali sampai akhirnya menjumpai tulisan pada sebuah plang nama ”Gurun Telaga Biru”.

Memasuki lokasi wisata, bus melaju berlahan-lahan karena jalan yang dilalui merupakan jalan pasir yang sedikit gembur. Sekitar dua kilometer, bus berhenti di lokasi wisata tersebut. Aku dan peserta lainpun turun. Suasana sore yang ditemani semburat cahaya matahari sore yang masih lumayan terik melambungkan imajinasiku pada gurun di Arab Saudi. Nuansa itu makin kental, sebab patung-patung unta yang terpajang di lokasi gurun seakan daerah tersebut adalah padang pasir di Arab Saudi.

Aku sebenarnya sangat ingin ke tengah gurun tersebut, namun kulitku yang sudah gelap mementahkan hasratku untuk berpose di atas patung unta yang ada di sana. Ditengah kegundahan perasaanku, Pak Zai mengajak duduk di salah satu kantin yang berada tepat didepan jembatan kayu yang menghubungkan ke gurun. Aku, Pak Zai dan dua kawanku memesan minuman dingin. Segelas jus mangga menemani obrolan kosong sambil menunggu peserta lain yang sedang asyik berselfie. Sekitar satu jam duduk di kantin, sang sopir berjalan mengarah ke bus. Aku dan ketiga kawanku pun beranjak dari tempat duduk. Sebelum pergi, Pak Zai membayar minuman yang sedari tadi menemani kami duduk.

Hari sudah mulai petang ketika bus mulai merangkak meninggalkan lokasi wisata tersebut, sehingga sopir bus mengajak pulang kembali ke LPMP. Beberapa peserta tetap ingin pergi ke Lagoi. Akhirnya bus melaju ke lokasi wisata kedua. Menjelang waktu Shalat Magrib, bus sampai di Lagoi. Aku dan peserta lainpun turun dari bus yang sedari tadi membuaiku ke alam mimpi.

Beberapa spot untuk selfie menjadi sasaran para peserta untuk mengabadikan momen tersebut. Seakan tak peduli dengan suasana hari yang sudah gelap, mereka berjalan berkeliling mencari spot-spot yang bisa untuk selfie atau groufie. Mulai dari patung kain, kantin sampai gedung pun dijadikan sebagai latar untuk berfoto. Puas berfoto, para peserta mencari masjid untuk melaksanakan ibadah Shalat Magrib. Kami pun bergiliran ibadah, karena mushala yang ada tidak mencukupi untuk kami beribadah berjama’ah. Usai seluruh peserta menjalankan ibadah, kami menuju ke bus yang tadi membawa kami. Bus pun mulai merangkak meninggalkan Lagoi.

Satu hal yang kuingat, alunan musik di dalam perutku sebenarnya sudah mulai menggoyang saat masih di Gurun Telaga Biru. Untung masih tertolong dengan segelas jus mangga. Alunan musik dalam perutku makin menjadi ketika berada di Lagoi. Bersama seorang ibu, entah siapa namanya, aku berjalan menyusuri ruko mencari Rumah Makan Padang. Dapat sih... tapi tampilannya kurang menarik, sehingga kami urung membelinya. Aku tahan rasa laparku sampai akhirnya bus merangkak kembali meninggalkan Lagoi. Untungnya sekitar satu jam perjalanan, bus berbelok menghampiri rumah makan sop daging dan ayam yang berada persis di tepi jalan.

Rezeki anak shaleh tidak akan salah. Sesaat setelah menyantap hidangan sop daging di rumah makan tersebut, ternyata Ibu Erma, sang bendahara sudah membayar semua makanan yang di pesan para peserta. Rasa syukurku terucap dalam hati.

Sekitar pukul 20.30, bus sampai kembali ke LPMP. Aku pun turun dan bergegas menuju kamar penginapan di LPMP. Aku bergegas menghidupkan laptop dan WLAN HP untuk menyelesaikan tugas yang belum sempat kukirim tadi sore. Alhamdulillah sinyal lancar dan file terkirim. Akhirnya rasa kantuk mengalahkan ragaku yang sudah lelah, dan akupun terlelap dalam buaian dewi mimpi yang mengatarkan pada gerbang kesadaran untuk menjalankan Tahajud dan Witir di kamar penginapan.

Setelah mandi pagi aku berkemas untuk mengikuti kegiatan pelatihan hari kedua. Kulangkahkan kakiku dengan semangat menuju ruang serbaguna LPMP untuk memulai aktifitas pelatihan yang berakhir sore hari.

Itulah sepenggal cerita yang kurangkai dengan sepenuh hati untuk menggapai ilmu pengetahuan baru demi masa depan. Aku seorang guru Sosiologi dari SMAN 1 Singkep, Negeri Bunda Tanah Melayu.

PROFIL PENULIS

Penulis yang bernama Sugeng Pujiarto, S.Sos. Lahir di Kabupaten Purbalingga pada tanggal 14 Mei 1977. Saat ini Penulis hidup bersama seorang istri bernama Yesi Susmita dengan tiga anak yaitu Saviour Kingsman Yegen, Pricha Rafae Anezka Yegen dan Ahmad Furqan Yegen. Penulis tinggal di kota kecil Dabo Singkep Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau.

Bekerja sebagai Guru Mata Pelajaran Sosiologi di SMA Negeri 1 Singkep sejak tahun 2010. Pada tahun 2002 mulai honor sebagai pengajar di SMP Ma’arif Karanggedang, Purbalingga, Jawa Tengah sampai tahun 2007. Pada tahun 2008, pindah mengajar di SD Al Kaffah Legenda Malaka, Kota Batam. Selain sebagai staff pengajar di SMA Negeri 1 Singkep, juga menjadi Pembina Pramuka dan Pembina Radio Komunitas Pelajar “Student FM”.

Sejak MTs, sudah mulai menulis cerpen di majalah anak-anak “Ceria“ terbitan Kota Semarang. Cerpennya juga pernah dimuat di Majalah Depag Jawa Tengah “Rindang” pada tahun 1996 dengan judul “Perantara Cinta” dan 1997 “Adikku Malang”. Pada Tahun 2008 pernah menjadi juara 3 lomba menulis artikel tingkat Provinsi Kepulauan Riau yang ditaja oleh Himpunan Penulis Muda Kepri (HPMK) dengan judul “Bukti Hancurnya Moral Generasi Muda di Kepri”. Saat itu Penulis berstatus baru menikah dan tenaga honorer di SD Al Kaffah Legenda Malaka.

FB : Erik Tu Sugeng Pujiarto, Email : [email protected], HP/WA : 081318236524

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post