Sugeng Rahayu

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tim Karate Emperan

Tim Karate Emperan

SD Mentari adalah sebuah sekolah milik perusahaan perkebunan sawit. Perusahaan sawit yang menaunginya bukanlah perusahaan yang besar. Sehingga SD Mentari hanya bisa bertahan dengan subsidi dana yang pas-pasan. Ibarat kata, hidup segan mati tak mau.

Dalam setiap ajang kejuaraan antar sekolah, SD Mentari lebih banyak menelan hasil tidak menggembirakan. Baru sekali saja mereka meraih penghargaan. Piagam penghargaan tersebut menggantung dengan congkaknya di dinding ruang guru. Kenapa congkak? Karena hanya dia sendiri yang menggantung di situ. Tanpa teman.

Dalam piagam bertulis tinta emas itu disebutkan bahwa SD Mentari adalah juara 3 lomba karate tingkat kecamatan pada 2015. Piagam yang membodohi. Perlu diketahui pada tahun tersebut peserta cabang karate hanya 4 sekolah. Meski kalah bertanding 2 kali, SD Mentari tetap menjadi juara 3 karena 1 sekolah mengundurkan diri.

Awal tahun 2017. Semuanya berubah. Diawali oleh kedatangan Pak Didi. Pak Didi adalah karyawan baru di perkebunan tersebut. Saat berkunjung ke sekolah, ia melihat piagam penghargaan yang tertempel di dinding ruang guru. “Wah hebat” katanya pada Pak Umar. Pak Umar adalah Kepala SD Mentari. “Hebat apanya mas?” kata Pak Umar. “Berarti sudah pernah juara karate ya pak? Hebat sekali pak.” Pak Umar tersenyum tersipu, lalu menjelaskan bahwa itu hanya sebuah kebetulan. Kebetulan yang menguntungkan bagi SD Mentari.

Rupanya Pak Didi adalah mantan atlet karate di kota asalnya. Sempat mengikuti PON dan seleksi Sea Games. Namun sayang, cedera di bahu kanan mengharuskan dia mengubur semua harapannya di cabang olahraga ini. Pak Didi tertarik untuk melatih murid SD Mentari. Hal itu ia sampaikan pada pihak sekolah. “Silahkan mas. Silahkan saja. Tapi mohon maaf.” Ucap Pak Umar. “mohon maaf kenapa pak?” tanya Pak Didi. “Mohon maaf, kami tidak bisa membayar honornya” lanjut Pak Umar malu-malu. “Ohhhh kalau masalah itu, jangan dipikirkan pak. Saya ikhlas melatih anak-anak. Sayang jika sedikit kemampuan yang saya miliki tidak saya amalkan.”

Sejak pertengahan Januari 2017 Pak Didi mulai melatih karate di SD Mentari. Minat anak-anak lumayan juga. Terbukti ada 15 anak yang mengikuti latihan karate. Ada 10 anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Dari sekian banyak muridnya ada 4 anak yang paling rajin dalam mengikuti latihan. Mereka adalah Aldi, Rusman, Renata, dan Fahra. Jarang sekali mereka berempat tidak hadir dalam latihan. 4 sekawan yang selalu bersama.

Masalah mulai timbul ketika hujan datang. Biasanya mereka berlatih di halaman sekolah. Namun beberapa hari belakangan, hujan turun dengan deras. Halaman sekolah tempat mereka berlatih menjadi becek. Jangankan paving beton. Rumput saja memang tidak tumbuh secara merata di halaman sekolah. Pak Didi tidak kurang akal. Mereka pindah di emperan kantor guru. Karena hanya di situ tempat yang cukup luas dan terlindung dari hujan.

Hujan tidak menyurutkan langkah 4 sekawan untuk tetap datang latihan. Mereka berempat sudah hafal kata 1 sampai dengan kata 4. Gerakan mereka luwes dan tegas. Pak Didi mengajarkan pada mereka berempat cara pertandingan komite. Agar mereka juga siap mengikuti pertandingan pada ajang kejuaraan resmi. Singkat kata, SD Mentari sudah mempunyai atlet pada cabang karate.

Suatu sore sehabis latihan, Pak Didi berpesan pada anak didiknya. “Anak-anak. Semangatlah terus dalam berlatih. Bapak yakin bahwa dari tempat ini. Dari emperan kantor ini. Kelak di kemudian hari akan lahir karateka-karateka handal.”

Pak Didi memang cukup kreatif. Memanfaatkan apa yang ada di sekitar bisa dimanfaatkanya untuk media melatih anak didiknya. Untuk latihan fisik misalnya, anak-anak diajak lari berkeliling blok-blok kebun sawit. Lalu berenang menyeberangi kolam tampungan air yang ada di belakang pabrik kelapa sawit. Untuk melatih kekuatan pukulan digunakan batang-batang pisang yang jumlahnya melimpah di sekitar sekolah.

Satu hal yang Pak Didi tidak mampu menghadirkan untuk anak didiknya. Seragam Karate. Bahkan menjelang diadakan kegiatan Olympiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat kecamatan, mereka belum memiliki seragam karate. Padahal salah satu syarat menyebutkan bahwa peserta harus menggunakan atribut secara lengkap. Tiga ratus lima puluh ribu untuk satu set seragam karate adalah harga yang begitu tinggi bagi mereka. Pak Didi tidak kuasa meminta pada orang tua anak didiknya untuk membeli seragam. Dia paham benar, keluarga anak didiknya hanya buruh rendahan dengan gajinya serba cukup. Cukup buat makan dan cukup buat bayar hutang.

Namun, sekali lagi kecerdikan Pak Didi teruji. Tidak seperti hari biasanya, sore ini Pak Didi menyelesaikan latihan lebih awal. Anak-anak diajaknya ke belakang sekolah. “Apa yang kalian lihat di sini Aldi?” tanya Pak Didi. “Banyak pohon pisang pak.” Jawab Aldi. “Ya benar sekali. Pohon-pohon pisang ini yang akan mengantarkan kalian menjadi juara.” Anak-anak hanya melongo. Mereka belum paham.

Pak Didi meminta anak laki-laki memilih dan menebang pisang yang sudah tua dan masak. Panen pisang sore itu menghasilkan 11 tandan. Mereka beramai-ramai mengangkutnya ke penjual pisang yang mangkal di simpang jalan depan kantor kebun. Dua Ratus Dua Puluh Lima Ribu mereka dapatkan dari hasil menjual pisang. “yah, kurang dua puluh lima ribu pak” ucap Fahra sedih. “Nanti kurangnya biar saya yang bayar.” Ucap Pak Didi. Anak-anak tersenyum bahagia.

Pak Umar menyampaikan pada Pak Didi bahwa kegiatan O2SN tingkat kecamatan akan dilaksanakan pada Sabtu tanggal 8 April 2017. “Berarti dua hari lagi pak? Baik saya akan siapkan anak-anak sebaik mungki. Terima kasih informasinya pak.” Pak Didi sangat bersemangat. Untuk lomba ini, Pak Didi memilih dua laki-laki dan dua perempuan. Aldi dan Rusman untuk atlet putra, Renata dan Fahra untuk atlet putri.

Sabtu, 8 april 2017 telah tiba. Dengan diantar naik John Deree milik kebun. Mereka berangkat ke kota kecamatan. Untuk cabang karate diikuti oleh 7 sekolah. Masing-masing sekolah mengirim empat atlet. Dua putra dan dua putri. Pak Didi menyampaikan pada mereka berempat bahwa seragam hanya 1 set. Setiap selesai dipakai harus cepat diberikan pada teman yang akan bertanding selanjutnya. Anak-anak menggangguk tanda bahwa mereka sudah paham.

“Fokus, dan kalianlah juaranya.” pesan singkat itu berulang kali diucapkan Pak Didi untuk anak didiknya. “Kita berlatih di emperan, kita hanya memiliki satu seragam, tapi kitalah juaranya. Fokus dan kalianlah juaranya.” Ucap Pak Didi sekali lagi dengan semangat.

Hasil lomba O2SN untuk cabang karate sangat memuaskan bagi SD Mentari. Aldi berhasil menang di final putra walaupun dia sempat cidera dibagian pinggang. Renata harus puas meraih peringkat dua stelah di final ia dikalahkan wakil dari SD Eka Surya.

Pak Umar sampai rela sujud syukur di aula tempat lomba menyaksikan anak didiknya dikalungi medali kemenangan. Anak-anak tim karate yang menyaksikan ikut bersorak dan bangga. Juara 1 Putra dan Juara 2 Putri. Hasil yang belum pernah dicapai pada tahun-tahun terdahulu. Untuk pertama kali dalam sejarah berdirinya, SD Mentari akan mengirim siswanya bertanding ke tingkat kabupaten.

Kombinasi anatara kerja keras, kecerdikan, strategi dan semangat pantang menyerah telah mengantarkan Pak Didi dan tim karate emperannya meraih mimpi dan melangkah maju.

“Anak-anak. Semangatlah terus dalam berlatih. Bapak yakin bahwa dari tempat ini. Dari emperan kantor ini. Kelak di kemudian hari akan lahir karateka-karateka handal.”

Itulah pesan Pak Didi. Kalian juga bisa melakukannya

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren pak Didi. Salam hormat buat beliau pak.

06 Aug
Balas

siap... beliau masih mengantar siswa kami bertanding di provinsi

06 Aug

semangat Bushido, telah memasuki diri. Salam buat pak Didi. dan salam buat anak-anak hebat. Prestasi sekecil apapun tetap diapresiasi. merekalah para penerus kita. Salam kenal...

06 Aug
Balas

saya setuju dengan bapak,, salam

06 Aug



search

New Post