Dulu,ketika aku masih kecil,seringkali kudengar alunan puji – pujian dari pengeras suara masjid.Kebetulan,rumahku di desa,berdekatan dengan sebuah masjid yang tak begitu megah,apalagi megah.Namun,masjid itu pulalah yang menjadi tempat pertemuan aku dan teman – teman masa kecilku.Setiap sore,menjelang maghrib, kami habiskan waktu dengan mengaji,menimba ilmu,berdiskusi ala santri,mencari bekal demi di kemudian hari,saat kami menuju kehidupan abadi,menghadap Ilahi.

Terdengar lantunan syair pujian itu begitu menyentuh kalbu,sebuah pesan sakral yang mengingatkan kita semua,tentang datangnya suatu masa.Ya…masa dimana kita tak lagi bisa merasa,mulut tak lagi bisa berkata dan bicara,tangan terbelenggu bersedekap di antara dada,mata terpejam slamanya,raga berselimut kain putih tanpa warna,banjir lantunan doa, ruh kita menjadi saksi dan melihat jasad yang tak berdaya.Masa itu,pasti menyapa dan begitu dekat dengan kita,mungkin besok atau lusa.

Saat itulah,semua yang kita punya,kita tanggalkan.Harta,jabatan,kesenangan,kebahagiaan,sahabat,keluarga bahkan nama pun berganti dengan sebutan mayat.Dan saat itulah,terakhir kita akan diarak dengan menaiki kendaraan megah,langka berupa kereta tak berkuda,beroda manusia,diiringi sanak saudara,sahabat,bertabur bunga,berpayung bak seorang raja,bernyanyikan doa sholawat,menyusuri jalan menuju liang lahat,terbujur kaku berbantal tanah liat,menunggu panggilan menuju keabadian.