Sesaat setelah mendapat amarah dari pengemudi mobil yang elegan namun arogan, aku hanya bisa ngurut dada. Pasalnya memang kuakui bahwa kesalahanku yang memarkir motorku sembarangan. Maksud hari untuk segera menemui Mba Ani. Tak disangka bahwa parkiran motorku yang menghalangi jalan itu membuat pengemudi itu sangat marah. Segera ku berlalu untuk menemui pengemudi itu, namun maaf ku tak digubrisnya. Pengemudi berlalu dengan mengatakan " maaf, maaf, enak saja minta minta". Sambil mengeluarkan kata-kata yang sangat tak enak untuk di dengar. Bahkan untuk ditulispun sangat tidak layak.

Segera ku melaju bersama kumbang bajaku. Ingin segera menjauh dari pengemudi tersebut. Dengan keceparan tinggi ku pacu sepeda motorku menuju rumah. Sesampainya di rumah, ternyata adikku sangat faham akan ekpresi wajahku.

" kenapa wajahnya di lipat" , tanya adikku

" tidak apa-apa", jawabku

"Jangan bohong, raut wajah tak bisa membohongi tampilan luar" jelas adikku

"Kesel banget" . Ujarku

" bagaimana mungkin ketika kesalahan hanya kecil, namun ada orang yang tidak mau memafkannya bahwakan malah mengejek". Jelasku

" kadang memaafkan sangat sulit dari pada minta maaf" jelas adikku

Maka mulai dari sekarang usakahan melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya.

"Baiklah dik".

Sambil dengan wajah cemberut lalu ke kamar mandi untuk bersin-bersin