Sugiati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menyatukan Sastra, Filsafat dan Sosiologi
Sumber gambar: dok/istimewa

Menyatukan Sastra, Filsafat dan Sosiologi

Sesungguhnya setiap ilmu adalah saling berkesinambungan dan saling melengkapi untuk dapat memenuhi kebutuhan pembaca, sehingga menjadi lebih luas pemahamannya, lebih baik cara pandangnya yang bersumber dari banyak kacamata. Meski begitu, seringkali beberapa ilmu dengan ilmu lainnya tak selaras, tak sejajar sehingga tidak mampu disatukan satu sama lain. Tabrakan. Barangkali itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan keilmuan yang tidak selaras.

Ada beberapa ilmu yang dapat menyatu antara satu dan lainnya, beberapa lainnya tidak dapat dipaksa. Penulis akan fokus membahas tentang sastra, filsafat dan sosiologi secara singkat dalam esai ini. Sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan interaksinya dalam kehidupan sosial. Sedangkan sastra, menurut Prihany (2017) merupakan karya layaknya imajinasi liar yang menabrak apapun tanpa alur yang jelas. Hal ini selaras dengan kebebasan penulisan karya sastra yang tidak beraturan sehingga menimbulkan arti dan makna yang kabur, tidak jelas bagi perkembangan pemikiran, bak hanya sebagai sebuah selebrasi.

Seyogyanya, sastra juga merupakan ilmu yang memerlukan konsep-konsep pemikiran penting dalam mempelajari dan mempraktikannya. Sastra bukan sekadar imajinasi liar tak berdasar jika hendak melahirkan makna dan nilai yang berarti. Seluruhnya perlu setara, dileburkan dengan keilmuan-keilmuan lain yang mendukung, disatukan dan melebur menjadi ilmu baru yang memberikan pemahaman lebih menyeluruh bagi penikmatnya.

Mengutip dari litera.co.id, sastra kerap dihubungkan dengan ilmu-ilmu lain seperti filsafat, meski pada dasarnya ilmu filsafat merupakan bacaan yang cukup berat dimengerti sedangkan sastra terkesan lebih menyenangkan dan memiliki nilai keindahan yang tinggi bagi penikmatnya. Sastra dan filsafat dapat dihubungkan sebagai salah satu jalan menciptakan makna dan nilai tulisan yang berbobot serta bermanfaat bagi pembaca, sehingga bukan hanya sebagai ajang pengungkapan perasaan, imajinasi liar yang tak berdasar, namun berdasar pada konsep dan dasar yang benar. Mampu merangsang ruang logika bagi setiap pembacanya.

Karya sastra bukan sekadar karya remeh temeh yang bersumber dari kata-kata dekoratif dan deskriptif, namun sastra dapat terhubung dengan beberapa ilmu, seperti filsafat dan sosiologi. Sosiologi, seperti yang diketahui merupakan kajian ilmu yang berhubungan dengan masyarakat dan interaksinya. Jika sosiologi dihubungkan dengan sastra, maka akan fokus pada masyarakat sebagai penikmat sastra dan masyarakat sebagai kajian dalam ilmu sosiologi. Sastra dan sosiologi saling berkesinambungan sehingga lahir pula ilmu sosiologi sastra.

Penghubung antara sosiologi dan sastra dapat dimulai dari hal-hal sederhana, dalam pemaknaannya masyarakat memiliki keleluasaan memaknai karya sastra sehingga pemaknaan yang merupakan aktivitas dalam keilmuan sosiologi mencoba menjadikan sastra sebagai salah satu objeknya. Pemaknaan juga berhubungan dengan latar belakang dari masyarakat sehingga pada kiprahnya sastra selalu memiliki makna yang jauh lebih luas dari apa yang dipikirkan oleh pengarang.

Pemaknaan satu pembaca dengan pembaca lainnya dapat berbeda-beda, meski pemaknaan tersebut tidak sama dengan maksud yang diusung oleh penulis namun pemaknaan itu memberikan kebebasan berpikir bagi pembaca untuk menyalurkan pendapat atau opini masing-masing berdasarkan latar belakang yang mereka miliki. Sastra berasal dari sebuah imajinasi, maka makna yang dicetuskan oleh pembaca tidak khayalnya bersifat subjektif. Aktivitas ini membuktikan bahwa karya sastra dapat hidup di dalam kepala masing-masing pembaca. Sesungguhnya karya sastra tidak luput dari pengalaman-pengalaman yang dikonstruksikan menjadi sebuah tulisan, meski begitu karya sastra juga merupakan keilmuan yang menarik jika disandingkan dengan keilmuan-keilmuan yang lain. Menjadi semakin hidup, bukan sekadar dilihat dari nilai estetika namun juga mampu mendobrak ruang logika.

Referensi:

Prihany, Mahrus.2017.Sastra dan Filsafat yang Buram.Diakses pada 03 Juni 2024 melalui https://www.litera.co.id/2017/04/10/sastra-dan-filsafat-yang-buram/.

Sugiati, Penulis Buku dan Kolumnis.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post