SUGIHARTI, S.Pd., M.Pd

Guru mata pelajaran IPS di SMP 7 Kota Banjar Jawa Barat.Pernah kuliah di UNS Surakarta PIPS Sejarah, Lahir 03 Feb 1975....

Selengkapnya
Navigasi Web
Tugas CGP 'Koneksi Antar Materi  Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Tugas CGP 'Koneksi Antar Materi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Tujuan Pembelajaran Khusus:

CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya.

1. Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah mengambarkan seorang pendidik yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen perubahan yang mampu mengelola sumber daya yang dimiliki untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pendidik sebagai Pemimpin Pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya ini merupakan satu kesatuan yang saling berkesinambungan. Pemimpin pembelajaran mammpu melakukan Pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah, dan dijadikan modal utama dalam membangun kekuatan atau potensi dalam ruang lingkup warga sekolah, lingkungan dan masyarakat.

Sekolah merupakan sebuah ekosistem dengan faktor biotik dan abiotik yang ada di dalamnya. Faktor biotik dan abiotik ini saling berhubungan berinteraksi dan saling ketergantungan menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Biotik dan abiotik ini yang merupakan Sumber Daya yang terdapat di sekolah. Unsur biotik yaitu unsur yang hidup sedangkan abiotik yaitu unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan.

Dalam ekosistem sekolah, unsur biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya, seperti hubungan antara Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua dan Masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan unsur abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan, Sarana prasarana dan lingkungan alam.

Sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu melakukan identifikasi atau pemetaan potensi sumber daya yang ada di sekolah. Ada 7 sumberdaya atau modal utama yang terdapat di sekolah, yakni Modal Manusia, Modal Fisik, Modal Sosial, Modal Finansial, Modal Politik, Modal Lingkungan/ Alam, Modal Agama dan budaya.

Dalam pemanfaatan 7 modal utama sebagai suatu kekuatan di sekolah, pemimpin pembelajaran harus mampu menggunakan pendekatan berbasis kekuatan atau aset dan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) BAGJA. IA merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Untuk memimpin dan mengelola perubahan berdasaratkan aset yang dimiliki di sekolah, pendekatan ini sebagai alat untuk berlari mencapai garis “finish” visi sekolah yang diimpikan.Inkuiri Apresiatif sebagai Pendekatan Manajemen Perubahan kita sebut (BAGJA) ini merupakan sebuah akronim (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi). Selain pendekatan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) , ada dua pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset, yaitu pertama Pendekatan Berbasis Kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Kedua Pendekatan Berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Saya mengimplementasikan Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

Di kelas dan sekolah saya memanfaatkan modal aset kekuatan sekolah untuk menunjang keberhasilan melakukan proses pembelajaran dan pengembangan diri. Saya memanfaatkan semua unsur sumber daya yang dimiliki sekolah sebagai suatu kesatuan kekuatan aset, untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas yang berpusat pada murid, nyaman dan menyenangkan. Sebagai pemimpin pembelajaran mengelola sumber daya yang ada sebagai kekuatan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan murid demi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.

Demikian pula di masyarakat sekitar sekolah, masyarakat merupakan kekuatan yang dapat dijadikan bukan hanya sebagai sumber autentik konstektual pembelajaran namun sekaligus sebagai mitra sekolah untuk melakukan berubahan dan inovasi wujudkan visi sekolah. Kepercayaan masyarakat kepada sekolah merupakan aspek penting bgi sekolah agar tidak kehilangan jumlah murid yang mendaftar ke sekolah.

2. Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Pengelolaan sumber daya yang tepat dapat mendorong pada proses pembelajaran dikelas menjadi lebih berkualitas merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah. Sebagai contoh Guru memanfaat sumber daya yang dimiliki oleh sekolah terutama unsur abiotik yaitu fisik (sarana prasarana, lingkungan sekolah, dan finansial sekolah) untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas tujuannya adalah agar pembelajaran semakin berkualitas. Dengan pemanfaatan sarana prasarana yang ada, pembelajaran yang dilakukan menjadi mudah dipahami oleh murid, murid pun senang dan bahagia karena pembelajaran tidak membosankan. Selain itu memanfataan sumberdaya tersebut untuk pengembangan diri guru. Pengembangan diri dapat diwujudkan dengan mengikuti berbagai diklat, pelatihan dan lomba-lomba. Kegiatan pengembangan diri yang dilakukan ini akan berdampak pada ketrampilan guru melakukan pembelajaran di kelas menjadi lebih baik dan mampu meningkatkan, motivasi, semangat belajar murid dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan pengembangan diri guru akan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman sehingga akan mampu mentranfer knowledge kepada murid melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada murid.

Lingkungan sekolah selain sebagai tempat belajar juga sebagai sumber pembelajaran yang otentik dan relevan dengan kodrat alam dan zaman. Menfaatkan apa yang ada di lingkungan sekolah untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran sesuai kebutuhan murid. Lingkungan sekitar saya manfaatkan sebagai tempat pelaksanaan pembelajaran di luar kelas, sekaligus sebagai sumber pembelajaran yang menyenangkan dan konstektual. Sebagai media membimbing murid melakukan pengembangan diri melalui kegiatan eskul dan kelas potensial yang mereka ikuti.

Modal Sosial Pemanfaatan modal sosial dalam hal ini dapat melalui kerjasama dengan MGMP tingkat sekolah maupun MGMP antar sekolah untuk meningkatkan kompetensi sekolah. Kerjasama dengan Puskesmas untuk meningkatkan mutu kesehatan di sekolah.

Modal Politik sebagai salah satu aset sekolah dapat digunakan untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada peningkatkan kualitas pembelajaran. Contohnya Kepala sekolah dengan kewenangannya membuat kebijakan yang mengakomodir kepentingan warga sekolah dan peningkatan kualitas pembelajaran yang berpihak kepada murid. Contoh lain sekolah bekerjasama dengan pihak luar, seperti dengan Kapolres/polsek di daerah untuk telaksananya program kedisiplinan dan program kegiatan Pendidikan berkarakter. Kerjasama dengan Polres berkaitan dengan penegakan budaya positif lalulintas. Bekerjasama dengan dinas lingkungan hidup untuk pengelolaan lingkungan sekolah Adiwiyata yang makin asri dan nyaman untuk belajar murid. Kerjasama dengan Dinas Kesehatan mendukung terwujudnya sekolah sehat.

Modal Agama dan Budaya Modal Agama dan Budaya untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas yakni, dengan adanya warga sekolah dan lingkungan religius, adanya tokoh agama baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar, dan terlibat aktif dalam komunitas keagamaan dan budaya daerah setempat. Misalnya sekolah menyelenggarakan program pendidikan karakter murid beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa melalui kegiatan rutin terpogram pembiasaan keagamaan dengan melibatkan tokoh agama sebagai pemandu dan fasilitator kegiatatan.

Modal finansial, dukungan keuangan dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan, pengembangan sekolah serta kegiatan-kegiatan yang sudah dipogramkan oleh sekolah melalui RKAS yang disusun. Modal finansial termasuk tabungan, bantuan dana BOS, bantuan dari orang tua siswa, sponsorsif semuanya berdampak untuk mewujudkan proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

3. Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Keterkaitan modul 3.2 dengan modul 1.1 yaitu Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.Sesuai filosifi pendidikan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidik adalah ibarat petani. Maka sekolah dan segala aset yang dimilikinya merupakan tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan tanah itu tetap terawat subur, memilihara dan memanfatkan aset-aset yang dimiliki sekolah sebagai media untuk tumbuh dan berkembangnya ketrampilan dan karakter murid dengan baik. Aset-aset sekolah dimanfaatkan guru dengan penuh tanggung jawab untuk menunjang proses pengembangan potensi murid. Guru bertanggungjawab menciptakan suatu lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung, saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan baik; dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga sekolah, dan pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan membentuk sebuah budaya positif.

Ki Hajar Dewantara melalui filosiofinya juga mengungkapkan bahwa bahwa pendidikan merupakan kegiatan menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Pemanfaatan aset yang dimiliki sekolah oleh guru sebagi pemimpin pembelajaran menjadi daya dukung yang besar dalam melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan, dan berpihak pada murid, sehingga potensi murid yang berbeda-beda makin tergali.

Keterkaitan modul 3.2 dengan modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Guru sebagai pendidik merupakan bagian dari 7 modal utama, yaitu sebagai modal manusia, dalam hal ini guru sebegai pemimpin pembelajaran nilai dan peran yang sagat penting dalam proses belajar dikelasnya, sehingga ilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam terciptanya pebelajar untuk mewujudkan profil pelajar pancasila. Dengan memanfaatkan kekuatan aset yang dimilikinya, guru berperan besar dalam membangun sinergi dilingkungan sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid.

Keterkaitan modul 3.2 dengan modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Guru sebagai pemimpin pembelajaran memiliki Visi harapan masa depan murid yang dibimbingnya. Masa depan murid adalah masa depan bangsa. Dengan mengunakan pendekatan berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui alur BAGJA guru mengelola aset-aset sumberdaya yang dimiliki sekolah untuk fokus secara kolaboratif mewujudkan visi yaitu terwujudkan Profil Pelajar Pancasila. Sehingga dimasa depan murid murid itu akan selamat dan bahagia.

Keterkaitan modul 3.2 dengan modul 1.4 Budaya Positif

Budaya positif merupakan salah satu asset/ kekuatan yang memiliki peran besar dalam membentuk profil pelajar Pancasila. Budaya positif dilingkungan sekolah menjadi kekuatan yang sangat berpengaruh mencapai visi bersama, terwujudnya hubungan yang harmonis antar aset yang ada terutama manusia, sekolah yang kondusif dan nyaman. Budaya psitif merupakan budaya dengan tujuan memanusikan manusia. Dengan penerapan disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, akan menghasilkan out put dari peserta didik yang memilki karakter kuat dimasa depan. Misalnya dengan melakukan resitusi akan menciptakan peserta didik yang memilki karakter positif dimasa depannya.

Keterkaitan modul 3.2 dengan modul 2.1 Pembelajaran Berdeferensiasi.

Sebelum melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus sudah melaksakanan pemetaan aset atau kekuatan terhadap minat belajar murid.

Untuk implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini. Beberapa aset yang dimiliki sekolah dapat dipertimbangkan untuk mendukung implementasi pembelajaran berdiferensiasi di sekolah. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, baik guru maupun kepala sekolah tidak hanya dapat meningkatkan pemahamannya tentang konsep pembelajaran berdiferensiasi dan teori-teori yang mendasarinya, namun juga mampu memimpin guru- guru di sekolahnya dapat memfaatkan segala aset yang ada untuk melaksanakan proses belajar yang berkelanjutan dengan terus merefleksikan praktek-praktek pembelajaran yang terjadi di sekolah serta mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut. Aset yang dimiliki dapat mendorong guru meningkatkan kapasitasnya dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Aset sekolah sebagai pendukung dan pendorong guru untuk belajar, untuk pengembangan profesional, serta penyedia sumber-sumber belajar bagi guru, seperti buku-buku, dan membangun kemitraan untuk memberikan guru-guru akses ke contoh-contoh praktek-praktek pembelajaran berdiferensiasi.

Keterkaitan modul 3.2 dengan modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pemanfaataan Sumber daya yang dimiliki sekolah oleh guru dilakukan untuk menunjang kegiatan Pembelajaran yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih lima Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE), yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pengelolaan Sumber daya menjadi pendukung guru mengeksplorasi PSE melalui empat indikator yaitu, pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) melalui keteladanan, proses belajar, dan kolaborasi dengan seluruh komunitas sekolah.

Keterkaitan modul 3.2 dengan modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik.

Ketrampilan guru mengelola sumber daya memiliki keterkaitan dalam pelaksanaan praktik Coaching yang dilakukan. Baik itu Coaching terhadap rekan sejawat maupun terhadap murid. Caching merupakan sebuah strategi atau acara seorang pemimpin pembelajaran untuk melakukan pengembangan kekuatan diri pada diri anak dengan menuntun, mendampingi anak, untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya..

Keterkaitan modul 3.2 dengan Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.

Sebagai pemimpin pembelajaran dalam proses pengambilan keputusan akan selalu berhadapan dengan dua situasi yakni, dilema etika dan bujukan moral. Sebagai pemimpin pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang baik, diharapkan pada pengambilan keputusan tersebut mengedepankan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi seluruh sumber daya yang terlibat didalamnya. Langkah-langkah pengambilan keputusan berdasarakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Prinsip tersebut sangat penting karena hal ini sangat terkait dengan pengelolaan sumber daya yang ada disekolah. Dalam pengambilan keputusan harus berfikir pada aspek kekuatan sumber daya yang ada, yaitu berpihak kepada murid (modal manusia), berdasarkan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan ( modal sosial dan keagamaan)

4. Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum belajar modul 3.2 mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya. Dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembelajaran serta dalam melakukan pengembangan diri seringkali saya lebih banyak berpikir pada aspek kekurangan, pesimis jika akan melakukan perubahan. Sering mengeluhkan fasilitas sekolah yang tidak berfungsi dengan baik, buku sebagai sumber belajar yang tidak lengkap, teman sejawat yang sulit diajak kolaborasi dalam perencanaan pembelajaran dan pembimbingan siswa. Sehingga membuat saya tidak melihat potensi dan peluang yang ada di sekitar. Namun setelah mempelajari modul 3.2 ini, sudut pandang atau cara berfikir saya melihat sesuatu menjadi berubah. Saya berfikir dan memandang sumber daya yang ada di sekolah sebagai aset/kekuatan yang positif, menjadi inspirasi membayangkan masa depan yang sukses, dan mampu melaksanakan rencana aksi yang diprogramkan. Cara pandang mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya ini pun menjadi berubah, karena ternyata saya sebagai seorang pemimpin pembelajaran harusnya selalu mengedepankan pola pikir berbasis kekuatan/aset, berpikir positif dengan memanfaatkan sumber daya atau aset yang ada disekeliling saya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap dan setuju Buk......selalu mengedepankan pola pikir berbasis kekuatan/aset, berpikir positif dengan memanfaatkan sumber daya atau aset yang ada disekeliling kita .....

01 Feb
Balas

Luar biasa Bu. Sudah sampai dititik ini

23 Feb
Balas

Luar biasa Bu. Sudah sampai dititik ini

23 Feb
Balas



search

New Post