Disuatu siang tiga orang siswa laki-laki tertunduk lesu.Terdengar ibu wali kelas sedang memberikan nasehat pelan namun tegas.

Sedikit penasaran ku dekati mereka. Mendengar suara langkah kakiku mereka pun serempak menoleh. Wali kelas itu tersenyum hangat, seolah-olah kehadiranku ia harapkan.

Setelah diijinkan.Aku tarik kursi ikut duduk diantara mereka. Baru saja duduk. Ibu wali kelas menyodorkan satu lembar kertas. Sketsa gambar yang dibuat oleh siswa. Aku tersentak dan langsung beristighfar.

Mendengar kalimat istighfar yang begitu kencang.Siswa pun menunduk dan mungkin takut akan kena marah.

Aku berusaha menahan emosi.Duduk menyimak nasehat wali kelas terhadap para siswa tersebut. Hingga giliran ibu wali kelas minta pendapat dari saya, hukuman apa yang pantas diberikan ke pada dua orang yang sudah menjadi tersangka bu?.

Aku memegang sketsa gambar yang mereka buat.Menanyakan benarkah gambar ini mereka yang buat. Mereka mengakui.Aku sedikit memberikan nasehat dan pujian. Berusaha jangan emosi, karena marah, menyalahkan malah akan berdampak buruk. Siswa akan membangkan dan diriku pun akan menjadi sakit.

Ya. Jika diperhatikan sketsa gambar lukisan mereka,sekilas menilai bahwa apa yang mereka lakukan salah dan melanggar norma. Karenam baru 14 tahun.Namun jika dilihat dari sudut lain tidaklah demikian. Mereka kreatif.Daripada gabut di jamkos mendingan mengambar,kata mereka

Akupun menganggap ini adalah bagian dari pendidikan seks. Anak sudah mulai tumbuh menjadi remaja yang normal, menyukai lawan jenis. Dan memvisualkannya.

Aku tersenyum, berdiri kenepuk bahu dua siswa yang menjadi tersangka pelaku yang melukiskan sketsa gambar tersebut.

"Baik nak.Ibu wali kelas kalian sudah meminta ibu melakukan tindakan. Kebetulan ibu sedang mencari siswa berbakat mengambat. Bisa kolaborasi dengan ibu.Kita membuat komik"

Mendengar penjelasanku mata salah satu siswa berbinar dan langsung menjawab,"baik bu saya mau.

Bagaimana dengan kamu Rizky? Farel sudah mau gabung dengan ibu di komunitas literasi," tanyaku pada Rizky

Karena tak ada jawaban.Ibu wali kelas menimpali,"Jika kamu menolak, maka gambar ini akan ibu kirim ke orang tua kalian."

Dengan wajah cemas, memelas spontan Rizky menjawab,"janganlah bu,oke saya siap,"

Ibu wali kelas tersenyum tawanya renyah hingga mengeluarkan suara.

Akupun ikut bahagia, kemudian melangkah mengambil dua lembar kertas. Sang wali kelas pun mencatat penanganan kenakalan siswa di jl urnal hariannya

"Oke deal kalian masuk anggota GLS, ini biodatanya dan segera kamu isi," kataku

Baru dua minggu mereka menjadi anggota GLS. Malah justru terpilih menjadi ketua dan wakil ketua komunitas literasi sekolah.

Aku pun makin dekat dengan mereka. Tanggal 21 Februari mereka bersama dua orang lain. Ikut serta lomba menulis review buku berjudul "Literasi Kotaku" yang diselenggaran tingkat Kota kerjasama SMAN 3 Banjar, Perpusda, Dinas Pendidikan Kota dan Yayasan Ruang Baca Kota Banjar.

Alhamdulillah, awalnya sebuah hukuman menjadi sebuah prestasi. Mereka lolos terpilih menjadi juara.Mendapatkan uang, piala, piagam sekaligus tawaran masuk ke SMA N 3 tanpa seleksi.

Ya.Allah sungguh aku dan wali kelas mendampingi dengan penuh keharuan. Bakat corat coret mereka tersalurkan di komunitas literasi sekolah.

Banjar, 10 Maret 2022