Suhaimi, S.Pd

Lahir di Pariaman, 04 November 1970. Guru IPA di MTsN 2 Kota Pariaman. Pendidikan S.1 IKIP Padang Nama istri Nurul Hidayaty Suhaimi, dan karuniai 3...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dua Cahaya di Belantara Jiwa (1)
Ilustrasi gambar dari Travelspromo

Dua Cahaya di Belantara Jiwa (1)

#Tagur hari ke-379

Tantangan Gurusiana

Pagi ini cuaca Bukittinggi sangat cerah. Matahari menampakkan dirinya, membuat siluet lereng Merapi yang terlihat puncaknya sangat indah dari kejauhan.

Di awal pagi yang cerah ini, warga Kota melakukan aktivitas dan tidak terganggu karena teriknya cuaca. Warung-warung di tepi jalan sudah mulai buka. Kendaraan bersileweran menembus cuaca yang cerah. Para pengendara motor berlalu lalang melaju, dan terlihat pula anak-anak sedang bermain di taman bermain.

Aku, ayah, ibu, dan adikku sedang duduk-duduk di teras rumah menikmati cuaca yang cerah ini. Tetiba datang Ibu Monalisa tetanggaku untuk bersilaturahmi.

“Hai Kayla, apa kabar? Udah tambah besar saja. Sudah berapa umur Kayla, Leli?” tanya Bu Monalisa.

“Sekarang umur Kayla sudah dua tahun kak,” jawab ibuku.

Ibu Monalisa memeluk Kayla sambil menatap wajahnya. Ibu Monalisa pun terkejut sambil berkata,” Leli .... Leli .... ada apa dengan mata Kayla?”

Ibuku terkejut mendengar omongan Ibu Monalisa. “Ada apa dengan mata Kayla kak?” kata ibuku dengan perasaan yang tidak enak.

“Ada berwarna keputih-putihan di pupil matanya, “kata Bu Monalisa.

“Iya kak ..., aku juga melihat ada warna keputih-putihan di mata Kayla,” ujar ibuku.

“Sebaiknya Kayla dibawa ke dokter spesialis mata untuk diperiksa,” saran Bu Monalisa.

“Terima kasih atas sarannya kak Mona, “ujar ibuku.

Sebagai kakak Kayla, aku tidak kalah kaget mendengar kenyataan itu. Hatiku berkecamuk. “Bagaimana mungkin adikku yang ceria, harus menjalani hari-hari sulit tanpa penglihatan yang sempurna?” akankah Kayla sanggup?” pikirku. Berbagai pertanyaan bersileweran dalam kepalaku.

Esok harinya aku, ayah, ibu, dan Kayla telah sampai di tempat praktik dokter mata. Tidak berapa lama, terdengar nomor antrean terpanggil. “Antrean 25!” terdengar panggilan petugas membuyarkan lamunan Ibu. Ibu tampak kaget, kami bergegas memasuki ruangan dokter.

“Ada apa dengan mata anaknya bu ...?” tanya dokter Hadi.

“Dok, di pupil mata Kayla ada berwarna keputih-putihan, apa itu dok?” tanya ibuku,

Dokter memeriksa mata Kayla. Setelah selesai memeriksa dokter berkata, “Bu .... ini katarak Bu ....dan harus dioperasi secepatnya. Kalau tidak, Kayla tidak bisa melihat selamanya,” jawab dokter.

Kami terkejut mendengar ujaran dokter Hadi tadi. Namun, ibu dan ayahku tidak percaya bahwa adikku terkena penyakit katarak. Mereka ingin meyakinkan ke dokter lain. Esok harinya ayah dan ibuku membawa Kayla ke dokter spesialis mata anak.

Ayah dan ibuku terkejut karena diagnosa dokter sama. Kayla menderita katarak dari lahir. Apabila tidak dioperasi segera, Kayla akan buta selamanya.

Hati ibuku sangat hancur, ibu memaksa agar Kayla dioperasi secepatnya, tetapi ayahku berbeda pandangan.

“Sudahlah bu, Kaylanya tidak usah dioperasi, masih kecil kan .... kasihan,”kata ayahku.

“Kalau tidak dioperasi Kayla bisa buta selamanya Yah,”ujar ibuku.

Ayahku bersikeras untuk tidak mengoperasi mata Kayla. Ayah dan ibuku bertengkar karena berbeda pendapat. Ibuku jadi sedih, dia sering menangis. Hari-harinya dihabiskan untuk Kayla sehingga aku tidak diperhatikan.

Diam-diam aku benci sama Kayla. Semakin hari kebencianku semakin menggunung. Aku tidak peduli mau Kayla buta atau tidak, yang penting aku juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari ayah dan ibu.

Esok harinya, indah teman sekelasku datang belajar ke rumahku. Indah tahu bahwa adikku buta. Setiba di sekolah Indah menyebarkan bahwa aku memilki adik buta. Aku tambah diejek-ejek oleh temanku.

Hal itu membuat kebencianku pada Kayla semakin memuncak, karena dialah penyebab aku merasa malu dan harga diriku diinjak-injak. Susah senang kami jalani bersama. Tapi sekarang, hanya karena iri dengan nilai matematiku lebih tinggi, dia malah menjatuhkanku di depan teman-temanku.

Aku pulang dengan langkah lesu. Hatiku hancur berkeping. Setiba di rumah ibuku berkata, “ Dara, tolong jaga Kayla dulu, ibu mau memasak untuk makan malam!”

Dengan perasaan dongkol, aku menjawab, “Iya bu ....” jawabku dengan nada tinggi. Sekilas kulihat ada raut kecewa di wajah ibu dengan nada bicaraku tadi, “ Uuuh lagi-lagi Kayla.” gerutuku membatin.

Sambil menjaga Kayla, aku membuat PR sekolah. Sebenarnya aku tidak mau menjaga Kayla. Namun, karena permintaan ibu, dengan setengah hati kukerjakan.

Ketika aku asyik membuat PR, terdengar suara “PUSH... PUSH..” Ternyata Kayla melempar-lempar buku pelajaranku. Beberapa detik kemudian, aku juga mendengar suara “BLUM...” Kayla menyeburkan buku novel kesayanganku ke dalam kolam ikan hias di samping teras rumah.

“Kayla ...!” hardikku dengan kemarahan memuncak. Spontan jemariku mencubit Kayla sekuatnya. Aku bertambah kesal dengan Kayla. Hatiku sangat kesal karena buku pelajaran dan buku novel kesayanganku rusak oleh Kayla.

“Hu..hu..hu... “Tangis Kayla meledak. Pada saat yang sama, ayah pulang kerja. “Ada apa Dara? kenapa Kayla dicubit?” tanya ayak dengan suara tinggi. Tak berapa lama ibu muncul dari pintu dapur. “Bukannya menjaga adik, malah kamu membuat Kayla menangis!” tuding ibu menimpali.

“Ayah dan ibu tidak adil ...!” protesku. “Ibu lebih sayang Kayla daripada Dara, ”tuduhku pada ibu. “Dara, Kayla melakukan itu tidak sengaja, bukankah Kayla tidak sempurna penglihatannya,” ujar ayah mengingatkanku.

“Ayah dan ibu lebih sayang kepada Kayla, dan tidak sayang lagi pada Dara. Ayah selalu memarahiku ketika Kayla menangis. Ibu juga selalu menyuruhku untuk menjaga Kayla. Ayah dan ibu tidak memperlakukan aku dengan adil!” ujarku meradang.

Akhirnya tangisku pecah juga. Air mataku mengalir deras tak terbendung. Aku merasa ayah dan ibu lebih sayang kepada Kayla dibanding aku. (Bersambung)

Pariaman, 19 Mei 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap Uda.. kisahnya mengaduk2 perasaan para pembaca.. Ditunggu kisah berikutnya... Sukses selalu

20 May
Balas

Terima kasih Pak Burhani. Insya Allah pak.

22 May

Setiap orang tua pastinya menyayangi anak-anaknya tanpa membeda-bedakan.Lanjutkan pak ....Terimakasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk SKSS.

19 May
Balas

Betul.pak..terima kasih telah setia SKSS

22 May

Cerita yang keren pak, bagaimana demgan kayla...lanjut dicerita bagian 2...asyik bacanya, ceritanya mengalir, salam sukses

22 May
Balas

Terima kasih Bu Rahmy...sudah tayang bagian 2 nya.bu rahmy

22 May

Dara, Kayla melakukan itu tidak sengaja, bukankah Kayla tidak sempurna penglihatannya, ujar ayah mengingatkanku. Si Ayah belum nyadar bahwa ini salah satu akibat keputusan yang dulu diambil tidak mau Kayla dioperasi kataraknya. Keren pak Suhaimi, konflik sudah muncul di awal. Ditunggu sambungannya. Salam sehat selalu.

20 May
Balas

Terima kasih apresiasinya pak.salam sukses dan sehat juga buat bapak

22 May



search

New Post