"Ibu, tolong bola kami jangan diambil"! Selalu seperti itu ucapan memelas dari murid-murid yang kedapatan main bola di dalam kelas. Sebenarnya tak tega, mau bagaimana lagi begitulah aturan sekolahnya, terlebih lagi anak-anak sering memainkan bolanya di saat jam pelajaran ketika guru lengah, misalnya guru terpaksa keluar kelas karena suatu hal yang penting.

Seperti inilah bentuk kerinduan mereka kepada permainan bola. Bermain bola di tanah lapang hanya bisa mereka saksikan di TV namun tidak bisa mereka praktekkan langsung menendang bola di lapangan. Desa yang berada dipinggiran pantai ini tidak memiliki tanah lapang yang kering untuk bisa dijadikan lapangan. Rumah penduduk dan jalan harus menggunakan tongkat rumah agar tidak tergenang air. 

Sekitar 10 tahun yang lalu, lapangan sekolah dasar ini masih kering dan sangat bagus digunakan. Anak-anak selalu bermain di lapangan, namun sekitar 5 tahunan ini selalu tergenang air dan tidak pernah kering lagi. Begitu cerita yang sering saya dengar dari warga maupun rekan guru di sekolah.

Maka tak heran ketika kita melihat di sore hari anak-anak bermain bola diberanda ruang kelas PAUD yang hanya berukuran sekitar 2x5 meter itu, atau mereka akan bermain bola di jam sekolah di ruang kelas pada jam istirahat.

Pernah beberapa waktu yang lalu, lapangan ini tidak digenangi air lagi, anak-anak langsung antusias bermain bola di lapangan ini padahal masih sangat becek, mereka tak peduli. Namun keceriaan itu tak bertahan lama karena air pasang datang dan menggenangi lapangan kembali hingga sudah berbulan-bulan.