Suhainah Hafidz

Memiliki nama lengkap Suhainah, S.Pd.SD. Lahir di Simbur Naik pada tanggal 28 September 1987. Aktif mengajar di SDN 68/X simbur Naik sejak tahun 2009 dan ...

Selengkapnya
Navigasi Web
RETAK SERIBU

RETAK SERIBU

Dia datang dengan berlari sambil menangis sesenggukan. Mungkin dia sedang rebutan mainan dengan sepupunya, atau mungkin dia jatuh saat bermain" aku membatin. Aku segera menyambutnya dan ingn bertanya ada apa, namun dia langsung menyodorkan gadgetnya sambil terus menangis, bahkan dia tidak bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi.

Aku mendekapnya dalam pelukan, aku langsung bisa memahami apa yang sedang terjadi saat dia menyodok HP. Kudekap lebih erat lagi dan menggendongnya ke pangkuan. "TIdak apa-apa, Ummi tidak marah", ucapku sambil mngecupnya.

Dia masih sesenggukan sambil menunjuk androidnya seakan berusaha meyakinkan diriku apa yang sedang terjadi. "Iya, Fatih tidak sengaja kan?, Fatih sedih ya karena HPnya rusak?, Keluar rambutnya yang basah karena keringat.

Aku tahu, bukan itu penyebab dia menangis, pasti dia menangis karena merasa bersalah dan mungkin membayangkan reaksi umminya akan marah karena dia menjatuhkan HP Ummi hingga layarnya retak seribu.

"Tidak apa-apa, semoga ada rejeki nanti Fatih beli HP lagi ya!" Aku masih terus menenangkannya. Dia adalah kelemahanku, aku selalu tak tega jika Al Fatih menangis, bahkan sejak bayi, jika dia menangis hatiku juga ikut sedih. Apalagi jika tangisannya seperti ini, sesenggukan dan nafasnya terlihat sesak.

"Ok, Fatih tarik nafas dan hembuskan pelan", ucapku sambil menghapus air matanya. Saya sering mengajari dia begini saat dia menangis, agar sesenggukan ya mereda dan tidak terbawa tangisnya saat dia tertidur nanti.

Mungkin ada yang mempertanyakan reaksiku, kenapa aku bisa tidak marah, kenapa aku bisa sesabar itu?. Tidak, aku bukan ibu yang manis dan lembut. Tapi saat melihat anak 3 tahun ini datang dengan menangis dan ketakutan di wajahnya, maka sebagai ibu hati saya sudah sangat terluka melihatnya. Yang ingin saya lakukan hanya menenangkannya.

Kulirik sekali lagi android itu, layarnya memang retak cukup parah hampir menutupi separuh layar bagian bawah. Namun rasa sayang pada putra sulungku ini membuatku mengabaikan kerusakan itu.Tangisnya sudah mereda, "Fatih lain kali kalau main di luar HPnya ditinggal aja ya di rumah". Aku menasehatinya.

"Ummi Ndak marah, nanti beli lagi?" Tangisnya benar-benar sudah reda, dan dia sudah bisa berbicara dengan baik.

"Beli di mana Ummi"? Tanyanya lagi.

"Nanti beli di Jambi, jawabku sambil memasukkan HP ke dalam ransel. Tak berani membayangkan separah apa kerusakannya. Semoga hanya anti gores kacanya yang pecah, do'aku dalam hati. Karena sungguh, aku belum ada anggaran lebih jika harus beli HP yang baru.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post