TAKDIR CINTA (10)
Tantangan Hari ke-274
#TantanganGurusiana
TAKDIR CINTA (10)
Waktu baru menunjukkan pukul setengah tujuh. Namun, sinar mentari sudah terasa panas. Mungkin efek ruang hijau yang sudah mulai berkurang. Banyak gedung-gedung bertingkat mulai dibangun. Persawahan yang dulu membentang luas, kini berubah menjadi bangunan-bangunan pencakar langit. Betonisasi tidak bisa ditahan lagi. Wajar kalau cuaca cepat berubah panas.
Aku bergegas berangkat ke tempat kerja. Hari ini menurut staf kantor, banyak barang yang harus diantar ke konsumen. Sebagai kurir jasa pengiriman barang, kepuasan pelanggan adalah tujuan utama pekerjaan kami. Pengiriman barang tepat waktu menjadi prioritas pelayanan. Sesampai di kantor, aku melihat tumpukan barang sudah siap untuk diantar. Firna, salah satu staf kantor sudah sibuk memisahkan barang yang siap diantar berdasarkan alamat konsumen.
"Tumben masih pagi sudah datang?" tanya Firna masih dengan kesibukannya.
"Iya, nanti sore aku ada acara keluarga. Pamanku mau menikahkan anaknya," jawabku. "Mana yang akan kuantar nanti?" tanyaku.
"Di sebelah itu!" kata Firna sambil menunjuk tumpukan barang-barang yang siap diantar.
"Ok. Thank's," jawabku.
Tidak lama kemudian, Sherin teman Firna datang. "Sherin bantu masukin ke keranjang ya, Mas," tawarnya.
"Nggak usah, biar aku saja yang masukin ke keranjang. Terima kasih," jawabku.
Sherin ternyata tidak peduli dengan laranganku. Dia tetap memasukan barang-barang yang akan kuantar di keranjang sepeda motorku.
"Nggak usah, Rin. Biar aku saja!" larangku.
"Nggak apa-apa. Sherin ikhlas kok."
Aku mengalah. Kubiarkan Sherin memasukkan barang-barang yang akan kuantar di keranjang sepeda motorku. Tidak berapa lama, semua barang sudah masuk ke keranjang.
"Terima kasih, Rin," kataku sambil tersenyum.
Sherin membalas dengan senyuman. "Oh ya, Mas Gio. Bagaimana kabar Jihan sekarang?" tanya Sherin.
Aku diam. Tetiba aku teringat Jihan. Sudah setahun berlalu, tetapi aku tidak pernah bertemu dengannya lagi.Terakhir bertemu ketika Jihan pamit akan pindah ke kota lain. Setelah itu Jihan benar-benar menghilang. Tidak bisa dihubungi. Nomer WA-nya juga sudah tidak aktif. Media sosial yang dimiliki seperti FB, IG, dan twitter tak lagi digunakan. Aku sudah berusaha mencarinya, tetapi usahaku sia-sia. Jejak Jihan dan keluarganya benar-benar tidak bisa kutemukan lagi. Bahkan setiap libur kerja, aku selalu menyempatkan untuk mencarinya. Namun, usahaku tidak membuahkan hasil. Jangankan orangnya, kabarnya pun aku tidak mendengar sama sekali.
"Tidak usah terlalu dipikirkan, Mas Gio. Mungkin Jihan itu sengaja menghindar, padahal sebenarnya menolak. Sherin yakin dia itu masih cinta dengan mantan suaminya."
"Sherin, kamu itu ngomong apa? Nggak baik menuduh orang yang bukan-bukan," sergah Firna.
"Kenyataannya, Jihan menghilang."
"Dari mana kamu tahu kalau Jihan menghilang?" tanya Firna sewot.
"Sudah-sudah!" kataku melerai perdebatan mereka. "Nanti dimarah bos lho, kalau kerjanya sambil ngobrol," kataku sambil tersenyum.
Firna mengangguk. Sherin terlihat masih kesal. Belakangan ini, aku merasakan ada yang lain dengan Sherin. Setiap dekat denganku, dia selalu bertanya tentang Jihan. Bagaimana hubunganku dengan Jihan, dimana Jihan, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang membuat aku semakin teringat dengan Jihan. Namun, yang membuatku heran adalah selalu saja ada tuduhan buruk yang ditujukan kepada Jihan. Aku tidak tahu, mengapa Sherin berbuat seperti itu. Setahuku antara Jihan dan Sherin tidak pernah ada masalah. Atau jangan-jangan Sherin menaruh hati denganku? Ah, tidak mungkin. Sherin tidak mungkin mencintaiku. Aku saja yang kepedean.
"Ok, nona-nona yang cantik. Aku berangkat dulu, ya!" pamitku kepada dua teman sekerjaku.
Keduanya mengangguk. Aku segera berangkat. Satu persatu barang mulai kuantar ke alamat masing-masing. Tak terasa seluruh barang sudah habis di keranjangku. Aku tidak kesulitan untuk menemukan alamat si pembeli. Biasanya sebelum mengantar barang, aku sudah memberi tahu lewat WA bahwa barang pesanan mereka akan diantar ke alamat. Sehingga kebanyakan dari mereka sudah menunggu paketan barangnya di rumah.
Setelah semua barang sampai ke pemiliknya, aku memutuskan istirahat terlebih dulu. Untuk menghilangkan rasa haus dan lapar, aku membeli sebotol minuman kemasan dan sebungkus roti di sebuah warung kecil yang terletak di pinggir jalan. Sambil menikmati roti yang kubeli, aku duduk di kursi warung. Tetiba aku teringat perdebatan dua temanku di kantor pagi tadi. Perdebatan antara Sherin dan Firna. Apa benar yang dikatakan Sherin? Jihan menghindar itu sebenarnya menolakku. Dia masih mencintai mantan suaminya si Yoga. Namun, menurutku tuduhan itu tidak benar. Aku mendengar sendiri dari mulut Jihan bahwa mereka sudah bercerai. Bahkan sekarang Yoga mendekam dalam penjara karena perbuatannya. Tidak mungkin Jihan mau kembali kepada lelaki yang telah membuatnya kehilangan anaknya itu. Atau mungkin Jihan mencintai lelaki lain? Tetapi siapa?
Suara dering gawai membuyarkan lamunanku. Ada panggilan masuk. Adikku yang bungsu, Rio.
"Assalamualaikum Mas Gio," katanya.
"Walaikumsalam. Ya, Dik. Ada apa?" tanyaku.
"Pulang sebentar, Mas. Mas Dio ada masalah."
"Ada apa dengan Dio?" tanyaku penasaran.
Bersambung
Sarolangun, 14 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ok punya pak ... Salam sukses ...
Terima kasih apresiasinya bu Elyta. Sukses selalu juga untuk ibu
Keren pak ceritanya. Ditunggu lanjutannya.
Terima kasih apresiasinya pak Karnain. Sukses selalu dan salam literasi
Mantap Mas Kepsek, endingnya selalu bikin penasaran,, Drakor saja lewat.. Sukses selalu
Terima kasih apresiasinya mas. Latihan menulis novel. Sukses selalu dan salam literasi
Selalu bikin penasaran pak, ada apa dgn Dio? Ditunggu lanjutannya
Terima kasih apresiasinya bu Yurlina. Sukses selalu untuk ibu
Cerita yang bagus , Bunda... Salam literasi, smg sukses selalu...
Terima kasih apresiasinya bu Dwi. Sukses selalu dan salam literasi
Eh... Bapak gitu maksudnya... Maaf, nggih...
Mantap Pak... muncul masalah baru lagi. ditunggu lanjutannya. Tetap semangat. Salam sukses dan salam literasi
Terima kasih apresiasinya pak Muslih. Sukses selalu juga untuk bapak dan salam literasi kembali
Oke sekali cerpennya, jadi penasaran, lanjut Pak
Terima kasih apresiasinya pak Sunindio. Sukses selalu untuk bapak
Keren ceritanya, Pak. Semoga Dio baik-baik saja. Sukses selalu, Pak.
Terima kasih apresiasinya bu Yessy. Sukses selalu juga untuk ibu
Cerita kreatif, inspiratif dan religi Pak Suhargo. Salam semangat selalu
Terima kasih apresiasinya pak Tosfayana. Sukses selalu dan salam literasi
Ada apa dengan Dio? Jadi penasaran, Pak. Ditunggu kelanjutannya.
Terima kasih apresiasinya bu. Sukses selalu dan salam literasi
Semoga Dio baik" saja...Keren Pak ceritanya..ditunggu kelanjutannya.sehat dan sukses selalu utk Bapak
Terima kasih apresiasinya bu Erida. Sukses selalu dan salam literasi
Oke banget takdir cintanya Pak Suhargo. Mantab saya tunggu kelanjutannya. Sukses, bahagia dan sehat selalu pak
Terima kasih apresiasinya pak Sukadi. Sukses selalu juga untuk bapak
Terima kasih apresiasinya pak Sukadi. Sukses selalu juga untuk bapak
Terima kasih apresiasinya pak Sukadi. Sukses selalu juga untuk bapak