Suhargo

Tenaga pendidik di SDN 224 Mekarsari Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

TAKDIR CINTA (16)

Tantangan Hari ke-280

#TantanganGurusiana

TAKDIR CINTA (16)

"Betul, Bu. Kami sudah membawanya ke rumah sakit. Mohon Ibu segera ke sini!" kata pak polisi.

Aku melihat mama Melisa duduk terkulai. Tak mampu berkata-kata lagi. Matanya terpejam. Sedetik kemudian mama Melisa langsung pingsan. Gawai di tangannya terlepas. Hampir jatuh ke lantai. Beruntung tertahan tas miliknya.

Salah seorang karyawan yang melihat kejadian itu langsung menahan mama Melisa agar tidak jatuh ke lantai.

"Tolong bantu mengangkat Ibu!" ajakku kepada karyawan tersebut. Tubuh mama Melisa kemudian kuletakkan di bangku panjang dengan posisi tidur.

"Tolong ambilkan minyak kayu putih, Mbak! Oleskan di hidung Ibu!" perintahku kepada salah seorang karyawan.

"Baik, Mas!" jawabnya.

Tak lama kemudian, karyawan tersebut sudah membawa kotak P3K. Dia langsung melakukan apa yang kuperintahkan. Diolesnya hidung mama Melisa berulang kali. Tak beberapa lama kemudian mama Melisa siuman.

Setelah melihat mama Melisa sadar, aku langsung menghubungi nomor pak polisi yang tadi menelpon mama Melisa. Menurutnya, pak Bram sudah ditangani oleh pihak rumah sakit. Keluarga diminta segera ke rumah sakit tempat pak Bram dirawat.

"Bagaimana kondisi papa Melisa, Gio?" tanya mama Melisa.

"Alhamdulillah sudah dibawa ke rumah sakit. Sekarang beliau lagi ditangani oleh dokter rumah sakit. Ibu jangan khawatir. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa dengan Bapak," kataku menghibur.

"Gio, temani Ibu ke rumah sakit, ya!" ajak mama Melisa kepadaku.

Aku mengangguk sambil berkata, "Ya, Bu. Gio siap."

Setelah meminta izin bapak, aku, Melisa, dan mamanya berangkat ke rumah sakit yang disebutkan oleh pak polisi. Sepanjang perjalanan, aku melihat Melisa dan mamanya terus berlinang air mata. Dari mulutnya kudengar lantunan doa tanpa putus untuk orang yang sangat dicintainya itu. Aku jadi teringat sewaktu bapak sakit beberapa tahun yang lalu. Bapak menderita sakit alergi terkena serpihan kayu-kayu kecil ketika mengetam kayu untuk membuat mebel. Sebagai tukang kayu, setiap hari bapak harus bergelut dengan kayu. Namun, alergi membuat bapak sangat tersiksa menjalani pekerjaannya itu. Memang tidak semua jenis kayu dapat membuat bapak alergi, tetapi hampir setiap hari sepulang dari kerja, aku melihat badan bapak banyak yang bintul. Katanya gatal sekali. Kadang karena digaruk, membuat kulitnya terlihat seperti mengelupas. Kasihan melihatnya. Namun, karena kebutuhan keluarga yang harus dicukupi, bapak tetap menggeluti pekerjaan tersebut. Sampai suatu hari, alergi bapak benar-benar sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Seluruh badannya gatal semua. Akhirnya aku membawanya ke salah seorang dokter. Bapak disarankan agar beralih ke pekerjaan lain supaya tidak mudah terkena alergi dari serutan kayu. Setelah itu, bapak pun berhenti menjadi tukang kayu dan beralih menjadi pedagang manisan di rumah. Mungkin seperti itulah kesedihan yang mereka rasakan saat orang tua menderita sakit.

"Apakah masih jauh lagi, Pak Kardi?" tanya mama Melisa kepada pak Kardi sopir pribadinya.

"Setengah jam lagi sampai, Bu," jawab pak Kardi.

"Jangan terlalu dipikirkan, Bu! Bapak sudah dirawat oleh dokter," hiburku.

Mama Melisa mengangguk. "Ya Allah selamatkan suamiku," doanya lirih.

Perjalanan yang tinggal setengah jam, terasa sangat lama sekali. Semuanya memilih diam. Sesekali kudengar mama Melisa menyebut nama Allah untuk menenangkan pikirannya. Demikian juga dengan Melisa.

Tepat pukul lima sore, mobil memasuki areal parkir rumah sakit. Aku melihat dua orang polisi sedang duduk di ruang tunggu. Dari mereka berdua kami diantar ke ruang pak Bram dirawat.

"Papa," teriak Melisa begitu melihat papanya terbaring lemah. Perban putih melilit kepalanya. Selang infus menempel di tangannya.

"Pasien masih belum sadar. Ada luka di kepalanya. Semoga tidak terjadi apa-apa dengan pasien," terang dokter yang merawat pak Bram. "Baiklah, kami permisi dulu. Insyaallah sebentar lagi pasien sadar," tambahnya.

"Pa, sadar Pa," kata mama Melisa lirih sambil memegang tangan suaminya. "Jangan tinggalkan kami. Kami masih butuh kasih sayang Papa." Mama Melisa mencium tangan suaminya. Berulang kali.

"Pa, bangun Pa. Melisa tidak akan melawan papa lagi. Melisa akan patuh perintah Papa," janji Melisa di antara isak tangisnya.

Sedih melihat pemandangan seperti itu. Aku merasakan betapa mereka sangat mencintai pak Bram. Cinta yang tulus dari seorang istri dan anaknya.

Pak Bram masih belum merespons. Matanya terpejam. Bibirnya terkatup rapat. Namun, aku melihat ada yang aneh pada matanya. Dari kedua matanya mengalir butiran bening. Pak Bram menangis. Sepertinya pak Bram sudah sadar, tetapi ada sesuatu yang membuatnya diam dan menangis.

"Bu, lihat Bapak menangis," bisikku kepada mama Melisa.

"Allahu Akbar, Papa sudah sadar," kata mama Melisa senang. Dihapusnya air mata yang membasahi pipi suaminya itu dengan lembut.

"Mas Yuda mana?" tanya pak Bram dengan suara gemetar.

Aku terkejut. Pak Bram memanggil pak Yuda, orang tua Jihan. Mengapa setelah sadar pak Bram langsung menyebut nama kakak angkatnya itu? Padahal pak Bram sangat membenci pak Yuda. Ada apa dengan pak Bram?

Bersambung

Sarolangun, 20 Oktober 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pembaca boleh request ending ceritanya Pak Suhargo? Penasaran.

21 Oct
Balas

Boleh, Bu. Insya allah endingnya bahagia. Tetapi pasti membuat haru. Monggo disimak terus bu Sri. Sukses selalu dan salam literasi

21 Oct

Mantul pak ... Salam sukses ...

20 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Elyta. Sukses selalu juga untuk ibu

21 Oct

Wah saya harus menyediakan waktu untuk scroll baca sejak awal nih... Apik ceritanya

20 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Adee. Sukses selalu

21 Oct

Mantap Mas Kepsek.. Makin seru dan deg2an nih ngikutinnya,,, ditunggu kisah selanjutnya,, Mudah2an Pak Yudha ketemu sama adik angkatnya (pak Bram), dan Gio ketemuan dengan Jihan,,, (kok pemirsa yang minta ke penulis cerita, ntar dimarahin sutradara,,, hahahaha )

20 Oct
Balas

Aamin. Sukses selalu untuk mas Burhani dan keluarga.

21 Oct

Keren smg musibah ini dpt menjd pelajaran berharga bg pak Bram utk mnjd pribadi yg lbh baik lagi, sukses selalu pak

20 Oct
Balas

Aamiin. Terima kasih apresiasinya bu Yurlina. Sukses selalu juga untuk ibu dan keluarga

21 Oct

Serius ini cerita keren! Salute. Salam literasi, Pak Su.

20 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Dian. Sukses selalu

21 Oct

Wow, makin seru Pak. Sukses selalu dan barakallahu fiik

20 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Siti Ropiah. Sukses selalu dan salam literasi

21 Oct

makin keren nih. Ada apa dengan Pak Yudha?. Sehat dan sukses selalu buat Bapak

20 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Elvina. Sukses selalu juga untuk ibu dan keluarga

21 Oct

Mantap pak, konfliknya semakin seru. ditunggu lanjutannya. Tetap semanagt. barakallahu fiik

20 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya pak Muslih. Sukses selalu juga untuk bapak dan keluarga

21 Oct

Semakin seru, keren dan menarik, sukses untuk Bapak

20 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya pak Sunindio. Sukses selalu juga untuk bapak dan keluarga

21 Oct

Ada apa dengan Pak Bram? Jadi penasaran. Sukses selalu

20 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya pak Bambang. Sukses selalu juga untuk bapak dan keluarga

21 Oct

Ditunggu cerita berikutnya, penasaran. Salam sehat dan sukses selalu.

20 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Rina. Sukses selalu juga untuk ibu dan keluarga

21 Oct

Makin seru. Makin bikin penasaran.

20 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Yuniar. Sukses selalu juga untuk ibu

21 Oct

Semoga pak Bram juga sadar dengan tabiatnya yang tidak naik selama ini... Makin keren pak.... Mantap dan menarik... Makin membuat penasaran... Ditunggu lanjutannya ya pak.... Salam santun

20 Oct
Balas

Aamiin. Terima kasih apresiasinya bu Trisna. Sukses selalu

21 Oct

Wow ... makin seru ceritanya Pak, salam sukses selalu.

20 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Hunaifah. Sukses selalu juga untuk ibu dan keluarga

21 Oct

Wow ... makin seru ceritanya Pak, salam sukses selalu.

20 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Hunaifah. Sukses selalu juga untuk ibu dan keluarga

21 Oct

Akhir cerita mengundang penasaran ditunggu lanjutannya pak

21 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Halifah. Sukses selalu dan salam literasi

21 Oct

Semakin mantap pak,sukses selalu.

20 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Sry. Sukses selalu juga untuk ibu dan keluarga

21 Oct

waduuh ...semoga pak Bram berumur panjang. Keren ceritanya. Bikin penasaran terus.

20 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Heri. Sukses selalu

21 Oct



search

New Post