Suhargo

Tenaga pendidik di SDN 224 Mekarsari Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
TAKDIR CINTA (18)

TAKDIR CINTA (18)

Tantangan Hari ke-282

#TantanganGurusiana

TAKDIR CINTA (18)

"Aku takut, Ma. Kecelakaan ini teguran dari Allah," ucap pak Bram sedih.

"Allah masih sayang dengan Papa. Bisa saja Allah memberikan teguran yang lebih keras lagi kepada Papa. Alhamdulillah, Papa sekarang sudah sadar," kata mama Melisa senang.

Mereka berpelukan. Aku merasakan ada kebahagiaan di antara mereka. Aku melihat, pak Bram meneteskan air mata. Mama Melisa juga terlihat berlinang air mata. Tangis bahagia. Melihat kejadian itu, Melisa langsung ikut memeluk kedua orang tuanya. Entah mengapa aku juga ikut terharu melihatnya.

Cukup lama mereka berpelukan. Mungkin mereka jarang seperti itu. Wajar saja karena mereka adalah orang yang sangat sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Kini tiba saatnya aku pamit pulang lebih dulu. Keberadaanku juga tidak terlalu penting. Mama Melisa mungkin kurang membutuhkan tenagaku. Luka di kepala pak Bram tidak terlalu parah. Mungkin besok atau lusa sudah diizinkan pulang.

"Ngga usah naik taksi, biar pak Kardi saja yang mengantarkan Gio," jawab mama Melisa ketika aku meminta izin pulang duluan.

"Terima kasih, Bu. Nggak usah repot-repot. Gio bisa pulang sendiri, kok," dalihku.

"Nggak ada yang direpotkan. Pokoknya untuk yang satu ini nggak bisa ditawar lagi. Titik," tegas mama Melisa.

"Betul kata mamanya Melisa, Gio. Biar kamu diantar pak Kardi saja," tambah pak Bram.

Aku mengalah. Aku bersedia diantar oleh pak Kardi. Apalagi hari juga mulai malam. Berdasarkan waktu ketika berangkat siang tadi, lamanya perjalanan dari rumah ke rumah sakit tempat pak Bram dirawat kurang lebih tiga jam-an. Artinya kalau sehabis salat Maghrib, aku berangkat dari sini, sekitar pukul sembilan aku sampai di rumah. Karena itulah aku memutuskan bersedia diantar oleh pak Kardi sopir pribadi mama Melisa.

Pak Kardi memang sopir yang sangat berpengalaman. Terlihat sekali dari cara memindahkan gigi mobil. Halus dan tak berbunyi sama sekali. Meskipun diajak ngobrol, pandangannya tetap fokus ke depan. Rasanya tenang duduk di sampingnya. Pantas mama Melisa sangat percaya dengannya.

"Sudah berapa lama jadi sopir mama Melisa, Pak?" tanyaku.

"Sudah hampir sepuluh tahun, Mas," jawab pak Kardi.

"Lama juga, ya," kataku, "berarti Pak Kardi tahu dong semua bisnis mama Melisa?"

"Alhamdulillah, Mas. Butiknya sudah sepuluh cabang, salonnya kalau tidak salah sekitar 15 cabang. Satu lagi ibu juga punya usaha cafe. Namun, belum berkembang seperti usaha yang lain."

"Luar buasa," kataku. "Wanita karier yang sukses."

"Iya, Mas. Semua usaha ibu tidak ada sangkut pautnya dengan bisnis bapak. Pak Bram juga punya usaha sendiri."

Benar-benar keluarga yang hebat. Keduanya sukses sebagai pebisnis. Tidak salah kalau aku bekerja sama dengan mereka. Aku bisa belajar banyak cara menjadi wiraswasta yang berhasil. Dengan bergabung dengan mereka, aku pasti dibimbing dan diawasi. Keuntungan luar biasa yang tidak mungkin kudapati kalau masih tetap bertahan menjadi kurir pengantar barang.

Sejujurnya aku ragu, apakah mungkin aku bisa menjalankan usaha dengan baik? Sementara pengalaman dalam bidang itu sangat minim sekali. Bahkan bisa dibilang nol sama sekali.

"Kalau bekerja sama dengan ibu, Mas Gio nggak usah khawatir," kata pak Kardi seperti tahu apa yang ada dalam pikiranku.

"Maksud Pak Kardi?"

"Sampai orang yang dibantu itu berhasil, ibu selalu mendampinginya. Ibu tidak segan-segan turun tangan untuk membantu orang tersebut agar pekerjaannya selesai dengan baik," terang pak Kardi. "Mas Gio nggak usah khawatir kalau masalah pengelolaan usaha. Ibu sangat profesional. Di sisi lain, ibu juga sangat menghargai karyawan. Ibu tidak pernah membedakan antara bawahan dan atasan. Bahkan urusan makan saja Ibu tidak pernah membeda-bedakan. Saya sering semeja dengan ibu ketika makan bersama. Awalnya saya ewuh pakewuh. Segan makan semeja dengan Ibu, tetapi lama kelamaan terbiasa."

"Begitu, ya?" tanyaku tak percaya.

"Yang satu ini, mungkin jarang dilakukan oleh orang lain," ucap pak Kardi.

"Apa itu?" tanyaku penasaran.

"Setiap akhir bulan, Ibu pasti ke panti asuhan untuk memberikan bantuan kepada mereka. Kadang juga diberikan kepada gelandangan, anak yatim piatu, dan lembaga-lembaga sosial yang ada di kota ini. Bukan sekali dua kali, tetapi rutin setiap bulan."

"Subhanallah. Benar-benar orang yang berhati mulia," kataku sambil geleng-geleng kepala.

Sifat yang pantas ditiru. Suka berbagi kepada orang lain. Apalagi di masa pandemi seperti ini, banyak sekali saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan uluran tangan kita. Jangan menunggu banyak untuk beramal. Berapapun besarnya, kalau ikhlas akan menjadi tabungan di akhirat kelak.

"Pak Kardi, Stop!" teriakku kencang.

"Ada apa, Mas?"

"Gio melihat Jihan. Sepertinya dia mau belanja di mini market itu!" kataku sambil menunjuk sebuah mini market yang terletak di seberang jalan.

"Mas Gio, salah lihat kali," kata pak Kardi.

"Benar, Pak. Perempuan yang Gio lihat tadi itu memang Jihan," kataku ngotot.

Pak Kardi segera memarkirkan mobilnya. Aku langsung berlari ke mini market. Perempuan yang kulihat tadi masih asyik memilih barang-barang yang akan dibelinya.

"Dik Jihan," sapaku.

Bersambung

Sarolangun, 22 Oktober 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantul pak ... Lanjut dan salam sukses ...

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Elyta. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

Waduh,, jadi ikut deg2an nih,,, semoga beneran yang dilihat Gio adalah Jihan,,, ditunggu edisi besok, sukses selalu Mas Kepsek

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya mas Burhani. Sukses selalu juga untuk mas dan keluarga

22 Oct

Semoga Gio ga salah org, alurnya mkn keren, dilanjut pak

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Yurlina. Sukses selalu

22 Oct

Makin mantul Pak. Sukses selalu dan barakallahu fiik

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Siti Ropiah. Sukses selalu juga untuk ibu dan keluarga

22 Oct

Benarkah Jihan? semakin seru pak. sehat dan sukses selalu

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Elvina. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

Wow... Makin seru pak. Ditunggu lanjutannya. Tetap semangat, semoga sukses selalu . Salam literasi.

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya pak Muslih. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

Cerpen yang keren... Mengalir deras idenya.. Salam

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya mas Rosihan. Sukses selalu

23 Oct

mantab pak cerbungnya,senangbisa mampir

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Rahmawati. Sukses selalu untuk ibu dan keluarga

22 Oct

Luar biasa keren pak

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya pak Donni. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

Semakin keren, Pak... Semoga Gio gak sampai salah orang.. Salam sukses selalu, Pak

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Yessy. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

Mantap, Pak cerbungnya, tentang cintabanyak cerita yang bisa dikemas, sukses selalu. pak.

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya pak Irwanto. Penulis hebat salah satu idola saya. Alhamdulillah sudah saya follback. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

sukses selalu Pak.. Dik Jihan.. Salam literasi. mantul cerbung nya Pak

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Sri. Sukses selalu

22 Oct

Jadi cerbung yang bagus sekali, Pak.. salam sukses selalu

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Rochmawati. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

Semoga Jihan beneran dan Jihan belum menikah lagi, hehehe. Harapan dan maunya pembaca.

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Yuniar. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

Senang sekali bisa ikut menikmati kisah indah ini. Semoga sukses Pak.

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Amini. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

Mantap sekali Pak ceritanya. Suka dengan alurnya. Salam sukses selalu.

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Robingah. Sukses selalu juga untuk ibu dan keluarga

22 Oct

Duh kita yang menahan nafas sejenak pak... Apa benar yang dilihat Gio adalah Jihan... Makin menarik dan me. Buat penasaran pak.. Ditunggu la jutannya... Salam santun dan sukses buat bapak kepala yang super dan keren

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Trisna. Sukses selalu juga untuk ibu dan keluarga

22 Oct

Wah bukan salah lihat tapi memang betul ya Pak

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

Setuju Pak ..mari beramal semasa pandemi. Terima kasih sudah menginspirasi. Salam sukses

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Juniar. Sukses selalu juga untuk ibu dan keluarga

23 Oct

Terima kasih apresiasinya bu Juniar. Sukses selalu juga untuk ibu dan keluarga

23 Oct

Betul itu Jihan...? Cerita apik dan keren... Salam sukses pa

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Cucu. Sukses selalu untuk ibu dan keluarga. Salam literasi

22 Oct

Mantul pa lanjutkan

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Hamidah. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

Benarkah itu Jihan????

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

Ceritanya semakin menarik Pak, sukses selalu

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Halifah. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

Benarkah Jihan? Bikin penasaran...salam sukses

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Titik. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

Semakin penasaran ni pak ..ditunggu selanjutnya sukses selalu..

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya bu Sudarwati. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct

Semangat pagi Pak Suhargo, semangat beraktifitas, semoga sukses selalu. Mantab, semakin serunya takdir cinta. Salam literasi

22 Oct
Balas

Terima kasih apresiasinya pak Sukadi. Sukses selalu dan salam literasi

22 Oct



search

New Post