TAKDIR CINTA (21)
Tantangan Hari ke-285
#TantanganGurusiana
TAKDIR CINTA (21)
"Maaf, Gio. Tadi panggilannya terputus. Bapak ada tamu penting. Biasa, urusan proyek," kata pak Bram.
"Nggak apa-apa, Pak. Gio mengerti kok," jawabku.
"Informasi yang Bapak peroleh dari orang kepercayaanku, ternyata mas Yuda dan keluarganya itu tidak keluar dari kota ini. Mereka tinggal di suatu tempat. Letaknya di pinggir kota."
"Maksud Bapak, Jihan tidak pindah ke kota lain?"
"Betul. Sekarang kita ke sana. Sebentar lagi Gio kami jemput," kata pak Bram.
"Iya, Pak. Siap."
Pak Bram langsung mengakhiri panggilannya. Aku tidak sempat bertanya panjang lebar tentang mereka.
"Sherin ikut, Mas. Sherin merasa bersalah. Sherin harus menjelaskan kepada Jihan. Apa yang dilihat Jihan tidak seperti yang dipikirkannya. Jihan harus tahu bahwa cinta Mas Gio hanya untuk Jihan," kata Sherin.
"Terima kasih atas niat baik Sherin, tetapi Mas Gio pikir, Sherin lebih baik pulang saja. Insyaallah, Mas Gio bisa menyelesaikan permasalahan ini."
"Tapi, Mas..."
"Tidak ada tapi-tapian," potongku. "Percayalah, Mas Gio pasti bisa menyelesaikannya," kataku meyakinkan.
"Baiklah, Mas. Sherin pamit. Maaf sudah menambah masalah," pamitnya.
Tak selang berapa lama, mobil pak Bram tiba. Aku langsung disuruh masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil sudah ada Melisa yang duduk di samping sopir. Sementara Pak Bram dan istrinya duduk di kursi tengah.
"Duduk di sini saja!" perintah pak Bram sambil menggeser duduknya. "Kita langsung ke sana saja, Pak Anton," kata pak Bram kepada sopirnya setelah aku duduk di sampingnya.
Di dalam mobil, aku bingung mau ngomong apa. Sepanjang perjalanan hatiku deg-degan tak karuan. Kulihat pak Bram juga resah. Hanya mama Melisa yang terlihat tenang. Maklum, pak Bram mungkin merasa tidak enak karena pernah berbuat tidak baik kepada kakak angkatnya, pak Yuda. Sedangkan mama Melisa terlihat santai karena merasa tidak terlibat kejahatan yang dilakukan oleh suaminya.
"Mas Gio, jangan tegang begitu!" canda mama Melisa.
"Iya, Mas. Biasa saja," tambah Melisa.
Aku tersenyum. Jujur jantungku berdegup tak karuan. Aku tidak bisa menyembunyikan ketegangan di wajahku. Bermacam-macam perasaan bercampur aduk. Senang, rindu, keraguan, dan rasa bersalah menjadi satu. Senang, bagaimana tidak senang? Sebentar lagi aku akan bertemu dengan orang yang sangat kusayangi. Rindu, setelah hampir dua tahun berpisah ada kerinduan yang membuncah di hatiku. Rinduku akan segera terobati. Namun, masih terselip keraguan, mungkinkah semua berjalan sesuai dengan keinginanku? Jihan mau menerima cintaku. Belum lagi rasa bersalah yang juga menghantuiku. Kejadian antara aku dan Sherin pasti menimbulkan prasangka yang tidak baik terhadapku.
"Pak Anton, kira-kira berapa menit lagi sampai di tempatnya?" tanya mama Melisa.
"Kurang lebih setengah jam, Bu," jawab pak Anton sopir pribadi pak Bram.
"Maaf, Bu. Kalau boleh tahu, di mana mereka sebenarnya?" tanyaku penasaran.
"Di pondok pesantren, Mas."
"Apa? Pondok pesantren?" tanyaku tak percaya.
"Iya, ternyata mereka memilih pondok pesantren untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya."
Pak Bram kemudian menceritakan bagaimana orang suruhannya tanpa sengaja bertemu dengan pak Yuda. Suatu hari, pak Bram bermaksud menyumbangkan rezekinya ke sebuah pondok pesantren yang sedang merehab bangunan. Terinspirasi dari istrinya yang suka berbagi, pak Bram juga ingin berbagi rezeki yang didapatnya. Sumbangan langsung diterima oleh pengurus pondok. Salah satunya adalah pak Yuda. Berdasarkan informasi dari santri, pak Yuda dan keluarganya menjadi donatur utama pondok pesantren itu. Semenjak kehadiran mereka, pembangunan pondok pesantren bertambah pesat.
"Tetapi yang membuatku tidak habis pikir adalah darimana uang mas Yuda? Bukankah seluruh usahanya sudah kuambil alih?" tanya pak Bram.
"Itu kuasa Allah, Pa. Kita tak pernah tahu rencana Allah," jawab Melisa.
"Ya. Mudah-mudahan harta yang didapat mas Yuda diperoleh dengan cara yang baik."
"Sst!" kata mama Melisa sambil meletakkan jari telunjuk ke mulut suaminya. "Papa tidak boleh berpikir seperti itu. Tidak mungkin mas Yuda melakukan perbuatan yang melanggar agama. Apalagi digunakan untuk membangun pondok. Tidak mungkin."
"Astagfirullah," ucap pak Bram.
"Alhamdulillah, kita sudah sampai," kata pak Anton.
Aku melihat sebuah pondok pesantren berdiri dengan megah. Papan nama pondok tertulis dengan gagah di pintu gerbang. Pintu gerbang tertutup rapat. Ada tulisan tergantung di pintu gerbang. UNTUK SEMENTARA PONDOK PESANTREN TIDAK MENERIMA TAMU. HARAP MAKLUM.
Bersambung
Singkut, 25 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Berhasil membuat penasaran para pembaca, lanjut Pak Suhargo
Terima kasih apresiasinya bu Sri Saktiani. Sukses selalu untuk Ibu dan keluarga.
Wah,selalu bikin penasaran cerpennya Pak Suhargo...ada nuansa pesantrennya,lanjut terus,Pak. Sukses selalu.
Terima kasih apresiasinya Pak Tri. Sukses selalu untuk bapak dan keluarga.
Semakin keren dan mengalir, Pak Hargo....
Terima kasih apresiasinya Bu Emi. Sukses selalu
Wah, masih bersambung. Ditunggu. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Terima kasih apresiasinya Bu Siti Ropiah. Sukses selalu
Beberapa bagian saya tertinggal, Pak. Segera saya meluncur mencari cerita sebelumnya. Mantap,Pak. Ceritanya membuat saya penasaran.
Terima kasih apresiasinya bu Teti. Sukses selalu untuk ibu dan keluarga
Semakin seru pak. Ditunggu lanjutannya. Tetap semangat, semoga sehat dan sukses selalu.
Terima kasih apresiasinya Pak Muslih. Sukses selalu untuk Bapak dan keluarga.
Semangat mas
Terima kasih apresiasinya Pak Donni. Sukses selalu
Lanjut pak Suhargo..... sukses selalu
Terima kasih apresiasinya bu Hariyanto. Sukses selalu dan salam literasi
Semakin seru dan di buat penasaran, ditunggu kelanjutannya, keren Pak
Terima kasih apresiasinya Pak Sunindio. Sukses selalu dan salam literasi
Semakin seru pak. Ditunggu lanjutannya. Semoga selalu sehat dan sukses selalu.
Terima kasih apresiasinya Bu Yessy. Sukses selalu juga untuk ibu dan keluarga
Penasaran ingin lanjutannya, tapi jujur saya baru baca beberapa episode... semoga bisa mengikutinya. salam dari pariaman.
Terima kasih apresiasinya Pak Irwanto. Masih belajar menulis. Sukses selalu dan salam dari Sarolangun Jambi
Aduh, gagal lagi kah ketemu Jihan? Sungguh jodoh yang tidak mudah. Ceritanya bikin nagih bener ini Pak, hehehe...
Terima kasih apresiasinya Bu Yuniar. Sukses selalu untuk ibu dan keluarga
Ikut deg-degan juga ini.. hehe. Apalagi pintu pondok pesantren ditutup dan tdk menerima tamu... Hmm..
Terima kasih apresiasinya bu Amini. Sukses selalu
duhh makin penasaran kita dibuatnya pak kepala sekolah yang super... Mengapa ya pak ada tulisan pondok tidak menerima tamu... Batal dong mereka bertemu keluarga pak Yuda.... Ditunggu lanjutannya segera pak... Salam santun dan sukses selalu....
Terima kasih apresiasinya Bu Trisna. Sukses selalu untuk ibu dan keluarga.
Ditunggu lanjutannya pak. Sukses selalu
Kerenn ceritanya Pak...ditunggu kelanjutannya..sehat dan sukses selalu
Terima kasih apresiasinya bu Erida. Sukses selalu untuk ibu dan keluarga
Berjodohkah? tangannya semkin seru deh Pak
Terima kasih apresiasinya bu Andi. Sukses selalu dan salam literasi
Keren banget Pak. Full penasaran kelanjutanya. Salam sukses selalu.
Terima kasih apresiasinya Bu Hunaifah. Sukses selalu dan salam literasi
Keren banget Pak. Full penasaran kelanjutanya. Salam sukses selalu.
Terima kasih apresiasinya Bu Hunaifah. Sukses selalu
Wah sudah episode 21, saya byk ketinggalan Pak. Sukses selalu
Terima kasih apresiasinya Bu Halifah. Sukses selalu juga untuk ibu dan keluarga
Semakin keren
Terima kasih apresiasinya bu Sry. Sukses selalu
Jadi penasaran. Lanjutannya. Izin follow ya. Salam literasi.
Terima kasih apresiasinya bu. Saya follback. Sukses selalu
Selalu tampil asyik pak Har, sukses selalu, bikin penasaran, salam dari Pati
Terima kasih apresiasinya Bu Henny. Sukses selalu. Pati mengingatkan kedua orang tuaku. Salam dari Jambi
pesantrennya masih lockdown pak. He..he.. Keren ceritanya. Sukses selalu. Salam literasi
Ya, Bu. Terima kasih apresiasinya
Semakin seru pak ceritanya, Sukses, sehat selalu Pak Suhargo. Salam literasi
Terima kasih apresiasinya Pak Sukadi. Sukses selalu dan salam literasi