291.Tanda-Tanda Allah Swt Menghendaki Kebaikan Seseorang
Seorang muslim wajib meyakini bahwa baik buruknya seseorang hanyalah dalam genggaman Allah Swt. Surga atau neraka seseorang telah Allah Swt tentukan sebelum dirinya diciptakan. Nabi saw bersabda bahwa.
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ آدَمَ، ثُمَّ مَسَحَ ظَهْرَهُ بِيَمِينِهِ، فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ ذُرِّيَّةً، فَقَالَ: خَلَقْتُ هَؤُلَاءِ لِلْجَنَّةِ وَبِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ يَعْمَلُونَ، ثُمَّ مَسَحَ ظَهْرَهُ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ ذُرِّيَّةً، فَقَالَ خَلَقْتُ هَؤُلَاءِ لِلنَّارِ، وَبِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ يَعْمَلُونَ، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَفِيمَ الْعَمَلُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا خَلَقَ الْعَبْدَ لِلْجَنَّةِ اسْتَعْمَلَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَمُوتَ عَلَى عَمَلٍ مِنْ أَعْمَالِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فَيُدْخِلَهُ بِهِ الْجَنَّةَ، وَإِذَا خَلَقَ الْعَبْدَ لِلنَّارِ اسْتَعْمَلَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى يَمُوتَ عَلَى عَمَلٍ مِنْ أَعْمَالِ أَهْلِ النَّارِ، فَيُدْخِلَهُ بِهِ النَّارَ”
“Sesungguhnya Allah Swt menciptakan Adam, lalu Dia mengusap punggungnya dengan tangan kanan-Nya, dan mengeluarkan darinya sejumlah keturunannya. Allah berfirman, ‘Aku telah menciptakan mereka untuk dimasukkan ke dalam surga dengan amalan penduduk surga, dan mereka pun mengamalkannya.’ Kemudian Allah mengusap punggungnya lagi, lalu mengeluarkan darinya sejumlah keturunannya, dan Allah berfirman, ‘Aku telah menciptakan mereka untuk neraka dengan amalan penduduk neraka, dan mereka pun mengamalkannya.’ Ada seorang laki-laki bertanya, ‘Wahai Rasulullah, lantas apa gunanya beramal?’ Maka Rasulullah saw menjawab, ‘Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla apabila menciptakan seorang hamba untuk surga, maka Allah menjadikannya beramal dengan amalan penduduk surga, hingga ia mati dalam keadaan beramal dengan amalan-amalan penduduk surga, lalu ia dimasukkan ke dalam surga dengan amalan tersebut. Dan apabila Allah menciptakan seorang hamba untuk neraka, maka Allah menjadikannya beramal dengan amalan penduduk neraka, hingga ia mati dalam keadaan mengamalkan amalan penduduk neraka, lalu ia dimasukkan ke dalam neraka dengan amalan tersebut.” (HR. Abu Daud dan Ahmad).
Hadis diatas adalah penjelasan Nabi saw berkenaan dengan surat Al A’raf ayat 172 sebagaimana diriwayatkan dari Muslim bin Yasar Al-Juhani ra. Firman Allah Swt tersebut berbunyi:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۖ قَالُوا بَلَىٰۛشَهِدْنَاۛأَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Rabbmu?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah).” Manusia hanya wajib berusaha saja, namun kepastian hasil tetap menjadi hak mutlak Allah Swt, apakah masuk surga atau justeru harus mendekam di neraka untuk menjalani siksaan. Lantas muncul pertanyaan, jika surga dan neraka telah ditentukan,apa gunanya beramal? Tidak hanya manusia zaman sekarang saja yang bertanya demikian,namun para sahabat pun pernah bertanya hal demikian. Dari Jabir ra, ia berkata, Suraqah bin Malik bin Ju’syum ra datang dan berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، بَيِّنْ لَنَا دِينَنَا كَأَنَّا خُلِقْنَا الْآنَ، فِيمَا الْعَمَلُ الْيَوْمَ؟ أَفِيمَا جَفَّتْ بِهِ الْأَقْلَامُ وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ؟ أَمْ فِيمَا نَسْتَقْبِلُ؟ قَالَ: لَا، بَلْ فِيمَا جَفَّتْ بِهِ الْأَقْلَامُ وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ، قَالَ: فَفِيمَ الْعَمَلُ، فَقَالَ: اعْمَلُوا، فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ
“Wahai Rasulullah, berikanlah penjelasan kepada kami tentang agama kami, seakan-akan kami baru diciptakan sekarang. Untuk apakah kita beramal hari ini? Apakah itu terjadi pada hal-hal yang pena telah kering dan takdir yang berjalan, ataukah untuk yang akan datang?” Nabi saw menjawab, “Bahkan pada hal-hal yang dengannya pena telah kering dan takdir yang berjalan.” Ia bertanya, “Lalu apa gunanya beramal?” Nabi saw bersabda, “Beramallah kalian, karena masing-masing dimudahkan (untuk melakukan sesuatu yang telah ditakdirkan untuknya).” (HR. Muslim). Nabi saw menjawab dengan tegas bahwa seseorang harus tetap beramal, karena dengan amalan yang dilakukannya bisa menjadi indikasi apakah akan menjadi penghuni surga atau neraka. Allah Swt Maha Adil,tidak mungkin mendzalimi seseorang dengan memasukkan neraka yang amal kebaikannya banyak. Jika dhahirnya banyak amal tapi masuk neraka, pasti ada yang salah dalam beramal, dan itu hanya bisa diketahui oleh Allah Swt saja.
Islam adalah agama yang masuk akal,realistis,dan bisa dinalar manusia normal. Meskipun surga atau neraka seseorang sudah ditentukan Allah Swt, namun manusia telah diinformasikan tentang tanda-tandanya. Apakah termasuk orang baik yang layak masuk surga, atau menjadi bagian dari orang jahat yang pantas dimasukkan kedalam neraka? Tanda-tanda atau indikator tersebut pernah disampaikan oleh Muhammad bin Ka'ab Al-Qurthubi ra, beliau berkata:
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ خَيْرًا، جَعَلَ فِيْهِ ثَلَاثَ خِصَالٍ: فَقِيْهًا فِي الدِّيْنِ وزَاهِدًا فِي الدُّنْيَا وَبَصَرًا بِعُيُوْبِهِ
“Apabila Allah Ta'ala menghendaki seorang hamba menjadi baik, maka Dia jadikan pada dirinya tiga perkara: Faqih terhadap urusan agama, zuhud terhadap dunia, dan mampu melihat aib-aib dirinya.” (Shifat Ash-Shafwah: 2/132).
Faqih atau paham urusan agama menjadi tanda bahwa seseorang dikehendaki baik oleh Allah Swt. Dari Mu’awiyah ra, Nabi saw bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari dan Muslim). Untuk bisa menjadi hamba yang baik lagi taat,gerbang utamanya adalah memiliki ilmu agama yang cukup. Semua perbuatan akan bernilai pahala ketika dilakukan berdasar ilmu yang benar,yakni hanya ditujukan kepada Allah Swt dan mengikuti cara yang Nabi saw ajarkan. Sebanyak apapun kebaikan yang dilakukan namun tidak berdasar ilmu agama,akan menjadi sia-sia belaka laksana debu yang berterbangan dihempas angin tanpa menyisakan sedikitpun. Begitu pula yang bisa takut kepada Allah Swt dengan menjalankan semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya hanyalah orang yang berilmu atau ulama’. Allah Swt berfirman menjelaskan.
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama." (QS. Fathir:28). Tidak mungkin orang bodoh bisa menjadi orang yang taat kepada Allah Swt. Ketaatan bermula dari paham dan sadar akan hak dan kewajibannya sebagai hamba. Seseorang harus maksimal dalam menimba ilmu agama agar indikator menjadi orang baik ada pada dirinya. Banyak sekali faidah dari ilmu jika dimiliki sebagaimana Ibnul Qayyim ra katakan.
ولو لم يكن في العلم الا القرب من رب العالمين والالتحاق بعالم الملائكة وصحبة الملأ الاعلى لكفى به فضلا وشرفا فكيف وعز الدنيا والآخرة منوط به ومشروط بحصوله
“Seandainya keutamaan ilmu hanyalah kedekatan pada Rabbul ‘alamin,dikaitkan dengan para malaikat, berteman dengan penduduk langit, maka itu sudah mencukupi untuk menerangkan akan keutamaan ilmu. Apalagi kemuliaan dunia dan akhirat senantiasa meliputi orang yang berilmu dan dengan ilmulah syarat untuk mencapainya” (Miftah Daaris Sa’adah:1/104).
Zuhud terhadap dunia menjadi penting bagi seseorang agar akhiratnya selamat. Zuhud yag berarti tidak terperdaya dengan manisnya dunia seisinya,namun tetap menggunakan sesuai kebutuhan. Hatinya tidak terpana dengan capaian dunia,namun semua yang ada dalam genggamannya digunakan sebagai sarana menuju akhirat. Lebih mengharap apa yang dalam genggaman Allah Swt daripada yang ada ditangan dirinya atau manusia lainnya. Abu Dzar ra berkata:
الزهادة فى الدنيا ليست بتحريم الحلال ولا إضاعة المال ولكن الزهادة فى الدنيا أن لا تكون بما فى يديك أوثق مما فى يدى الله وأن تكون فى ثواب المصيبة إذا أنت أصبت بها أرغب فيها لو أنها أبقيت لك
“Zuhud terhadap dunia bukan berarti mengharamkan yang halal dan bukan juga menyia-nyiakan harta. Akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah dengan begitu yakin terhadap apa yang ada di tangan Allah daripada yang ada di tanganmu. Zuhud juga berarti ketika engkau tertimpa musibah, engkau lebih mengharap pahala dari musibah tersebut daripada kembalinya dunia itu lagi padamu.”(HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah). Intinya zuhud adalah.
أَنَّ الزُهْدَ فِي تَرْكِ مَا يُشْغِلُكَ عَنِ اللهِ
“Zuhud adalah meninggalkan berbagai hal yang dapat melalaikan dari mengingat Allah.” (Disebutkan oleh Abu Nu'aim Al Ashbahani dalam Hilyatul Awliya ': 9/258, Darul Kutub Al' Arobi, Beirut, cetakan keempat, 1405 H). Dengan tidak terlalaikan urusan dunia,maka akhirat akan tetap menjadi konsentrasinya setiap saat. Layaklah berpredikat sebagai orang baik yang layak masuk surga.
Dengan ilmu yang dimiliki,seseorang akan menjadi tawadhu dan tidak menyombongkan diri atau ujub. Ia sadar bahwa masih banyak aib atau kekurangan dirinya sehingga tidak sempat berpikir untuk dipuji orang lain. Sadar diri akan banyaknya kekurangan menjadikan maksimal dalam beramal. Namun,jika seseorang merasa telah baik dan minim aib justeru akan menjadikan dirinya sombong dan malas beribadah dalam menambah amal kebaikannya. Sifat demikian jika diturut akan sangat membahayakan kelangsungan kehidupan akhiratnya. Firman Allah Swt sangat membekas dihatinya,bahwa tidaklah etis memuji dirinya sebagai orang yang telah menjadi baik.
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32). Padahal hanyalah Allah Swt saja yang bisa membersihkan diri seseorang.
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 49). Semoga tiga indikator diatas ada pada diri kita,sehingga termasuk orang baik yang layak mewarisi surga-Nya kelak. Amin []
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
terima kasih atas tulisan tausiahnya. bermanfaat sekali. salam
Trims kembali,Bu Fatmi. Salam